.ೃ [PROLOG] After 1 Year ˚༘༄

119 19 2
                                    

LONG time no see, Val." Terdengar bisikan pelan tepat di belakang telinganya. Sontak, membuat perempuan itu terkejut setengah mati. Ia menahan napas selama beberapa detik. Jantungnya mendadak bergemuruh hebat. Suara itu ... suara yang sangat ia rindukan.

Perempuan dengan name tag Vally Florensha V. pun langsung maju selangkah, lalu berbalik cepat. Matanya terbelalak kaget.

"GAL!?" teriak Vally dengan mata yang berkaca-kaca. Satu tangannya membekap mulutnya yang sepertinya masih takpercaya dengan apa yang ia lihat.

"Kamu ke mana aja, Gal?" lirih Vally menatap lelaki di hadapannya dengan raut yang susah ditebak.

Rasa kecewa, kaget, senang, sedih, marah menjadi satu.

"Bukan urusan lo. Satu lagi, panggil gue Anva, bukan Gal," balasnya dingin.

Vally dengan keras menggeleng. "Enggak, Gal. Kamu apa kabar?"

Lelaki itu menatap acuh. "As you see."

Vally mencebikkan bibirnya. Matanya menatap lucu ke arah lelaki yang beberapa menit lalu membuat jantungnya seperti habis lari maraton seratus kilometer.

"Val kangen," ujarnya tanpa tau malu.

Galanva, lelaki yang ada di hadapan Vally sekarang kini hanya menatap Vally dengan sangat datar.

'Gue lebih kangen lo, Val. Tapi, sekarang gue udah benci sama lo,' batin Galanva tak mengidahkan pertanyaan Vally.

Vally menghela napas pelan. Sebenarnya, ia ingin memeluk Galanva dengan erat. Menyalurkan rasa rindu yang kian menyiksanya selama beberapa waktu.

Namun, ia sadar. Sosok yang kini ada di hadapannya bukan sosok Galanva yang dulu-Galanva yang perhatian dan penyayang. Sekarang, hanya tatapan dingin yang ia dapat. Bukan tatapan hangat dan penuh kasih sayang lagi.

"Kenapa kamu pergi tanpa mau tau apa yang sebenarnya terjadi, Gal? Ini bukan cuma menyakiti kamu aja, tapi Val juga tersakiti di sini," tutur Vally menatap nanar Galanva.

Galanva tersenyum menyeringai. "Karena lo ngekhianatin gue. Gue udah tau semuanya, Vally."

"Kamu salah paham, Gala!" gertak Vally.

"Terserah. Gue capek." Galanva berlalu begitu saja meninggalkan Vally dan langsung maju beberapa langkah untuk bisa sampai ke apartemen miliknya.

Vally hanya diam mematung. Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Galanva, tapi lidahnya mendadak kelu.

Beberapa saat sebelumnya, Vally baru pulang sekolah. Tanpa berlama-lama, ia langsung menuju ke unit apartemennya karena hari ini lumayan melelahkan.

Setelah sampai di depan pintu apartemen miliknya, ia dikejutkan dengan suara pacarnya. Ah, apa masih bisa disebut pacar? Sepertinya ia harus bertemu lagi dengan Galanva, agar bisa meluruskan beberapa hal. Terutama tentang hubungannya dengan Galanva.

Satu tahun lalu, itu ialah waktu di mana Vally kehilangan Galanva-nya. Sempat berpikir untuk melupakan Galanva dan mencoba membencinya, tapi nyatanya ia takmampu. Kepercayaan diri Vally terlalu besar, hingga membuatnya menciptakan ekspektasi yang menyakitinya secara perlahan, karena ekspektasinya tak ayal jadi kenyataan.

GALANVA & VALLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang