Chapter 6

900 183 13
                                    

Shani POV

Mendengar bahwa Gracia tidak bisa datang, entah mengapa aku menjadi sedikit kecewa. Dia memang tidak pernah berjanji untuk menemaniku menjalani pengembalian ingatan, tapi aku ingin dia yang pertama kali kulihat jika aku mengingat semuanya nanti.

Aku masuk ke kamar, setelah Vino bilang bahwa dia tidak bisa membawaku ke kastil. Aku memejamkan mata, menyebutkan nama Gracia beberapa kali. Jika dia tidak berbohong dia seharusnya datang.

"Tidak mungkin datang," aku tersenyum miris setelah menunggu cukup lama tapi tidak ada yang terjadi.

Aku kembali keluar kamar, melihat orang yang tadi bernama Fairey dan Vino kalau tidak salah sedang duduk di sofa ruang tamu. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan dan suara ribut diluar.

"Halo semuanya," sapa seseorang yang tadi kutunggu.

"Dasar merepotkan!!" kesal orang yang memapah Gracia.

"Floren, kenapa kamu bawa Gracia kemari?" tanya Fairey.

"Aku memaksa, aku ingin menemani Shani. Dia mate ku, jadi aku ingin selalu disampingnya," jawab Gracia.

Aku tersenyum tanpa sadar, tapi juga khawatir karena ternyata luka Gracia lebih parah dari yang kubayangkan. Aku mendekat kearahnya, menangkup pipinya untuk melihat luka yang cukup lebar di keningnya.

"Kamu kenapa bisa luka-luka?" tanyaku khawatir.

"Menjaga pack, tapi aku baik-baik saja. Percaya lah," jawab Gracia yakin.

"Baik-baik saja katamu?! Kau sekarat tadi malam bodoh!"

"Diam lah Floren, aku tidak ingin Shani khawatir," ucap Gracia.

"Kenapa kamu tidak istirahat saja?" tanyaku lagi.

"Aku ingin kamu percaya padaku, jadi ketika kamu memanggilku, aku akan selalu datang untuk menemuimu."

Aku sangat terharu dengan ucapannya, kini aku sepenuhnya percaya jika aku adalah pasangan hidupnya. Aku dengan berani mengecup pipinya.

"Ka-kamu... menciumku?" dia terlihat kaget.

"Aku bahagia karena kamu ada disini," ucapku tulus.

***

Gracia POV

Jangan tanyakan bagaimana jantungku setelah Shani mencium pipiku. Bibirnya yang lembut menempel sempurna di pipi kananku, bibirku juga ingin merasakannya. Untuk beberapa detik, aku tidak merasakan sakit apapun di tubuhku.

"Karena aku sudah disini, bagaimana kalau kita mulai saja?" ucapku.

"Di kamar lebih baik, supaya lebih nyaman untuk berbaring," ucap Fairey.

Aku menyetujui saja, akhirnya Shani, aku dan Fairey masuk kamar. Vino sudah kusuruh kembali ke pack, Floren juga lebih memilih pulang untuk bekerja.

"Baringkan badanmu dan rileks saja," aku masih tetap berada di samping Shani, menggenggam tangannya untuk memberikan kepercayaan bahwa nanti akan baik-baik saja.

Aku melihat Fairey meletakkan telapak tangannya ke kening Shani, memejamkan mata sejenak sebelum kembali terbuka beberapa saat kemudian.

"Ini cukup mudah, ingatan masa kecilnya disimpan di salah satu bagian otak. Efek sampingnya juga tidak akan lama, tapi permulaan pasti akan sakit," ucap Fairey.

"Lakukan apapun supaya ingatanku kembali," ucap Shani yakin.

Fairey meminta Shani meminum ramuan yang sudah dia buat, katanya itu berguna untuk mengurangi rasa sakit yang akan dia rasakan. Setelah meminum itu, aku melihatnya menatap mataku.

MY PERFECT MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang