- Stefan's Point of View -
17th November, 2016
"Papa pulang!" Gue berseru keras saat memasuki rumah, membuat kedua anak gue yang lagi sibuk di tengah ruang tamu sambil nonton langsung melompat berdiri kemudian berlari menyambut gue. Setelah meletakan semua barang-barang di sofa, gue berlutut untuk menerima pelukan anak-anak gue. Kangen banget gue sama nih bocah dua.
"Papa, I miss you," ucap Melodi sambil memeluk gue lebih dulu karena adiknya masih tergopoh-gopoh berlari menghampiri gue.
"Hi Sweety, I miss you, too," gue memeluk Melodi kemudian. Dan kini, Miko pun semakin berlari cepat, nggak mau kalah sama Kakaknya. "Halo, Miko! Aduh, aduh, Miko jangan lari dong, nanti jatuh gimana?" ucap gue saat Miko kini menubruk gue sampai gue terduduk kemudian tertawa bertiga.
"Papa kok nggak jadi jemput Melodi sama Miko di rumah Oma?" tanya si Kakak yang sudah mulai kritis dan selalu banyak bertanya. Dan kadang, pertanyaan-pertanyaannya suka ajaib, bikin gue jadi bingung jawabnya.
"Iya, maaf ya Sayang, Papa masih kerja barusan. Cuma tadi di jemput Mama, kan?"
Melodi mengangguk. "Iya. Tadi juga makan HokBen sama Mama. Melodi nambah satu kali," jelas Melodi dengan bangga. Gue pun langsung mengacungkan ibu jari.
"Wuih! Nambah? Hebat. Kalo Adek? Nambah juga?"
"Nambah uga..." sahut si beo Miko menggemaskan, membuat gue tertawa.
"Adooh, pada pinter makannya ya. Pantesan nih pada berat nih anak-anak Papa, sampe Papanya nggak kuat gendong lagi," ucap gue disambut tawa kedua malaikat kecil gue. "Terus, sekarang Mama mana? Kok nggak kelihatan?"
Melodi menunjuk ke arah tangga. "Mama di atas, lagi telepon."
"Ooh, di atas, ya?" Melodi mengangguk menjawab gue. "Yuk, Sayang, masih telponan? Aku pulang, nih. Temenin makan, yuk," gue berteriak memanggil Yuki.
Dan suara Yuki terdengar dari atas. "Iya, sebentar ya. Lima menit lagi aku turun." Kayaknya Yuki lagi serius nelpon deh. Ah, sudahlah, gue siapin makan sendiri aja. Lagian kasian juga Yuki, pasti dia juga sama capeknya, nggak enak kalau gue masih minta dia buat siapin makanan gue.
"Ya udah, Papa mau makan dulu ya, Sayang. Kakak sama Adek nonton lagi, gih. Nanti habis makan, Papa temenin."
"Oke, Pa!" Melodi pun menggandeng tangan adiknya kemudian meninggalkan gue untuk kembali ke depan TV. Sementara gue mulai memindahkan makanan gue ke piring. Tapi saat gue sedang sibuk-sibuknya menuangkan kuah tongseng kambing ke mangkuk, gue terpana melihat bini gue – iya, bini gue! – turun dari tangga dengan penampilan yang entah kenapa malam ini... Cantik banget!
"Honey, kamu beli makanan apa?" tanyanya sambil berjalan menghampiri gue. Tadi pagi gue berangkat memang sebelum dia siap-siap pergi, jadi gue nggak lihat hari ini dia pakai apa. And now, I just can't help myself to be in awe of her in her little white dress. Gaun putih pendek di atas lutut dengan punggung sedikit terbuka itu membuat gue bisa melihat betapa mulusnya punggung bini gue, betapa jenjang kakinya, dan betapa indah leher juga tulang selangkanya. Dan kayaknya dia belum ganti baju atau mandi sejak pulang tadi karena dia masih terlihat pakai riasan, dan rambutnya dibiarkan tergerai natural, membuat gue makin nggak sanggup menahan diri gue buat menciumnya. Ini gue doang, apa memang belakangan ini Yuki jadi terlihat jauh lebih cantik dari biasanya?
"Sayang, kok bengong, sih? Beli apa?" dia kini ada di sebelah gue, dan wangi parfum-nya yang selalu enak itu membuat gue makin nggak bisa menguasai diri. Itu bocah dua depan TV bisa disuruh tidur cepet aja, nggak sih? Gue pengen berduaan aja sama bini gue yang lagi cakep-cakepnya, nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hati Melodi Season 2
RomansaWhat if that story has one moment that was different than how it should be. Will it still have that happier ending? Di malam ketika Yuki meminta Stefan menceraikannya, bagaimana kalau ternyata Stefan memilih untuk tidak menceraikan Yuki seperti seb...