2

23.6K 1K 43
                                    

Kemudian...

Setelah kejadian itu, Gayoung tidak pernah keluar dari kamarnya, kecuali untuk ke kamar mandi dan mengambil beberapa makanan dari lemari es di dapur selama seminggu. Ibunya sudah berkali kali menyuruhnya untuk tidak begini, tetapi tidak digusarnya.

Gadis ini menjadi pendiam, sangat pendiam. Ia terus membungkam mulutnya, gadis ini suka berdiam di kamarnya dan saat malam ia suka menangis. Mungkin bisa dibilang ini horor, tetapi sungguh tidak horor dalam keadaannya.

Beberapa kali gadis ini tidak sekolah dan mendekam di rumah. Ibunya juga sudah berkali-kali mengingatkan gadis ini kalau jangan sampai menghubungkan masalah pribadi ke sekolah, tetapi gadis ini tidak terlalu memikirkannya.

Memang D.O sudah pindah sehari setelah mereka mengakhiri hubungan mereka. Tetapi sisa-sisa dari kenangan bersama D.O terus ada saat dia bersekolah. Dimana ia terus tidak bisa menahan air mata saat mengingatnya. Sungguh ini keadaan yang sulit bagi Gayoung.

Setelah kelulusan tiba, ibu Gayoung bersyukur Gayoung bisa lulus, walau bukan dengan nilai tertinggi seperti biasanya. Dan pada saat itu Gayoung ingin sekali meninggalkan tempat ini, ia meminta pada ibunya untuk pindah. Namun tidak semudah itu untuk pindah sehingga ibunya menolak. Ibunya sudab di tempat kerjakan di Busan lalu bagaimana dia bisa pindah?

"Ibu, aku ingin pindah dari kota ini"

"Pindah? Kemana? Tentu saja pindah bukan sekedar kata-kata yang mudah dilakukan"

"Aku tetap harus pindah meskipun memang tidak begitu mudah"

"Tidak bisa, ibu bekerja disini Gayoung"

"Aku bilang aku ingin pindah, aku tidak mengajak ibu"

Ya seperti itu dia sekarang. Sangat mudah mengelak. Dan sangat sedikit bicara. Dia hanya berbicara yang penting-penting saja, itu pun kalau benar- benar penting. Dan setelah bicara atau keluar kamar, pasti dia kembali mendekap di kamar seharian.

Gadis ini, berangkat dengan rapi. Memakai seragam lengkap, kaos kaki, sepatu, rambut diikat, semuanya rapi. Tetapi saat pulang, seragamnya berantakan, kaos kaki dilepas dari kakinya, rambut diurai dengan acak-acakan dan selalu pulang saat akan menjelang malam. Ibunya sungguh sudah berkali-kali menyuruh Gayoung tidak seperti ini. Tetapi apa gadis ini peduli? Sepertinya tidak.

Beberapa hari setelah itu, gadis ini kembali bicara pada ibunya saat ia turun mengambil makanan di lemari es.

"Aku sudah memesan tiket ke Seoul, aku menabung, karena ibu tidak mau memberiku uang"

Ibu gadis ini menoleh dengan tatapan kaget. Tiba-tiba anak gadisnya berkata sesuatu di luar dugaannya.

"Apa? Bagaimana bisa? Kau mendapat uang dari mana?"

"Akhir akhir ini aku bekerja di cafe, gajinya lumayan, mencukupi biayaku di Seoul"

"Tidak bisa Gayoung, bagaimana kau akan hidup disana? Dimana kau akan tinggal? Ibu tidak mengizinkanmu"

Ibu gadis ini melanjutkan pekerjaannya, memasak di dapur. Ia tidak peduli, sekalipun gadis ini membantah, ia tidak akan setuju Gayoung pergi ke Seoul tanpanya.

"Aku memiliki seorang teman di Seoul, kami sudah sangat dekat, aku akan membayar sewa rumah dan tinggal disana bersamanya"

Ibunya kembali menoleh pada Gayoung.

"Teman? Seorang teman wanita atau pria?"

"Ibu sudahlah, pria atau wanita sama saja bukan? Aku akan pergi besok, kumohon jangan menggangguku"

"Gayoung-ah"

Gadis ini kembali menaiki tangga dan kemudian memasuki kamarnya. Sekarang mengenai kamar gadis ini. Kamar seorang gadis yang lebih tepatnya bukan kamar seorang gadis. Bagaimana bisa kamar seperti ini disebut kamar seorang gadis.

Find a Way [exo fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang