Aku mengikuti Jade menuju ruang ganti untuk menemani nya berias. Dia tidak sempat berias karena bersama Anon menyandera Julian di apartemen nya.
Aku melihat mukanya yang sedikit pucat, mungkin karena dia sakit atau efek dari menangis nya. Aku berpikir membuatkan teh panas untuknya yang sedang tidak enak badan, biasanya kalau orang sakit, di kasih teh panas akan segera sembuh.
"Jade. Gue mau pergi bentar yah," Ucapku berjalan mundur kebelakang.
"Kemana?" Tanya Jade berhenti melangkah.
"Ngga papa. Cuma ke dapur," Jawabku berlari meninggalkan nya.
Jade mendengus kesal mendengar aku pergi ke dapur. Dia berjalan menuju ruang ganti, mengabaikan pikiran nya yang kesal dengan Kevin, berpikir kritis untuk mengambil keputusan.
Aku sampai di dapur. Mengambil gelas yang tertata rapi di meja. Aku berkeliling di dapur untuk mencari teh celup, namun tidak kunjung ketemu. Melainkan menemukan teko teh panas yang tergeletak sendirian. Tanpa lama lama ku ambil dan menuangkan di gelas.
Aku berjalan menuju ruang ganti dengan penuh semangat sembari membawa teh panas. Berharap Jade tersipu malu karna mendapatkan perhatian dari cowo seperti ku.
Aku masuk ke dalam ruang ganti menghampiri nya yang sedang berias. Entah kenapa mukanya lebih segar dari biasanya. Make up di mukanya membuat muka Jade yang datar menghilang.
"Jade. Nih gue bawain lu teh panas," Ucapku tersenyum, memberikan teh panas.
Jade dengan ekspresi datar menerima teh dariku. Walaupun luarnya menunjukkan ekspresi datar, di dalam lubuk hatinya sangat senang dengan kepekaan Kevin terhadapnya.
Tiba tiba Tania datang memanggilku dengan senyuman ramah. Suasana hati Jade yang tadinya senang akan Kevin, tiba tiba hancur dengan kedatangan Tania.
"Hai Kevin!" Sapa Tania dengan senyuman ramah.
"Eh Tania," Ucapku memalingkan pandangan dari Jade.
"Lu bentar lagi tampil yah, semangat yahh!" Ucap Tania mengacungkan jempolnya kepadaku.
"Iya makasih semangatnya!" Tegas Jade menatap Tania.
"Eh kok elu yang jawab. Gue kan semangati Kevin," Ucap Tania menunjuk Kevin.
"Iya Tania makasih banyak yahh. Elu tadi bagus bett bawain lagu nya, sampe gue kebawa suasana," Ucapku memuji Tania.
"Bagus bet sampe kepala gue sakit," Ketus Jade melanjutkan make up nya.
"Iri bilang, ngga usah ngehina gitu," Balas Tania.
"Eh Tan. Bentar lagi bakal di mulai, ntar lu ngga bisa dapet kursi terdepan lho," Ucapku mencoba memisahkan mereka berdua.
"Oh iya juga ya, sampai jumpa dan sampai jumpa Jade!" Ucap Tania lembut kepadaku dan tegas saat mengucapkan sampai jumpa ke Jade.
"Ngga usah temenan sama dia!" Tegas Jade memperingati ku.
"Emangnya kenapa?" Tanyaku bingung.
"Lu ngga tau apa apa, intinya lu jauhin dia," Jawab Jade.
Aku mengangguk untuk meringankan pikiran nya, bukan menuruti perintahnya.
Jade memakai gaun dari Cinderella yang sederhana. Dia terlihat cantik, namun mukanya pahit karna datar. Di saat natural tanpa make up saja dia sudah cantik. Di tambah dengan make up, dia semakin cantik walaupun mukanya seperti itu. Gaun Cinderella yang terlihat kotor tidak membuatnya kehilangan kecantikan.
"Dah yok," Ajak Jade mengusap pakaian Cinderella.
"Ayok," Ucapku berjalan mendahului nya.
Kita berdua berkumpul bersama yang lain. Nagato dengan dada teposnya karena bantalan dadanya ku ambil. Sekelas sudah siap dengan peran masing masing. Hinata berada di depan layaknya ketua yang memimpin kita semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Hitam
Teen FictionMawar hitam ... Mawar melambangkan keindahan, keindahan tersebut melambangkan kecantikan wanita di novel ini. Tidak lupa dengan duri nya, duri di mawar ini berfungsi untuk melukai siapapun yang berani menyentuhnya, sama hal nya dengan cewe cewe di s...