33. Pengakuan

3.1K 236 9
                                    

"Kalina nggak amnesia, dia yang ada di balik semua teror yang terjadi. Gue nggak bekerja sendiri, ada mata-mata lain di rumah itu. Dia nggak berniat memperalat lo, Mil. Kalina melibatkan lo, karena dia pikir bakal mati dalam kecelakaan itu." Kamila dan Galih menatap saksama lelaki yang bercerita dengan menggebu itu, di sebuah warung kopi pinggir jalan masih di daerah Tanah Abang.

Dia adalah Feri Irawan, sohib Kamila dan Galih sejak SMA dulu. Mereka juga pernah sama-sama berjuang untuk masuk STIN, walaupun cuma Kamila yang lulus. Sejak saat itu ketiganya berpisah. Meniti karir di bidang yang berbeda.

Diketahui Feri sempat menjadi petinju sebelum direkrut Kalina sebagai orang kepercayaanya. Tak menyangka mereka bisa bertemu dan reuni dengan cara seperti ini.

"Semua udah Kalina persiapkan dengan matang-matang, Mil. Dia bahkan sudah bersiap memberikan semua yang dia punya buat lo nanti."

Kamila tertegun cukup lama. Dia mencoba percaya dengan segala yang dikatakan Feri, walaupun keraguan pekat menyelimuti diri. Entah kenapa perempuan itu yakin ada alasan yang lebih besar dari ini.

"Lo yakin nggak ada alasan lain, Fer? Sejauh pengamatan gue Kalina itu sosok yang susah ditebak. Dia bisa ngelakui apa aja. Dia bisa melakukan sesuatu yang bahkan nggak kita duga sama sekali. Kalau memang gue nggak diperalat, kenapa dia harus minta lo buat ngawasin gue sama dengan lo ngawasin semua anggota Keluarga Wijaya? Seolah dia nggak percaya bahwa gue akan selalu ada di pihaknya apa pun yang terjadi."

Feri terdiam cukup lama. Dia menatap Kamila yang acapkali menuntut jawaban dari pertanyaan yang sebenarnya tidak dia tahu pasti.

"Jujur gue juga nggak tahu pasti, Mil. Saat Kalina minta gue buat ngawasin lo dia cuma bilang kalau lo pasti bertindak sendiri dalam menyelidiki semua misteri ini. Terbukti, sekarang lo ada di sini, dan mencari tahu tentang sopir truk yang sudah Kalina bayar agar bisa bersaksi di pengadilan nanti. Gue cuma mau ingetin sekali lagi, selalu ada alasan di balik semua tindakan. Selebihnya bisa lo tanya sendiri. Ini nomber dia yang bisa lo hubungi!"

***

Wisnu tertegun menatap Bu Dahlia yang terbaring tak berdaya di ranjang rawatnya. Beruntung wanita paruh baya itu berhasil melewati masa kritisnya. Dokter mengatakan bahwa Bu Dahlia mengalami kelumpuhan pada beberapa bagian tubuhnya, dia juga semakin kesulitan bicara. Hal itu terjadi karena efek samping obat berbahaya yang selama ini Yayang berikan secara diam-diam. Kalau terus dibiarkan tanpa penanganan, mungkin Bu Dahlia akan menghabiskan sisa hidupnya berbaring di atas ranjang, dan tak bisa melakukan segala kegiatan seperti sedia kala.

"Liat! Apa kamu masih percaya bukan Kalina sialan itu yang ada di balik semua ini? Banyak bukti sudah mengarah padanya, apa lagi yang kamu tunggu, Wisnu?" ucap Yayang menggebu-gebu mengisi keheningan pekat yang menyelimuti ruangan itu. Dia bahkan sudah menanggalkan embel-embel 'Bang' yang biasa disematkan, dan memanggil lelaki itu hanya dengan namanya.

"Kita cuma punya tiga hari tersisa sampai rapat pemegang saham, dan Kalina diumumkan sebagai pemimpin Poltaris yang baru. Keputusan ada padamu, kesampingkan apa pun perasaan pribadi yang menghalangimu. Lihat orang-orang di sekitarmu, lihat kondisi adik-adikmu, lihat kondisi ibumu!" Yayang menunjuk tubuh Bu Dahlia yang terbaring dan hanya bisa menatap nyalang ke arahnya. Meskipun tahu apa yang sebenarnya terjadi, wanita paruh baya itu tetap tak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan Yayang dan rencana busuk yang dia buat bersama suaminya dengan memanfaatkan Wisnu.

Yayang berjalan mendekat. Dia melingkarkan lengan di leher lelaki itu. "Aku mohon Wisnu. Pikirkan lagi usulan kami. Demi kebaikan keluarga ini."

Wisnu terdiam cukup lama. Berbagai kecamuk pikiran bergelut menjadi satu. Dia bimbang dalam mengambil keputusan yang sama-sama sulit ini. Di satu sisi ada keluarga yang harus dilindungi, di sisi lain ada sosok wanita yang tengah mengisi relung hati.

Menantu yang Diremehkan Ternyata Meresahkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang