.ೃ [13] Bad Mood ˚༘༄

50 15 7
                                    

Holaa!

Btw putar mulmed, dong! Sumpaa, itu lagu favo Ann banget belakangan ini (':

•••

Kita hanya perlu diam untuk membalas dendam pada seseorang.

Asal kamu harus ingat, bahwa Tuhan telah menyiapkan karma terbaik untuknya meski entah kapan waktunya itu tiba.

— Ann Vanila

•••

Semoga kamu baik-baik saja, deh, ya. HAHAHAHAHAHA.

WUF U! 😡❤️

WUF U! 😡❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❦❦❦

Mau seberapa banyak yang mengejarku, hatiku tetap berlabuh padamu.

— Galanva Anselio Rayvan —

❦❦❦

WOI! YANG PUNYA JAM, SEKARANG UDAH JAM BERAPA?” teriak Aska.

“Itu jam ngegantung di depan segede pala lo enggak keliatan?” sinis Rena.

“Heh, Monyet! Buta lo, mata lo? Itu jam rusak. Emang dasar kelas gembel,” balas Aska menggerutu.

“Lo yang gembel! Ngaku anak sultan, beli jam tangan aja enggak mampu. Mana uang kas masih nunggak sebulan,” sahut siswi berkacamata yang merupakan bendahara kelas.

“Halah, bacot! Ini mapel IPA jamkos atau gimana, sih? Kok gue gerah, ya?”

“Iya, kita jamkos. By the way AC-nya rusak, maklumin.”

“GEMBEL! DASAR KELAS GEMBEL!” Aska berteriak.

“Berisik, Setan!” dumel Thea sambil menginjak kaki Aska.

“Sakit, Az.” Aska mengaduh.

Thea menoleh. “Lo panggil gue apa?” tanyanya.

“Az. Kenapa? Lo enggak suka?”

“Aneh aja.”

“Itu, kan, nama lo,” kata Aska.

“Gue tau. Cuma aneh aja gitu,” ujar Thea.

Tiba-tiba, atensi mereka teralihkan pada sosok Rena yang berjalan ke arah Galanva dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.

“Hai, Galanva,” sapa Rena, sokab.

Galanva menoleh dengan tatapan datar.

Rena terdiam, berharap Galanva meresponnya dengan kalimat balasan, ’Ada apa, ya?’

GALANVA & VALLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang