3: 50. Musim Ulangan

2 2 0
                                    


Meyjira

Hari-hari terus berlalu.

Selama itu juga, gue sama Nafar udah gak saling sapa satu sama lain.

Tiap bertemu dikelas, dia hanya membuang muka. Sama sekali gak berniat membalas tatapan gue.

Kami menjadi asing tanpa sadar.

Bahkan untuk chatingan pun, rasanya sudah lama sekali.
Nafar gak pernah lagi mengirimi gue teks terlebih dulu. Gue pun enggan untuk memulai percakapan.

Sebenarnya gue pengen banget untuk mengobrol dengannya lagi, 
tapi melihat situasinya sekarang, sepertinya cara terbaik untuk memulihkan kekecewaan Nafar adalah dengan membiarkannya.

....

Hari hari terus berlalu.

Saat ini, gue sedang sibuk belajar untuk menghadapi ulangan penaikan kelas.

Anak-anak kelaspun begitu.

Untuk sementara kelas menjadi begitu sepi,
Olla yang selalu iseng menjahili gue pun sedang sibuk belajar dipojokkan sana.

Hari-hari ulangan terasa begitu berat, gue merasa saat-saat itu adalah saat-saat yang gak pengen gue ulangi.

Bisa gak sih, ulangan ditiadakan aja.

Bisa gak sih, gue SMA terus selamanya.

Bisa gak sih, gue sekelas terus sama teman-teman gue.

Menyadari perpisahan sudah didepan mata, rasanya gue pengen menghindar dari itu.

Tapi masa depan adalah hal yang selalu akan kita jalani.

Memikirkan tentang hari-hari perpisahan membuat gue menjadi sedih tanpa sadar,
pada waktu itu, gue benar-benar menyadari bahwa gue gak pernah siap untuk berpisah dengan mereka. Teman-teman gue.

Gue menghela nafas, bel masuk untuk ulangan pertama telah berbunyi.

Biasanya, setelah bel dibunyikan, para guru memberi waktu sepuluh menit untuk kemudian masuk dan membagikan soal.

Biasanya gue akan mempergunakan sepuluh menit itu untuk mem-permantap hafalan gue, tapi waktu itu, gue hanya ingin memandang ke seluruh kelas.

Siapa yang mengira, waktu akan cepat berlalu.

Rasanya baru kemarin gue mengenal Olla. Rasanya baru kemarin gue mengenal manusia kekar tapi ternyata suka menceritakan dongeng anak kecil, seperti Rifal.

Rasanya baru kemarin gue mengenal Elina, Aurel, Acha, Chika, dan semuanya.

Hari itu cuaca sedang terang, tapi gue merasa sedih.

Bukan karena ulangan, tetapi karena perpisahan di masa depan.

....

Pak Maulana yang bertugas sebagai guru jaga pada hari itu masuk, membagikan lembar soal beserta kertas hvs kosong ntuk ulangan hari itu.

Gue menghela nafas.

Disisi lain gue merasa senang karena banyak soal yang mampu gue jawab, tetapi di sisi lain, langit masih biru. Begitu juga diri ini.

....

Pada hari-hari ulangan, biasanya yang lebih dahulu selesai mengerjakan boleh istirahat diluar.

Waktu itu, dengan cukup yakin gue menjadi orang pertama yang menyelesaikan soal ulangan geografi.

Diluar kelas, suasana sepi.

Belum ada satupun siswa-siswi dari kelas lain yang sudah selesai, menjadikan gue satu-satunya orang yang berkeliaran di sekolah pada saat itu.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang