2: 15. Okay

2 2 0
                                    

Social Science-

Sains One.

Bagian Sains One untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

***
Meyjira

"Raaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Hari itu gue lagi membaca cerita favorit gue diwattpad ketika Olla seperti biasa akan mengacau.

Gue mendelik, buat dia yang tadinya mau ganggu jadi diam, lalu nyengir gitu aja.

"Ngapain lo nyengir gitu?"
ga perlu ditanya sekeras apa suara gue. Karena gue emang terbiasa berbicara sekeras ini.

Huft.

ter-bi-a-sa.

Dari kecil.

Hah.

Sebuah ingatan muncul diotak gue sekilas, sebagai alasan helaan nafas kecil tadi.

"Sellow neng." cewek yang gue juluki sebagai fans nomor satu Glen Anggara itu menunjukkan dua jari, tanda damai.

"Bener tuh, cewek cantik gak boleh berisik." vokal cowok yang udah gue hafal terdengar.

Siapa lagi kalo bukan Nafar.

"Makasih." diri ini menanggapi datar, meski tak dapat dipungkiri didalam hati ini senang bukan main.

"It is okay." cowok itu ngejawab asal.

"Ya emang okay!" gue ngomong.

Entahlah, padahal cerita yang gue baca lagi di chapter seru-serunya, tapi gue gak ingin pembicaraan ini berakhir gitu aja.

"Kalo hubungan kita, okay gak?"

Gue terdiam.

Ini yang gak gue suka.

Gue gak suka setiap Nafar bisa bikin gue kicep gitu aja meski sebenarnya itu cuman pertanyaan yang gak berarti.

"Gas trus jangan kasih kendor!" Ichal berseru.

"Hidup Meyjira Laskara!" Olla ngimbuhin dengan gaya persis orang demo.

Gue menghela nafas, menanggapi malas anak kelas yang ngeramein heboh, "Hubungan kita?"  mata ini menyinis ke Nafar, "Emang kita pernah punya hubungan yah?"

Perkataan gue saat itu bisa berarti dua hal.

Pertama, gue emang benar-benar 'hanya' jujur karena emang kita belum ada hubungan apa-apa.

Kedua, sebagai kode.

"Kita ini cuma teman."

Kode kalo gue ingin kita punya hubungan yang lebih dari teman.

"Dan sebagai teman, ada baiknya kalo lo jangan berpikir buat ngedekatin gue."

Dasar cewek.

Padahal gue pengen sebaliknya.

Malah yang keluar kalimat itu.

"hmm..." Nafar tersenyum miring ketika matanya fokus ke mata ini, "kalo gue tetap ingin ngedekatin lo, gimana?" suaranya pelan, tapi cukup buat jantung gue berdebar kian keras.

Sial.

Dia benar-benar pemain.

"Lo kalo mau ngebaperin gue, sebaiknya dipikirin lagi." gue tetap memaksa untuk menatap matanya, "karena gue gak semudah itu buat lo mainin." padahal gue udah terjatuh ke cowok itu.

"hmmm..." cowok itu menghela nafas, "yang mainin lo siapa?" matanya tersenyum tepat dimata ini. "Fyi, gue gak ada niat buat mainin lo." alisnya terangkat sebelah ketika senyumnya perlahan menghilang. Tergantikan dengan ekspresi serius yang sulit gue tebak.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang