Epilog

234 30 0
                                    


Hari jadi sekolah yang ke dua puluh lima ini terasa lebih berbeda dari sebelumnya. Selain karena banyaknya alumni yang datang untuk memeriahkan pesta malam ini, mereka juga mendapatkan kisah horror yang tak bisa di lupakan. Semua cerita menyeramkan itu seolah menjadi asupan mereka dalam kenangan di pesta ini.

Semua berhenti bercerita, dari kalangan Osis memanggil setiap kelompok dari beberapa kelas. Lisa menghampiri kelas The Boyz, dan Lia menghampiri grup NCT di atas.

"Permisi," kata Lia saat berada di mulut pintu, lampu saat itu sudah menyala. Sekolah Adanta bersinar kembali di antara kegelapan malam yang mencengkam, "karena udah dibenerin listriknya, kalian bisa keluar. Acaranya mau mulai lagi."

"Oke siap, Lia!" seru Haechan yang terdepan mendahului mereka keluar dari ruangan.

"Semangat banget, lu," nyinyir Taeil.

Jungwoo yang berada di belakang Taeil hanya menatap kosong. Ekspresinya sulit ditebak, seolah kumpulan pikiran negatif itu terus menerornya setiap saat.

***

Sementara itu di kelas berisikan para anggota geng The Boyz juga ikut keluar. Choi Chanhee yang keluar di baris terakhir berhenti sejenak, ada sensasi aneh menggelitik di lehernya. Dia baru tersadar bulu kuduknya merinding setelah mengusap permukaan leher. Pria itu menoleh kebelakang tanpa ekspresi berarti. Sebenarnya masih ada Jisun disana, namun dia tak bisa melihatnya. Gadis bersurai hitam itu terduduk di jendela besar kelas yang terbuka, siulan angin terasa dari luar jendela—menambah kesan seram jika netra sekedar menyapa.

"Chanhee!" seru Juyeon yang ternyata menyusulnya karena belum keluar dari kelas, "yang lain udah kebawah. Kenapa masih di sini?"

"Hah? Oh engga," Chanhee menoleh pada Juyeon kemudian berlalu, "cuman mau ngecek aja, siapa tahu ada barang yang ketinggalan."

Jujur, perasaan Chanhee benar-benar tak enak soal ini.

***

"Woy Lia," kata Jhonny, "gua emang udah alumni, kolot banget, tapi gua juga masih inget kali jalan buat ke aula di mana. Lo kalau mau jahilin kita mending gak usah deh, gak lucu."

Langkah Lia berhenti ketika Jhonny berkata demikian, seketika bulu kuduk mereka berdiri saat melihat Lia menunduk. Lampu berkedip beberapa kali, Jisung merasa tidak aman di sini.

"Ini karena belum pada bayar SPP kali, ya? Jadi tagihan listrik ngelunjak?" kata Haehan ceplas-ceplos.

"Lia," kata Taeyeong mencoba memberanikan diri.

"Lia woy anjing!" karena tidak sabaran melihat Lia yang diam saja, Taeil mendekat dan meraih bahunya.

"Jangan!" seru Jungwoo langsung.

Semua orang kini melihat Jungwoo bersamaan.

***

Seementara The Boyz yang sudah berada di aula mulai bercengkrama dengan beberapa orang lain. Pesta di gelar lagi, panggung bersinar dengan alunan musik si penyanyi cantik bernama Wendy—alumni yang pernah geger soal kecantikannya di zaman Taeyeong masih hokcai.

"Oke teman-teman," mulai Wendy dengan mic ditangannya, "kita akan melanjutkan acara sebentar lagi. Jika ada yang tidak diizinkan berdiam diri di sekolah malam-malam, boleh pulang ya."

Semua bersorak ria, begitu juga Sunwoo dan Ericyang terus bersiul di meja panjang berisi makanan-makanan.

"Kita akan memulai acara dengan—"

"AAAAAAHHHHHHHHHHHHH!" perkataan Wendy terpotong setelah mendengar sebuah teriakan kencang di pojok sana.

Wanita yang duduk di bangku pojok berjalan layaknya zombie di mimpi Sangyeon, dia mengamuk lalu berdiri di tengah sambil berteriak dan menangis. Semua heboh, kacau, bahkan tawa itu hilang seketika saat melihat para wanita kesurupan masal. Mereka menangis tersedu-sedu, kalau Haechan melihat ini mungkin dia kaan dejavu. Mengingat peristiwa mengerikan yang sulit di lupakan saat study tour di Jogjakarta waktu itu.

The Horrorium | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang