3: 36. Agustus 2019

1 2 0
                                    

Social Science.

Bagian Cerita Social Science untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

****
Meyjira

Seingat gue waktu itu sudah memasuki bulan Agustus 2019, tepatnya di hari senin tanggal 5. Hari pertama ketika libur panjang telah selesai.

Hari pertama juga ketika gue dan teman-teman seangkatan berada ditingkat kelas yang lebih tinggi. Kelas 12.

Hari pertama dengan struktur dan ruangan kelas yang sudah berbeda.
Chandra terpilih jadi ketua kelas baru menggantikan Ratno di kelas 12 ini, walaupun Ratno terpilih juga menjadi wakil ketuanya.
Chika tetap terpilih menjadi bendahara, dengan alasan anak kelas mengakui kinerjanya (padahal kita nyari alasan buat gak ditunjuk aja hehe). Elina terpilih menjadi sekretaris kelas.

.....

Ketika itu, seperti biasa di setiap bulan agustus dari SD-SMP-SMA, gue gak pernah alpa sekalipun dalam mengikuti lomba agustusan.

Seperti saat ini, ketika gue menjadi perwakilan desa untuk melakukan tarian tradisional, serta Qasidah.

Dan seperti biasanya, pelajaran dikelas gak akan seketat seperti bulan-bulan lainnya.

"Lo kapan tampilnya, Ra?" Olla datang, menarik kursi terdekat untuk duduk disebelah gue.

Waktu itu, gue lagi duduk di depan pintu kelas. --yang tetap saja menjadi spot paling favorit untuk berkumpul meskipun kelas telah berpindah ruang--

"Nanti malam sabtu. Nonton ya?" gue menjawab.

"Aman kalo itu." Olla ngomong lagi.

"Nanti gue semangatin didekat panggung!" Elina berseru, cewek itu jadi ikutan gabung.

"Gue tukang video aja deh." Aurel ngomong.

"Gue ikut ngeramein." Chika juga datang, buat gabung.

Waktu itu, di kelas ini memang gak ada circle-circlean. Kita semua berteman.

"Gue gak bisa, soalnya ikut tampil juga." Acha ngomong.

Acha termasuk yang aktif ikut lomba 17an dikelas ini, selain gue, Tifani, sama Rini.

"Kalian tampilnya di malam yang sama kan?" Chika menanya.

"Hooh, tapi keknya duluan desa nya Jira" Acha ngomong lagi.

"Tergantung nomor urut juga." Tifani menimpali.

"Btw, Cha. Eno gak datang?" gue menanya, yang sontak saja langsung dapat tatapan heran dari mereka. "Ya ma-maksud gue, kok dia gak datang?" gue mencoba untuk mencari alasan.

"Kan mereka tuh ada pertandingan lawan SMA Amonda Raya." Acha menjawab, cewek itu menghela nafas. "Pengen nonton, guru BK ga seru." dia menggerutu, mengingat gerbang sekolah ditutup agar tidak ada siswa-siswi selain yang namanya tercatat mengikuti pertandingan sekolah untuk keluar.

"Kan masih ada pertandingan sore Cha." Chika ngomong.

"Kan kalo sore lawannya antar desa, tetap aja beda sama yang lawannya antar sekolah." gue menjawab.

"Loh? Kok jadi lo yang ngegas sih?" tatapan ibu negara kelas itu menyipit ketika menatap gue.

Seketika gue jadi gelagapan sendiri, karena semuanya ikut menatap gue bingung.

"Ya-yaaa e-emang gak boleh?" gue mencoba mencari alasan, "kan. ngewakilin. Acha." walau gak berhasil.

"Lo juga sebenarnya pengen nonton Nafar tanding kan? Ngaku aja!" Chika jadi tersenyum jahil, lalu berkode mata dengan yang lain buat gue makin grogi.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang