Di lantai sebelas, seseorang masuk ke ruangan Pak Rezky tanpa mengetuk pintu. Gelagatnya seperti mencari seseorang, sambil memasang wajah bingung. Seolah terbiasa, Pak Rezky mengabaikannya dan tetap mengecek email pekerjaan.
"Lilac mana, Rez?" tanya pria yang sebaya dengan Pak Rezky tersebut.
Si Pemilik Ruangan mendengkus. "Kamu jangan recokin anakku terus dong, Dja. Kan kamu juga udah ada Fatma."
"Kasihan aku sama Fatma, nggak bakal kuat dia didesak Elisa terus. Masa' tiba-tiba ada deadline input data berkas project development? Kemarin kan bilangnya boleh legal dulu aja. Dikira nge-scan ribuan data itu cepat apa?" Setelah mengeluh, Pak Radjata Prayudam – Direktur Home Care PT. Narve Living – mempersilakan dirinya sendiri untuk masuk dan duduk di sofa tamu.
Pak Rezky hanya terkekeh dan bergeleng pelan. Ia bersyukur memiliki Lilac sebagai sekretaris karena saat ini karena divisinya menjadi divisi yang paling banyak mendigitalisasi berkas. Berkat Lilac yang selalu mencicil sejak instruksi diturunkan, berkas divisi Food and Beverage sudah ter-input sebanyak 80%.
"Kayaknya, di antara semua sekretaris, cuma anakmu yang paling bisa ngehadepin nenek sihir satu itu," ucap Pak Radjata, membuat Pak Rezky tersenyum bangga sambil tetap bekerja di depan komputernya.
"Eh, aku kok nggak dijawab? Mana anakmu?" tanya Pak Radjata lagi.
"Ya, sama sekretarismu."
"Ke CG Summit? Ngapain Lilac ikutan? Emang dia bakalan ngerti seminar di sana?"
"Kenapa nggak?"
"Hey, I'm just saying. Dia nggak perlu kamu panas-panasin. Karirnya, kan, mentok jadi sekretarismu aja."
Pak Rezky perlahan menaikkan bahu sambil memasang wajah malas. "Kita nggak tahu tentang itu."
"Jangan tersinggung. Aku nggak menghina. Justru aku merasa Lilac istimewa. Dia bisa jadi sekretarismu juga sudah hebat. Selain dia, mana ada zaman sekarang lulusan SMA yang bisa kerja di Narve dan dapat gaji di atas tujuh juta? Tapi, kamu juga tahu peraturan kita. Kamu pikir, kenapa dia nggak pernah bisa naik ke divisi corsec? Karena nggak mungkin kita angkat anak lulusan SMA untuk menjabat jabatan sekelas manager dan supervisor."
Pak Rezky menarik senyum formal di hadapan kerabatnya, lalu mencoba bertanya tentang keadaan divisi Home Care setelah didatangi Elisa. Pak Radjata langsung mencurahkan seluruh kekesalannya dan Pak Rezky dengan tenang menyimak meskipun kepalanya terus mengulang ucapan Pak Radjata tentang Lilac tadi.
***
Devi merentangkan tangan amat lebar ketika masuk ke lobi gedung serbaguna tempat acara yang mereka tuju berlangsung. "Adeeem ...." Komentarnya puas.
Meskipun gedung itu tertutup dan banyak orang berada di dalamnya, udara dari pendingin ruangan langsung terasa di bagian pintu masuk, membuat orang yang terkena terik matahari dari luar langsung merasakan nikmatnya kesejukan dalam ruangan. Devi menoleh ketika merasakan tepukan di bahu.
"Yuk," ujar Asri, membuat Devi tersadar bahwa Lilac sudah selesai membayar taksi dan teman-temannya sudah berjalan di depannya. Mereka pun bergabung dengan kelima sekretaris lain.
Dekorasi dalam gedung serbaguna yang amat luas itu amat menggugah semangat. Berbagai stand produk dari banyak perusahaan, bahkan produk yang belum launching.
"Itu mereka!" Cynthia melambaikan tangan ke arah sebuah stand. Dari stand itu, para perwakilan anak marketing dari tiap divisi kategori produk PT. Narve Living melambai balik. Mereka berjalan ke stand yang tampak lebih besar dari para tetangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilac Magenta [Terbit]
ChickLitAwalnya, Lilac puas dengan kehidupannya sebagai sekretaris andalan para direksi dan tulang punggung keluarga. Memiliki kehidupan yang mapan dan sanggup menyokong biaya pendidikan kedua adiknya adalah sebuah kemewahan bagi lulusan SMA seperti Lilac. ...