2: 29. Miskom

1 1 0
                                    

Social Science-

Sains One

Bagian cerita Sains One untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

****
Meyjira

Ketika Aurel datang kerumah,
Awalnya cuma pengen nyalin catatan Sejarah karena punya dia belum lengkap selama semester I kemarin, tetapi ujung-ujungnya juga sekalian dengerin curhatan gue.

"Sumpah, gue itu bingung sama kalian berdua."

"Lo sama Nafar itu kayak..." cewek itu mengusap dahinya frustasi, "Kenapa sih kalian gak saling terus terang aja gitu, biar urusan ini kelar!"

"Ya itu masalahnya...."

"Masalahnya ya kalian berdua sama-sama gengsian." cewek itu memotong dengan cepat.

Gue diam.

"Kalian sama-sama tahu bahwa kalian sama-sama saling suka, tapi kenapa sih?" dia menghela nafas, "Kenapa sih ini jadi rumit banget? padahal ya cuma miskomunikasi aja.."


"Tapi Nafar juga gak jelas nunjukkin ketertarikannya ke gue." gue membela diri, tak ingin disalahkan sendiri.

"Huft...." dia menghela nafas lagi, "Sekarang gini" dia jadi serius sewaktu ngomong, "Nafar pernah nembak lo gak?"

Gue diam.

"Yang gue ceritain soal satu permintaan itu..." gue menggigit bibir bawah ragu, "eung... Nafar minta gue buat jadi pacar dia.."

"Berarti pernah!"

"Ya tapi...."

"Trus lo jawab apa?"

Gue tertegun.

Kalo diingat-ingat, gue waktu itu terlalu jahat dengan gak memberikan Nafar jawaban.

Gue hanya bingung, mau jawab apa karena sebetulnya gue belum siap untuk hubungan yang lebih dari teman dengan Nafar.

"Waktu itu gak langsung gue jawab.." gue mengingat, "Sekitar enam bulan kemudian baru gue jawab...."

Aurel masih menunggu lanjutan kalimat ini.

"Waktu itu gue menolak."

Dan baru gue sadari kalo ternyata benar, gue hanya terlalu gengsi.

"Tapi gue punya alasan."

Gue sedikit ragu untuk melanjutkan kalimat ini karena baru menyadari betapa naifnya gue saat itu.

"Waktu itu gosip Nafar sama kakak kelas lagi rame-ramenya, jadi gue gak berani untuk menerima permintaan dari Nafar."

Aurel masih diam,

gue tau dia ngerti bahwa ada lanjutan dari alasan ini.

"Juga.. " gue sedikit ragu sekarang disaat dulu gue yakin, "gue gak melihat ketulusan dari permintaannya itu."

Iya, kan?

"Lo bayangin aja Rel, dia minta gue jadi pacarnya hanya karena dia menang sepak bola. Apa lo juga gak akan berpikir kalo dia hanya jadiin gue bahan taruhan?"

"Hahhh" Aurel menghela nafas. Matanya lesu, tapi raut wajahnya kesal.

"Jujur aja, yang paling pengen gue tahu dari cara lo mengartikan sikap Nafar adalah," dia sedikit menjeda kalimatnya, "Apa selama ini Nafar gak pernah bilang sayang sama lo?"

Gue terdiam.

"Gue sayang sama lo"

Spontan, otak ini teringat vn Nafar waktu itu.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang