Sudah sejak subuh tadi Acha mengeluh sakit diperutnya. Tania yang juga selama itu menemani ikut dibuat kalut melihat bagaimana pitrinya terus meringis memegangi perutnya.
Mau dibawa kerumah sakit pun Tania bingung. Pasalnya sang suami sedang ke luar kota dari dua hari yang lalu dan mungkin akan pulang paling cepat besok. Sedangkan dua anaknya yang lain juga sedang tidak dirumah.
Dery beserta istrinya yang pergi mengunjungi rumah sang mertua dan baru berangkat tadi malam. Sedangkan Yepa yang memang dari seminggu yang lalu belum pulang dari liburannya bersama Aji, tunangannya.
Lalu mau bawa mobil sendiri? Sayangnya Tania tidak begitu lancar membawa mobil, tidak mungkin juga menyuruh Acha membawa mobil sedangkan dia duduk dikursi penumpang. Kan yang sakit Acha bukan dirinya.
"Mah sakitt" ringis Acha lagi.
"Aduh iya sayang, Aca tarik nafas dulu ya, terus buang. Ulangin terus ya sayang ya" ujar Tania berusaha menenangkan.
"Dokter mahhh, ayoo"
"Iya, tapi siapa yang mau anter? mamah bingung ini"
"sshhh, Junaa gaada?"
Tania menggeleng, kata Tari anaknya itu belum pulang dari tiga hari lalu karena proyek pembangunan di Bali.
"Mahhh" panggil Acha tertahan.
"Ya sayang?" sahut Tania sambil mengelap keringat yang membanjiri wajah sang anak.
"Mas Marvin mah"
Tania menatap mata Acha, memastikan apa yang dikatakan anaknya.
"Telfon mas Marvin mah, cepeett!"
Tania diam. Bagaimana kalau suami dan anak sulungnya itu tau nanti? lagipula dia sedikit tak mau menelfon anak itu.
"Mahh akkhh"
Tersadar, akhirnya Tania menyampingkan apa yang akan terjadi dan menuruti perintah Acha.
Menelfon Marvin.
"Mah!"
Tania menoleh, disana sulung dan menantunya berlari menuju kearahnya.
"Gimana Aca?" tanya Dery langsung.
"Belum, masih didalem." jawab Tania. "Maaf ya aa' jadi harus balik lagi. Mamah panik banget tadi." ucap Tania menyesal.
"Gapapa kok mah, kita juga gak langsung kerumah papah kok. Pas mamah nelfon kita lagi istirahat di hotel juga." jawab Delia.
"Mamah kesini dianter siapa?" tanya Dery lagi membuat Tania kebingungan mau jawab apa.
"Pesen taxi online?"
Tania menggeleng, "Sama Marvin."
"Marvin? maksudnya?"
Menghela nafasnya berat, Tania menggenggam sebelah tangan Dery. "Mamah panik a'. Dirumah cuma ada mamah sama Aca berdua. Mau minta tolong Juna anaknya gak ada dirumah. Terus mamah mau bawa sendiri kan aa' tau mamah gak lancar bawa mobil."
"Mamah udah buntu, apalagi Aca terus ngeringis sakit. Mamah panik. Kepikiran mesen taxi online aja mamah engga."
"Terus kenapa bisa Marvin?"
"Aca yang bilang. Mamah juga mikirnya yang penting Aca dibawa kerumah sakit secepatnya."
Dery mendesah kasar. Sial kecolongan lagi kan.
"Terus kemana dia sekarang?"
Tania menunjuk ruang bersalin didepannya. "Nemenin adek mu"
Sementara itu didalam ruangan, Marvin tak henti-hentinya menyemangati Acha yang menggenggam tangannya kuat, bahkan rasanya beberapa kuku milik Acha menancap ke kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me
Non-FictionKetika ada, tapi tak pernah dianggap. Satu pertanyaan yang hingga kini tak pernah terjawab, apakah dirinya hidup hanya sebagai perantara? mungkinkan akan ada saat dimana ia merasakan rasanya menjadi sebuah tujuan dan bukan lagi sebagai sebuah perant...