19. Orang Kepercayaan

4.3K 418 10
                                    

"Astaga ini benar-benar menggelikan."

"Bagaimana bisa dia memakai barang-barang istrinya?"

"Lihatlah ... ternyata mereka datang hanya untuk mempermalukan diri."

Kulit wajah Yayang yang putih bersih, sekejap berubah merah padam. Rahangnya mengatup rapat dengan kedua tangan yang terkepal. Rasa malu itu sudah menjalar ke seluruh dirinya hingga tubuh tinggi ramping tersebut hanya bisa duduk mematung untuk beberapa saat.

"Yang ...." Di kolong meja Hendri mengiba sembari memeluk kaki istrinya. Dia tak tahu lagi di mana harus menyembunyikan muka berserta semua rasa malunya.

"Brengsek lo, Hendri!" desis Yayang seraya menendang Hendri sampai terjungkal ke belakang. Kemudian melepas kedua sepatu heels berwarna nude yang dia kenakan, beserta tas yang dilempar ke wajah sang suami.

Yayang berlalu dengan bertelanjang kaki, di ambang pintu dia menatap Kamila begitu tajam seolah tatapan itu mampu mencabiknya.

"Puas lo, Bitch?"

Kamila mengernyit. "Lah, kok gue?"

"Yang!"

"Yayang!"

Dengan mental dan harga diri yang sudah benar-benar berantakan, Hendri memberanikan diri keluar dari persembunyian. Dia menenteng tas dan sepatu Yayang, dan mengekor di belakang.

"Aku butuh penjelasan, Hendri!" Wisnu menghadang, cengkeramannya terlihat kuat di lengan adiknya itu.

"Oke, gue bakal jelasin. Tapi, jangan sekarang. Please, Bang ...." Sontak Wisnu melepas cengkeraman tangannya saat melihat Hendri mengiba dengan mata berkaca-kaca.
Akhirnya dia membiarkan Hendri lepas mengejar Yayang yang kehilangan muka di hadapan para jajaran direksi dan orang-orang penting yang menghadiri rapat ini.

Perempuan itu menyetop taksi, pergi begitu saja meninggalkan Hendri yang terlihat begitu menyedihkan berlarian mengejarnya. Mempertaruhkan harga diri dan image yang sudah susah payah dibangun selama ini. Kehormatan Keluarga Wijaya yang tersemat di belakang namanya luntur sudah oleh satu kesalahan fatal yang selama ini rapat dia sembunyikan.

Tubuh lelaki itu luruh ke tanah. Bersimpuh menjadi tontonan orang-orang yang dengan sengaja mengambil foto untuk mengabadikan.

Kamila berdiri di samping Wisnu yang berdiri geming dengan tangan terkepal. Satu anggota keluarga telah berhasil mencoreng nama Keluarga Wijaya yang selama ini dikenal sebagai konglomerat yang tak pernah terlibat skandal. Peristiwa hari ini mungkin menjadi pembuka catatan panjang tentang kecacatan yang dibungkus rapi oleh topeng yang dianggap sempurna. Dan pandangan orang pun tak lagi sama.

"Sepertinya aku harus mengatur penerbangan ke Jakarta saat ini juga. Sisanya bisa kamu tangani sendiri, kan? Tolong ...," pinta Wisnu pada Kamila yang nampaknya bingung harus melakukan apa.

Kamila mengangguk meski tak yakin. Entah perasaan macam apa yang harus dia tunjukkan sekarang. Senang di atas penderitaan orang lain? Atau bersimpati pada orang-orang yang sudah menghancurkan hidup kembarannya?

Entah dorongan dari mana Kamila tiba-tiba berbalik menghadap Wisnu, lalu memeluk lelaki itu.

"Tenangkan dirimu," gumamnya lembut dan penuh simpati.

Tubuh Wisnu berubah kaku, tapi otot-otot yang semula meregang, tiba-tiba melunak. Ada perasaan nyaman yang sulit digambarkan, hingga berhasil mengambil kendali atas diri. Dia membalas pelukan Kamila, begitu erat, tanpa sekat. Kemudian menghirup dalam-dalam ceruk leher beraroma vanila itu.

"Ekhmm. Kalina, kamu dipanggil Bu Hilma." Revan tiba-tiba datang menginterupsi. Terpaksa Wisnu harus melepas kenyamanan semu itu.

"Hati-hati," ucap perempuan itu sebelum punggung mungilnya menghilang ditelan pintu yang terbuka dan menutup secara otomatis.

Menantu yang Diremehkan Ternyata Meresahkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang