15. Pewaris Sah

4.8K 400 16
                                    

"Apa liat-liat?" tanya Kamila sembari mengunyah permen karet saat melihat Wisnu terus memerhatikannya sepanjang mereka menunggu panggilan waktu penerbangan diumumkan.

Mereka sudah selesai check in dan pemeriksaan bagasi dua puluh menit lalu, sementara gate keberangkatan yang tertera di boarding pass masih tersisa satu jam lagi.

Wisnu menggeleng pelan, tanpa melepas pandangan dari perempuan di hadapan, dia menatap kaki Kamila yang bertopang dengan pergelangannya yang bergoyang.

"Ck, daripada cuma ngeliatin mending beliin boba, gih! Aku haus," titah Kamila tanpa dosa.

"Oke." Namun, anehnya Wisnu menurut begitu saja.

"Sama rotinya sekalian!" tambah Kamila, ketika Wisnu mulai beranjak dari tempatnya.

"Oke. Ada yang lain?" tawar Wisnu masih dengan wajah datar.

Kamila mengibaskan tangan.

"Nggak. Itu aja buat sekarang, nggak tahu lima menit ke depan."

Wisnu tak lagi mendengarkan, dan berlalu pergi.

Sepuluh menit kemudian, lelaki itu kembali dengan kedua tangan yang penuh. Tangan kanan berisi dua cangkir plastik berisi minuman berbeda, sedangkan yang lainnya kantong karton berisi roti yang Kamila inginkan.

"Thank's," ucap Kamila sembari menyambar boba dan rotinya. Sedangkan Wisnu nampaknya sudah cukup hanya dengan segelas latte panas.

Sekali lagi lelaki itu memerhatikan segala gerakan yang Kamila lakukan, bahkan saat makan, minum, atau sekadar mengorek-ngorek hidungnya yang gatal.

Sadar dirinya diperhatikan, Kamila langsung menoleh, tetapi saat itu juga Wisnu mengalihkan pandangan dan pura-pura menyesap kopinya.

"Cro-err, maksudku Wisnu! Aku ingin mengajukan pertanyaan yang mungkin nggak pernah kamu dengar selama sepuluh tahun pernikahan kita."

Wisnu menaikkan sebelah alisnya untuk menanggapi ucapan Kamila.

"Tentang kamu dan Yuna!"

Wisnu mendengkus. "Bukankah sudah kubilang, saat kita berdua, jangan pernah bahas tentang orang ketig--"

Sekali lagi Kamila meletakkan telunjuknya di bibir Wisnu hingga membuat lelaki itu terbungkam.

"Bukan itu jawaban yang aku mau. Ini cuma pertanyaan sederhana tentang sebuah perjodohan di mana sepasang kekasih yang jadi korbannya."

"Sepasang kekasih?" Wisnu tertawa mencibir. "Aku dan Yuna tak punya hubungan semacam itu sejak dulu, Kalina. Sama seperti wanita lainnya, dia hanya umpan yang orangtuaku lemparkan untuk kupilih dan jadikan santapan. Setiap umpan pasti melewati seleksi ketat mereka, siapa yang paling berkualitas, dialah yang terpilih. Dalam kasus perjodohan sepuluh tahun lalu, memang kamu yang paling memenuhi kriteria dan lulus segala kualifikasi, walaupun fakta yang terjadi tetap tak bisa dipungkiri. Hubungan yang kujalin dengan Yuna selama dua tahun terakhir pun tak luput dari pantauan papa dan mama. Dengan terang-terangan mereka bahkan menyebutnya menantu cadangan bilamana kita benar-benar bercerai."

Kamila terdiam sesaat mendengar segala penuturan yang seolah Wisnu ungkapan dari lubuk hari terdalam.

"Jadi, hubungan kalian bukan atas dasar cinta?" tanya Kamila menyambung kembali rasa keingintahuannya yang semakin menggebu.

"Cinta?" Wisnu kembali mencibir sembari tersenyum getir.

"Satu-satunya kisah cinta yang kuingat hanya saat masa-masa SMA."

"Jadi, mereka bukan hanya mengatur kehidupan sosialmu, tapi juga kehidupan pribadimu?!" pekik Kamila cukup terkejut.

"Begitulah."

Menantu yang Diremehkan Ternyata Meresahkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang