17. Perilaku Menyimpang

3.8K 373 8
                                    

Jemari perempuan itu dengan lincah menari di atas keyboard. Menelusuri tiap file yang tertera di satu folder bernama K. Wijaya. Baru saja telunjuknya hendak membuka satu file yang sangat menggugah rasa penasarannya, suara pintu yang terbuka mengurungkan niat Kamila.

"Kal--"

"Ngapain balik?" Refleks Kamila saat menyadari Wisnu yang ada di balik pintu.

Sebelah alis lelaki itu terangkat naik.

"Ng, maksudku ada perlu apa? Bukannya kamu bilang baru balik nanti malam?" ralatnya yang menyadari perubahan mimik wajah Wisnu.

"Aku baru ingat kalau laptopku ketinggalan. Boleh, pinjam punya--"

"Nggak," pekik Kamila histeris sebelum Wisnu sempat menyelesaikan kalimat.

Kali ini giliran dahinya yang bertautan.

"Ng, umm ... maksudnya lagi dipake," kelitnya gelagapan.

"Oh, ya sudah kalau gitu, aku pakai IPad saja. Bisa tolong ambilkan di meja sebelahmu!" pinta Wisnu sembari menunjuk meja di belakang Kamila.

"Di mana?" Kamila berbalik dan langsung mencari gadget yang Wisnu butuhkan.

"Itu, di si--" Baru saja lelaki itu hendak melangkah mendekat, Kamila sudah merentangkan tangan di depan.

"Ya, ya, ini!"

Buru-buru dia menyodorkan IPad Wisnu sebelum lelaki itu berjalan menghampiri. Bisa-bisanya dia membiarkan laptopnya masih menyala, sedangkan Wisnu hampir memergokinya.

"Kalau udah mending buruan! Jangan biarkan Bu Hilma nunggu kelamaan. Dia kalau ngambek idungnya ngembang." Sekali lagi Wisnu menatap Kamila dengan aneh.

Kamila yang diperhatikan demikian, malah tak peduli dan mendorong tubuh Wisnu keluar dari unitnya sekarang.

"Dah, bye."

Blam!

Pintu kembali ditutup, tak lupa kunci ganda disematkan.

Perempuan itu menghela napas panjang, lalu kembali duduk di tempat semula. Dengan hati-hati dia membuka laptop yang semula ditutup paksa untuk menuntaskan rasa penasarannya akan file-file yany gadang-gadang bisa menghancurkan keluarga Wijaya. Namun, sebelum itu terjadi suara dering ponsel kembali menginterupsi.

"Argh! Apa lagi, sih?" Kamila mengacak rambut frustrasi.

Buru-buru dia mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang memanggil.

"Apa lagi, Wisnu? Jangan bilang kolormu yang ketinggalan sekarang? Nggak usah alesan, orang tadi kamu pake baju di depanku--"

"Kamila, ini aku. Revan."

"Oh, shit." Kamila mengumpat keras.

"Aku sudah di Surabaya sekarang."

"Hah? Kok, bisa? Bukannya kamu bilang ditunda dua hari lagi?"

"Ada hal penting yang harus kuceritakan langsung padamu."

Kamila terdiam sejenak.

"Kebetulan aku juga."

***

"Sepertinya sejak awal kecemasan kita pada Kalina nggak berdasar, Van. Bisa dibilang dia lebih cerdas dari yang kita kira." Kamila memulai percakapan mereka di ruang rawat VIP Rumah Sakit Kartini, tempat Kalina dirawat.

"Aku tahu," sahut Revan sembari menatap perempuan yang terbaring di brankar dengan berbagai alat medis yang melekat di tubuhnya.

"Hah? Jadi, kamu udah tahu?" tuntut Kamila.

Menantu yang Diremehkan Ternyata Meresahkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang