Part 9 - Sorry for Me

303 43 9
                                    

- Stefan's Point of View -

24th November, 2016

Ada moment setelah pernikahan gue dan Yuki, kami memutuskan untuk pergi ke Jepang berdua untuk honeymoon sekalian babymoon setelah kami baru dapat rejeki lebih dari bonus Yuki di kantor dan gue yang baru turun honor setelah menyutradarai video klip salah satu penyanyi baru di jaman itu. Awalnya kami nggak pernah berencana untuk honeymoon karena kami mau fokus ngumpulin uang untuk rumah. Tapi setelah di pikir-pikir, kapan lagi kami bisa merasakan bulan madu berduaan secara kami juga akan punya anak beberapa bulan lagi, kan. Jadi lah gue dan Yuki memilih ke Jepang di bulan Desember, bulannya liburan Natal dan Tahun Baru yang membuat kami harus merasakan Jepang yang crowded dan penuh dengan wisatawan.

Dan ketika itu, di malam Tahun Baru, gue dan Yuki jelas harus merayakan serunya countdown di Shibuya. Gue inget banget betapa gue dan Yuki harus berjuang untuk menuju ke sana dan mencari spot paling pas untuk berdiri dan menikmati countdown dan fireworks nanti saking penuh dan crowded-nya Shibuya malam itu. Kami bahkan nggak bisa berjalan bersisian dan gue sampai harus terus memeluk Yuki yang berdiri di depan gue supaya bini gue nggak kegencet orang-orang saking ramainya karena saat itu Melodi sudah ada di dalam perut. Tapi at some moment, gue dan Yuki terpisah. Gue kayaknya lagi asik ngelihatin makanan, sedangkan Yuki jalan entah kemana sambil mikir gue masih ngikutin dia. Jelas aja kami panik dan saling cari mencari di antara ribuan orang yang ada di sana. Mana di jaman itu belum ada smartphone, dan untuk penghematan, cuma nomor Yuki yang kami daftarkan SLI, nomor gue di biarkan non-aktif. Gimana nggak panik, kan?

Tapi ternyata kalimat itu benar adanya. In a sea of people, my eyes will always search for you. Nggak sampai dua puluh menit, gue menemukan istri gue yang saat itu sedang berdiri di bawah lampu jalan right before the countdown started. Tanpa perlu mencari susah payah, gue sudah bisa memastikan kalau itu istri gue bahkan hanya dengan melihatnya dari belakang. Menemukan Yuki yang gue sudah kenal betul bentuk tubuhnya, warna dan model rambutnya, cara berdirinya, gerak geriknya, dan segala pembawaan dirinya. Karena buat gue, tidak akan pernah sulit mencari Yuki di antara ribuan orang itu. Karena buat gue, Yuki selalu berbeda dari semua orang, dan gue tidak pernah kesulitan mengenali dia.

Sayangnya, malam ini, keahlian gue untuk mengenali dan menemukan Yuki di manapun kami berada justru menjadi kutukan buat gue sendiri. Karena dengan keahlian itu, gue jelas bisa dengan mudah memastikan kalau perempuan yang ada di dalam mobil itu, yang baru di cium oleh laki-laki bajingan itu adalah benar istri gue. Apalagi kini yang gue lihat dengan jelas adalah wajahnya, bukan sekedar punggungnya atau rambutnya. Dan biarpun gue katarak sekalipun, gue yakin itu Yuki.

Makanya, dengan rasa tidak percaya dan luka yang menikam, sekali lagi gue memastikan kalau apa yang gue lihat tidak benar. Gue pandang perempuan itu tepat di manik matanya saat gue sudah berdiri di depan mobilnya. Dan setelah lagi-lagi bangsatnya gue yakin itu istri gue, tatapan gue pindah ke laki-laki yang ada di sebelahnya. Yang balas menatap gue juga. Makanya dengan kemarahan yang sudah di ujung kepala, gue menggebrak kap mobil, membuat kedua manusia yang ada di dalamnya terlonjak kaget, kemudian menunjuk laki-laki itu dengan telunjuk gue.

"Turun!" seru gue sambil sekali lagi menggebrak mobilnya.

Dan setelah gue berteriak begitu, laki-laki itu keluar dari mobil, sedangkan Yuki tetap di dalam, melihat gue dengan wajah yang gue tau ketakutan setengah mati. Sedangkan gue juga masih benar-benar tidak bisa memproses apa yang terjadi dengan cepat karena emosi gue sudah sampai ke ubun-ubun. Tangan gue sampai mengepal dan gemetar saking marahnya menunggu si brengsek ini berjalan menghampiri gue.

Kemudian, seperti orang yang tidak punya salah, dia mengulurkan tangannya pada gue. "Malam Pak Stefan. Saya Al, rekan kerja Ibu Yuki. Saya pikir saya harus menjelaskan, barusan, saya hanya membantu Ibu Yuki karena matanya kelilipan..."

Senandung Hati Melodi Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang