2: 22. Reynath

1 2 0
                                    

Social Science-

Sains One

Bagian cerita Sains One untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

****
Meyjira

Gue ingat, waktu itu matahari benar-benar baru terbit, ketika gue udah duduk manis diteras rumah ini.

"otw"

Sudah lima menit sejak Nafar bilang otw, tapi ia tak kunjung sampai.

Gue gak mengerti, hal apa yang membuat gue begitu excited sampai sepagi ini telah siap-siap bersekolah.

"oi."

Gue segera menoleh untuk melihat Nafar yang juga telah lengkap memakai seragam abu-abunya. Dengan hoodie berwarna senada dengan celananya. Abu-abu.

"Kok lo tau rumah gue?" gue memicingkan mata.

Rumah gue berada dalam gang, dan itu bukan gang biasa melainkan turunan yang motor maupun kendaraan apapun gak bisa masuk kedalam karena curam.

Rencananya gue baru akan keluar ke jalan raya ketika Nafar sudah sampai. Tapi ternyata cowok itu menghampiri gue sampai ke depan rumah.

"Gue tau rumah semua anak kelas." katanya.

"Oh." gue menanggapi, lalu berdiri, "ayo berangkat."

Pagi ini memang kami berencana untuk memfotokopi makalah buat presentasi.

"Nyokap bokap lo, ada gak di dalam?" dia menanya. Alis gue menyerngit.

"Ada, mau ngapain?" gue menanya.

"Minta restu." dia menyengir, buat gue menatapnya malas, walau dalam hati meleyot juga.

"Canda elah, mau pamitan."

Serius juga gak apa-apa, Far.

"Gak usah. Gue udah pamit duluan tadi." gue turun ke bawah.

"Buruan nanti kelamaan disana." gue berjalan mendahului Nafar.

.....

"Yok, tuan putri." Cowok itu menurunkan pijakan kaki motornya buat gue diam-diam pengen tersenyum.

"Jangan lupa pegangan, ntar diambil orang." ucapnya ketika gue sudah duduk dibelakang, buat tangan ini sontak menepuk punggungnya reflek.

"Siapa juga yang mau ambil." gue ngomong.

Ketika gue kira Nafar akan melanjutkan obrolan itu, ternyata dia cuma diam.

.....

Motor melaju membelah jalan Kaledupa, sebenarnya kalau Nafar memilih jalan lurus, maka kami akan cepat sampai. Tetapi dia memilih jalan yang berbeda, lebih jauh dari tujuan. Tapi, anehnya gue sama sekali gak memprotes.

Atau sebenarnya gue juga hanya ingin berboncengan dengannya untuk waktu yang sedikit lebih lama?

"Lo ke Reynath?" setelah hanya diam sedari tadi, Nafar bertanya pelan.

Motor melaju dengan cepat, bertabrakan dengan deru angin, buat gue gak bisa mendengar jelas ucapan Nafar.

"Hah? Apa?" gue sedikit memajukan diri untuk lebih jelas mendengar suaranya.

"Reynath." cowok itu ngomong.

Hn?

"Reynath kenapa?" gue menanya balik.

"Lo ke Reynath?"

Gue diam.

"Apa itu harus gue jawab?" gue ngomong kemudian.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang