BAB 2: Kota Rafles

52 42 118
                                    

Di rumah sangat sepi, tidak ada orang dan tidak tau kemana mereka pergi. aku berjalan menuju kamarku yang tertutup, ku buka pintu kamar dan sudah ada koper berisi barang barang menyambut ku.

"Huft sabar," Ucapku menghela nafas masuk kedalam kamar membalik badan menutup pintu.

... Keesokan harinya ...

Hari ini merupakan hari dimana aku pergi dari kota kelahiran, cuaca entah kenapa sangat cerah yang membuat ku kesal tidak seperti tokoh utama di berbagai novel yang selalu mendung bila tokoh utama sedih.

Saat ini aku sudah berada di bandara, di sini sangat ramai orang orang yang ingin menaiki pesawat, sama hal nya dengan ku, terdapat dengungan suara mesin pesawat dari lapangan lepas landas hingga membuat ruang tunggu sedikit berisik.

Aku duduk melamun melihat sekitar sembari menunggu panggilan ku menuju kota Rafles. Entah kenapa sangat membosankan di bandara ini, kulihat sekitar dan tidak sengaja melihat Hinata berjalan di kerumunan orang ramai.

Aku bangun dari tempat duduk hendak menyusul nya, namun tiba tiba terdengar pengumuman kalau pesawat menuju kota Rafles sudah siap. Aku bergegas ke pesawat takut terlambat dan menghiraukan nya.

... pesawat di udara ...

Entah kenapa di dalam pesawat lebih membosankan di bandingkan saat menunggu. Kursi depanku ada kantong yang berisi majalah, kuambil salah satu majalah dan majalah itu bertemakan pesawat jatuh.

Aku mengembalikan majalah itu dan mengambil majalah lain yang entah kenapa memiliki tema yang sama. Ku geleng geleng kepala, tetap positif thinking kalau tidak akan ada pertanda buruk.

“Ahahaha mana mungkin akan terjadi sesuatu di hari secerah ini dan pesawat juga dalam kondisi baik baik saja," Ucapku dengan tawa tetap positif thinking.

"Duerrrr!" Suara petir tiba tiba terdengar.

"SAAT INI PESAWAT DALAM KONDISI TIDAK MEMUASKAN DI AKIBATKAN CUACA YANG TIBA TIBA MENDUNG. SILAHKAN KENCANGKAN SABUK PENGAMAN UNTUK MEMASTIKAN KESELAMATAN," Pemberitahuan pilot kepada orang orang di dalam pesawat.

Tiba tiba banyak kantong oksigen keluar dari atap pesawat dan aku memakai nya karena panik bukan main.

"Kenapa jadi sial kek gini!" Suara hatiku panik menghirup udara dengan sangat cepat.

... Setibanya di kota Rafles ...

"Huekkkkk," Suara aku muntah di plastik.

Tidak ku sangka aku akan mabuk pesawat, dan pula bagaimana bisa cuaca yang tadinya cerah berubah seketika di saat aku positif thinking. Ku buang seluruh kresek berisi muntahan ke tempat sampah.

"Kevin! Kesini!" Teriak Tante lili memanggilku.

Aku melirik kearah seorang yang memanggil ku, ku samperin dia walaupun aku tidak mengenalnya, ku pikir pikir dia adalah teman dari ibu.

"Anda siapa?" Tanyaku curiga.

"Ehhh masa kamu lupa siii sama bibi lili yang cantik iniiii," Ucap bibi lili memelukku dan membuat ku susah bernafas tertekan oleh 2 gunung nya.

"Aku benar benar tidak kenal siapa anda," Ucapku dengan ekspresi datar di peluk oleh Tante Tante ini.

"Aku ini bibi lili Kevin, masa kamu nggak ingat sih," Jawab bibi lili melepaskan ku dari pelukan nya.

Mawar HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang