HI, BEB.
SEBELUM BACA, INGAT INI:
- Pastikan kalian sudah follow akun wattpad ini, dan juga cerita 7DSB sudah masuk ke reading list, biar pas update selalu ada notifnya yang masuk ke hp kalian.
- Jangan lupa di-vote dan di-share ke teman sosial media kalian, racunin mereka untuk ikut baca 7DSB.
- Berikan komentar di setiap bagian yang membuat kalian bertanya-tanya atau penasaran
- Jawab pertanyaan di bagian paling akhir bab*
**
[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
"Ada dua jenis jodoh yang manusia tidak pernah inginkan tetapi dengan terpaksa harus menerimanya; berjodoh dengan kematian atau berjodoh dengan kehilangan. Dan keduanya sangatlah menyakitkan."
***Derap langkah terdengar pelan memasuki ruangan VIP kamar inap pasien atas nama Tuan Tama. Redup lampu tidur yang ada di sebelah Tama masih bisa menampakkan wajahnya yang menggemaskan sekalipun dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Sedari tadi, kawan mereka saling bergantian masuk ke kamar pasien hanya untuk memastikan keadaan Tama baik-baik saja, sampai malam hari mereka masih menunggu Tama yang belum juga siuman.
Sekarang giliran Azmi, ia menarik salah satu kursi dan duduk di sebelah Tama lebih dekat yang terbaring tak berdaya. Tatapan Azmi tertuju pada wajah Tama, meski ia bernapas dengan baik tapi belum juga membuka mata. Di sana Azmi sudah sangat geram, ada begitu banyak pertanyaan yang berkutat di kepalanya saat ini.
Embusan napas pasrah Azmi lagi-lagi terdengar sembari menundukkan kepala seraya berucap, "Bangun, Tama!" Ia mengejutkan jantung Tama dengan teriakan menggelegar.
Terlihat jelas di monitor yang merekam ritme jantung Tama yang berdetak cepat. Azmi tidak mengindahkannya, ia terus berusaha keras untuk membangunkan Tama bagaimanapun caranya. "Kamu sudah terlalu lama tidur, sudah waktunya bangun dan kejar kembali mimpi-mimpimu yang tertunda," lanjut Azmi menggerak-gerakkan tubuh Tama.
Setahu Azmi, kadang tubuh manusia ketika dikejutkan akan membuat jantung berdetak kencang dan saat itu juga mata akan terbuka lebar. Azmi mencoba hal tersebut meski berisiko tinggi sekalipun.
Beberapa kali ia terus memanggil-manggil nama Tama.
Tama, bangun!
Bangun, Tama!
Tamaaaa!
...
Suara nyaring membuat mata Tama berkedip-kedip, dan itu membuat Azmi semakin berteriak kencang dan menggoyang-goyangkan tubuh Tama. Beberapa detik kemudian, perlahan mata Tama mulai terbuka dan saat itu juga Azmi menghentikan aksinya dan bola matanya membelalak ke arah Tama seperti tidak percaya caranya berhasil membangunkan Tama.
Bukannya memanggil temannya yang lain di luar, ia justru terdiam menunggu Azmi mengucapkan sesuatu.
Saat Tama siuman, ia seperti orang kebingungan menatap langit-langit kamar. Pandangannya masih samar-samar, mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya hingga ia terbaring sekarang. Ia kemudian menoleh ke arah Azmi, mencoba mengenali wajah tersebut yang sudah beberapa tahun baru kembali terlihat di hadapannya.
Azmi masih terdiam, membiarkan Tama mengenalinya lebih dulu. Bukannya memanggil nama Azmi, hal yang pertama Tama ucapkan adalah, "Ma-mana istriku? Ha-Hafsah?" panggil Tama.
Tiba-tiba saja, suara tangis Tama pecah seperti semua ingatannya beberapa jam yang lalu kembali. Bayangan istrinya, kejadian yang mengenaskan di jalan tol membuatnya meringis kesakitan, ia tak henti berteriak memanggil-manggil nama Hafsah, istri yang baru dinikahinya tujuh bulan silam. Azmi ikut merasakan hal menyakitkan tersebut meski ia tidak mengenal istri Tama, tapi ia sangat mengerti bagaimana perasaan Tama. Jika mengingat masa lalu, ada banyak hal yang Azmi saksikan dari kehidupan Tama yang selalu kehilangan orang-orang terkasihnya, dan hari ini terulang kembali.
Dalam hati Azmi berucap, "Tamaaa, lagi-lagi kamu harus kuat. Aku tahu, kamu pasti bisa melewatinya, lagi dan lagi. Maaf, aku dan yang lain baru bisa menemukanmu sekarang dengan keadaan yang begitu rapuh. Aku tidak tahu harus memulai dari mana untuk membantumu, tapi kupastikan aku tidak akan membiarkanmu menghilang lagi dari kami, tak lagi lari dari khalayak. Kamu harus bangkit kembali dari keterpurukan dan mengejar kembali mimpi-mimpimu yang tertunda itu!"
Tama terus saja menangis, dan Azmi belum bisa mengatakan apa-apa selain menyapu bahu Tama sebagai tanda turut berbelasungkawa. Kemudian disusul dengan hadirnya Raihan, Yusuf, dan Fatih ke dalam kamar. Mereka tidak bertanya apa pun pada Azmi, hanya dengan saling memandang saja mereka semua saling paham dan mengerti apa yang Tama rasakan saat ini.
Semua menundukkan kepala dengan mata berkaca-kaca, mereka hanya bisa diam menyaksikan Tama yang tengah berduka cita atas meninggalnya istri tercinta pada kecelakaan tunggal yang merenggut nyawa Hafsah, juga kebahagiaan Tama.
Memang betul, bahwa ada dua jenis jodoh yang manusia tidak pernah inginkan tetapi dengan terpaksa harus menerimanya; berjodoh dengan kematian atau berjodoh dengan kehilangan. Dan keduanya sangatlah menyakitkan. Jodoh Hafsah memanglah Tama, tetapi tak berlangsung lama kecelakaan kemudian merenggut nyawa istrinya yang berakhir dengan kematian, sehingga jodoh Hafsah pada akhirnya adalah kematian, tak hanya Hafsah tetapi setiap ciptaan Allah di muka bumi ini akan bermuara pada kematian, dari ada ke tiada.
Setelah Tama siuman dari kritis, ia sadar dengan harus menerima kenyataan bahwa jodohnya sekarang adalah kehilangan. Kehilangan orang yang paling ia cintai, Hafsah Khumairah.
***
To be continuedAda yang mau kenalan sama Hafsah Khumairah? Kumpul sini yuk!
Guys ada yang fokus sama kata-kata Azmi nggak? Di story IG @buku.tekad aku bakalan spoiler fakta-fakta tentang Tama & Azmi, serta teori yang akan kalian temukan dalam cerita ini!
Stay tune di Wattpad juga tapi, kalau ramai langsung di-publish episode selanjutnya secepat mungkin!
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Detik Sebelum Biru
SpiritualDi sebuah persinggahan batas kota tepi jalan, raut wajah Tama lagi-lagi terlihat berbeda dari sebelumnya. Gerimis terus saja mengetuk kaca mobil, setiap suara ketukannya mengiring rasa tak menentu yang sebentar lagi akan membuncah bak hati yang tak...