Episode 06: Anhedonia

722 71 22
                                    

HI, BLUE TEAM!

KOMEN DI SINI DONG 1000 kali, kangennn tauuuu!🦋😭🦋

SEBELUM BACA, INGAT INI LAGI YAAA:

- Pastikan kalian sudah follow akun wattpad ini, dan juga cerita 7DSB sudah masuk ke reading list, biar pas update selalu ada notifnya yang masuk ke hp kalian.

- Jangan lupa di-vote dan di-share ke teman sosial media kalian, racunin mereka untuk ikut baca 7DSB.- Berikan komentar di setiap bagian yang membuat kalian bertanya-tanya atau penasaran- Jawab pertanyaan di bagian paling akhir bab

Happy reading tengah malam kupu-kupu biru onlinequh!🐒🦋

.

..

[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]


"Kamu, aku, kita semua berhak untuk bahagia."

🦋🦋🦋

Satu bulan kemudian ....

Sore itu, di sebuah taman salah satu apartemen terbesar ibukota Tama dengan tubuh besar nan jangkungnya memakai hoodie hitam duduk di gazebo seorang diri sembari menatap dua anak kecil yang sedang bermain bersama ibu dan ayahnya. Mereka bagaikan keluarga yang terlihat bahagia. Namun, wajah tampan pria yang menatap suasana harmonis itu biasa-biasa saja, tak ada rawut wajah turut serta merasakan kebahagiaan itu di sana. Lebih tepatnya, bibirnya datar tanpa ada senyum terukir.

Dalam ingatan Tama yang samar-samar, dia seperti pernah merasakan ada di fase itu. Saat sosok ibu menggendongnya dengan penuh bahagia, kemudian sosok ayah yang mengejarnya sambil melemparkan sebuah mainan ke atas langit. Lalu dia tertawa sekencang-kencangnya saking bahagianya.

Namun perasaan itu berlalu begitu saja, hambar tanpa ada rasa yang tertingal. Tatapannya kembali kosong setelah berusaha untuk mengingat momen serupa yang ada di hadapannya.

"Tama." Seseorang menepuk pundaknya, tatapannya pun berpindah.

Bola mata Tama terlihat sayu. Seperti baru siuman dari tidur yang panjang.

"Kamu darimana saja?" ucapnya lagi lelaki yang telah menepuk pundak Tama.

Mimik wajahnya masih datar, bahkan ia tidak menjawab sapaan dari kawannya.

Sontak kawannya duduk di sebelah Tama dengan embusan napas yang masih terengah-engah. "Kamu yang dari mana saja. Saya dari tadi di sini. Tidak ke mana-mana," dijawab Tama dengan nada suara yang sangat datar.

Tama menoleh ke arah wajah kawannya, menatapnya dari atas sampai bawah. "Azmi Askandar?"

Seketika mata Azmi membelalak terkejut."Ka--kamu mengingat nama lengkap aku, Tama? I-ini serius? Ingatan kamu sudah kembali?" Azmi terbata-bata.

Tangan Tama kemudian menunjuk ke sebuah goodie bag hitam yang sedang dipangku Azmi. "Nama itu tertulis lengkap dan jelas di situ."

Azmi kemudian tertunduk, dan melihat namanya sendiri yang terukir di atas tas miliknya. Sontak Azmi tersenyum simpul, tak sadar kalau dia sedang memakai tas salempang dengan costume name miliknya.

"Aku baru saja dari supermarket. Sekarang semua supermarket tidak menyediakan kantong plastik. Jadi aku bawa tas belanja sendiri," jelasnya setelah dibuat terkejut oleh Tama.

Azmi mengeluarkan beberapa cemilan dan dua minuman dari dalam tas. "Ini, ambil." Dia menyodorkan sekotak susu rasa strowberry ke Tama. "Minuman favoritmu, kan?"

Tama langsung mengambilnya. "Darimana kamu tahu saya suka ini?"

"Mmm ... tahu aja." Azmi tersenyum lebar, menahan diri untuk tidak membahasnya. "Dicoba dulu, pasti kamu suka."

Percuma jika Azmi menjelaskan semuanya, bagaimana pun juga Tama tidak akan bisa mengingatnya. Senyuman lebarnya sudah mewakilkan kepasrahannya pada semesta kalau Tama akan sangat butuh waktu dan sulit untuk pulih.

"Kamu sudah seperti orang lama saja dalam hidup saya, tahu semua hal yang saya sukai. Sedangkan saya sendiri tidak tahu apa yang saya sukai, saya ini siapa ... dan, apa yang harus saya lakukan di hidup saya?" tandas Tama yang penuh kebingungan sebelum menyedot minuman pemberian Azmi.

Azmi hanya terdiam, lalu perlahan bola matanya mulai berkaca-kaca. Di satu sisi, ia bersyukur dengan hadirnya Tama dalam hidupnya sebagai seorang sahabat kembali, meski dengan kondisi saudaranya kehilangan memori ingatannya. Azmi kembali menemukan orang yang pernah mendengarkan seluruh kisah hidupnya, yang ada di pihaknya saat dunia tak berpihak padanya. Yang mengetahui sisi buruknya saat dunia menuntutnya untuk terlihat sempurna. Tama adalah pendengar setia Azmi kala itu.

Namun seperti diagnosa terakhir dokter kalau Tama mengalami Anhedonia setelah mendapatkan diagnosa demensia delirium dari dokter. Anhedonia sendiri sebuah keadaan dimana Tama mengalami ketidakmampuan untuk merasa senang dalam suatu kegiatan yang biasanya dianggap menyenangkan. Seperti yang sedang terjadi di hadapannya, memori bahagia masa lalunya sudah hilang, ditambah lagi rasa bahagia yang juga turut menghilang.

Rasa tidak bahagianya Tama disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit, dia baru mengalami tragedi yang sangat memilukan. Wajar jika saat ini Azmi terpukul dengan keadaan Tama sekarang. Tidak hanya Tama yang kebingungan, tetapi Azmi juga bingung harus melakukan apa lagi untuk mengembalikan semua memori dan rasa bahagia pada diri Tama.

Oleh sebab itu, Azmi berjanji pada dirinya sendiri dan Tama untuk terus berusaha, melakukan apa saja agar Tama bisa terus bertahan dan kembali mengingat semua memori dari masa lalunya. Memang bukan hal yang mudah, tetapi perlahan namun pasti Azmi percaya kuasa Allah akan berpihak padanya suatu hari nanti.

Diamnya Azmi saat ini menatap Tama meyakinkan Tama bahwa suatu saat semua akan kembali normal; ingatan dan kebahagiaan Tama akan Azmi pastikan semuanya kembali atas izin dan ridho dari Allah.

Azmi tidak mampu lagi menahan air mata dan kesedihannya saat ini. Seketika itu juga, dia langsung meraih kedua pundak Tama dan memeluknya. Tak ada kata, hanya air mata yang membanjiri suasana pada saat itu.

"Kenapa menangis?" ucap Tama kemudian.

"Apa saya melakukan kesalahan?"

"Kamu baik-baik saja, kan?"

"Saya ada salah?"

Tama tidak berhenti bertanya-tanya. Namun pertanyaannya itu justru semakin membuat Azmi tak bisa menahan isak tangis yang tumpah ruah. Semakin Tama berbicara semakin Azmi merasakan sakitnya. Dengan kondisi Tama yang tidak bisa merasakan kesenangan sedikit pun, hanya suasana hati yang kosong dan hampa membuat suasana hati Azmi berantakan, seperti perasaannya terkoyak-koyak.

"Kamu, aku, kita semua berhak untuk bahagia!" lirihnya sambil menepuk pundak Tama.

Azmi berjanji pada dirinya, hari itu adalah hari terakhir dia menangisi Tama dengan sangat dahsyat dan terpukul sampai kepulihan Tama sudah ada di depan matanya sendiri. Dia berjanji untuk dirinya sendiri agar tak lagi membuat Tama terlihat seperti orang yang paling menderita di muka bumi ini.


🦋🦋🦋

to be continued


Question challenge untuk kupu-kupu biruku semuanya:

Kalau kalian ada di posisi Tama yang sangat disayang oleh sahabatnya Azmi, bagaiaman perasaan kalian? Kira-kira apa yang akan kalian minta pada sahabat kalian?

7 Detik Sebelum BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang