Episode 01: Ruang Tunggu

2.9K 259 59
                                    

HI, BEB.

SEBELUM BACA, INGAT INI:

- Pastikan kalian sudah follow akun wattpad ini, dan juga cerita 7DSB sudah masuk ke reading list, biar pas update selalu ada notifnya yang masuk ke hp kalian.
- Jangan lupa di-vote dan di-share ke teman sosial media kalian, racunin mereka untuk ikut baca 7DSB.
- Berikan komentar di setiap bagian yang membuat kalian bertanya-tanya atau penasaran
- Jawab pertanyaan di bagian paling akhir bab

*

**

[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]

"Kadang ketika bertemu dengan seseorang dari masa lalu tak lagi menanyakan tentang kabar, melainkan menanyakan ada apa? Darimana saja dan mengapa baru kelihatan?"

***

Azmi berlari kencang sesaat setelah turun dari dalam mobil, meski hanya menggunakan sarung, tetapi ia masih bisa dengan sigap berlari dengan kondisi penuh kecemasan. Setelah mendengar kabar dari salah seorang teman dekat yang menghubunginya bahwa telah terjadi kecelakaan tunggal di tol cipularang yang menyebabkan satu orang meninggal di tempat, dan satunya lagi kritis di rumah sakit. Dan orang itu adalah orang yang Azmi sangat kenal, yang telah hilang kontak sejak tiga tahun silam.

  Bagaimana tidak Azmi tambah terkejut, kemunculan orang itu sangat tiba-tiba dengan keadaan kritis, koma di ruang ICU. Azmi yang sudah menyelesaikan pendidikan pesantrennya setahun lalu dan sedang disibukkan pengurusan berkas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di negeri para Wali, Tarim, dengan terpaksa pengurusan berkas siang itu tertunda. Sudah begitu lama ia mencari keberadaan orang ini, tetapi hasilnya nihil. Seperti ditelan bumi, menghilang entah berentah.

Azmi terlihat ngos-ngosan mencari ruang ICU, raut wajahnya terlihat panik, seharusnya ia menanyakan ruangan tersebut di meja administrasi saat memasuki rumah sakit, atau paling tidak ke perawat yang beberapa kali ia lewati. Tetapi namanya juga Azmi sedang merasakan cemas, ia hanya terus menatap setiap papan nama yang bergelantungan di atas setiap pintu yang ia lewati.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya ia menemukannya. Di depan ruang tersebut sudah ada beberapa kawanan lainnya, termasuk yang menelepon Azmi beberapa menit yang lalu saat di perjalanan. Azmi kemudian menghampiri mereka seraya mengatur pernapasannya.

"Assalamualaikum," ucap Azmi memberi salam kepada kawanannya yang lebih tua darinya.

Dijawab waalaikumsalam dengan serentak.

"Gimana, gimana? Dia sudah sadarkan diri?" repet Azmi setelah bersalaman dengan semua.

Azmi menatap kawanan yang ada di hadapannya; Raihan yang telah meneleponnya dan mengirimkan alamat rumah sakit, serta Yusuf dan Fatih yang juga turut membersamai mereka di depan ruang ICU.

Semuanya menggelengkan kepala. Oleh karena panik dan lelah berlarian sedari tadi, Azmi langsung merebahkan dirinya ke atas kursi yang memanjang di depan ruangan. Ia mengembuskan napas pasrah. "Astagfirullah ...," ucapnya lirih sambil memijat-mijat kepalanya yang sedikit oleng.

Raihan, Yusuf, dan Fatih ikut menenangkan Azmi yang pasti tidak menyangka itu akan terjadi.

"Sabar, Miii, doakan aja semoga ia bisa melewati masa kritis. Dokter pasti akan berusaha sebaik mungkin. Yang teman kita butuhkan sekarang adalah doa dari kita semua agar ia bisa melewati masa kritisnya."

7 Detik Sebelum BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang