3: 52. Pengakuan

2 2 0
                                    


Meyjira

Hari-hari ulangan telah berlalu.

Sampailah pada minggu bebas --aka hari-hari biasa tanpa ulangan hanya setor muka dikelas--,
tapi anehnya, anak-anak kelas ini selalu hadir semua.

"Kalian tuh aneh ya, giliran minggu bebas aja pada rajin hadir" Chika ngomong.

Saat itu kami lagi betah nongkrong dikelas meski dengan kegiatan masing-masing, karena diluar cuaca sedang panas-panasnya.

"Gak hadir salah, hadir juga salah." Yuko ngomong. "Emang jadi cowok salah mulu."

"Dih baperan." Timpal Elina.

"Kalo gue baperan, udah gue ajak pacaran lo dari dulu."

"Emang gue mau?" Elina balas lagi.

"Aduh apa nih?" Mitha berseru.

"Curiga nih, jangan-jangan ada curahan tersirat dari ucapan Yuko." Rini ikut meramaikan.

"Bercanda ges, yang sebenarnya tuh gue mau ke Jira."

Krik krik.

Semuanya pada diam.

Beberapa menoleh ke gue, beberapa yang lain menoleh ke Nafar.

"Aduh kalo itu gue no coment! Takut pawangnya ngamuk!" Mitha berbicara, menanggapi ucapan konyol Yuko.

Gue memilih untuk gak peduli.

Gue sudah biasa dengan hal seperti ini, sehingga untuk berbicara pun gue bosan.

"Nafar aja yang udah terang-terangan berjuang masih juga di lepeh, apalagi lo" Olla berbicara.

"Lah emangnya gue kenapa? Gue juga berjuang tau, cuma pake gerakan bawah tanah aja"

"Emang kudeta?" Chika menimpali, sepertinya dia gak tahan untuk diam.

"Serius. Percayalah. Tanpa kalian sadari gue juga berjuang" gue memutar bola mata malas menanggapi ucapan Yuko, "Hanya saja pemeran utamanya bukan gue."

"Huhu sad sekali." Rini menepuk punggung Yuko.

"Ra, jangan diam aja. Tentukan pilihan lo sekarang."

Ujung-ujungnya gue ikut diseret.

"Suka-suka kalian dah. Gue udah gak mau bahas ini lagi." diri ini berbicara. "Dan buat lo, Ko. Tadi lo juga udah ngomong sendiri kan kalo lo bukan pemeran utamanya, jadi kenapa masih nanya?"

Gue kira perkataan udah cukup membuat mereka sadar bahwa gue udah benar-benar muak berbicara hal ginian.

Gue cuma bosan selalu menjadi target mereka.

Ada banyak orang dikelas, tapi kenapa selalu gue yang diceng-ceng in?

Kenapa selalu gue yang selalu sasaran gombalan para buaya dikelas ini?
Kenapa selalu gue?

"Tuh, Ko. Dengerin dan sadar." Mitha berbicara.

"Makasih sudah buat gue sadar bahwa mencintai tidak harus memiliki." Yuko berbicara lagi.

"Yuko 2019 Quotes!" Olla mengimbuhi, "Tandain."

Gue hanya bisa menghela nafas.

"Terkadang ikhlas cara mencintai yang paling tinggi!" Muhdin menimpali.

Gak lengkap rasanya Yuko tanpa Muhdin.

Mereka tuh udah paket lengkap.

"Aku bukan berhenti mencintaimu, aku hanya berhenti berharap bahwa cintaku akan kau balas." Alif menambahi.

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang