Tahun ajaran baru telah tiba, dan Jennie telah resmi menjadi murid tahun ketiga. Lantas berjanji kepada kedua orangtuanya untuk mengurangi berbuat onar meskipun uang sakunya tidak bertambah.
Pengetahuannya tentang Sang Pujaan barunya sejak akhir tahun kedua telah meningkat pesat. Jennie telah tahu namanya, tempat favoritnya di kastil Hogwarts, rasa es krim yang dibencinya, dan nama burung hantu peliharaannya.
Namjoon Kim, tahun kelima, belum pernah berkencan meski penggemarnya bertebaran di seisi Hogwarts, dan tergabung dalam tim Quidditch Slytherin sebagai chaser. Tahun ini Ia menjabat pula sebagai Prefek Slytherin yang tertampan.
Meski Jennie sudah tahu hingga ke kebiasaannya menghancurkan barang dalam sekali pegang, Ia mengaku kepada Rose dan teman-temannya di asrama bahwa Ia lebih memilih untuk menjadi seorang secret admirer.
Yang setelah itu tidak disetujui oleh Rose, sebab itu bukan gaya seorang Jennie Ruby yang pemberontak. Namun Jennie tetap pada pendiriannya.
Hari ini, hampir sepekan di awal tahun ajaran baru. Dan Jennie baru menemukan fakta yang amat mencengangkan lagi tentang Pujaannya, yaitu: Namjoon Kim akan berulang tahun pada dua belas September nanti yang berarti kurang dari seminggu lagi.
Ia layaknya penggemar Namjoon yang lain, tentu saja ingin sekali memberikannya hadiah. Namun, Jennie berpikir bahwa hadiah berupa benda saja sudah terlalu mainstream bukan?
Surat? Jennie sudah sering memberikannya secara diam-diam di lipatan buku yang sering dibaca Namjoon saat di perpustakaan, dan surat-surat tersebut berujung hanya dilihat tanpa di sentuh sedikit pun.
Jennie harus mencari hadiah yang bagus dan cemerlang! Ia harus memikirkan matang-matang tentang ini. Sambil duduk di ruang rekreasi Ravenclaw, Ia termenung menatap ke dalam patung indah Sang pendiri asramanya, Rowena Ravenclaw.
Rose di sebelahnya yang telah membuka buku memberi ide, "Bagaimana dengan sapu terbang?"
Jennie mengetukkan jari telunjuknya ke dagu beberapa kali. "Tapi sapu terlalu mahal harganya, aku tidak punya tabungan." Ujarnya mengerucutkan bibir.
"Kalau begitu, pin dasi?" Kata Rose lagi.
Jennie mengerutkan dahi. "Dimana kita bisa mendapatkan benda itu?" Ia menghela napas. "Lagipula, aku menginginkan hadiah istimewa yang akan membuatnya terkesan, lalu mengingatku seumur hidup."
Rose mendengus. "Kau bahkan tidak memperlihatkan diri."
Jennie menghela napas lagi. "Sepertinya aku mau turun ke bawah sebentar." Ia berkata seraya berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu.
Yang membuat Rose menoleh dari bukunya, serta memaki-maki Jennie. "Apa? Ini sudah malam, Jane! Sebentar lagi patroli akan dimulai." Namun Jennie tak mengacuhkan makian Rose dan menghilang di balik pintu asrama.
Saat Jennie berniat untuk turun ke lantai enam, Ia mendapati Seren bersaudara yang juga terlihat ingin turun ke lantai bawah. Ia menghampiri dua bersaudara tersebut.
"Halo Seren!" Sapa Jennie tersenyum.
Lalisa tampak terkejut, sedangkan Yeressha mendelik. "Oh, kau membuatku terkejut, Jennie." Ucap Lisa mengerjap-kerjap.
Jennie menyibak surainya. "Kalian di lantai tujuh." Kata Jennie. Lisa mengangguk membenarkan.
"Kami habis bertemu dengan kakak sepupu kami, Sabine Sykes. Dia di Gryffindor." Yeressha menjelaskan. Mereka turun tangga bersama.
Jennie mengangguk-angguk. "Aku tahu Sykes, dia teman satu klubnya Joy."
Yeressha mengangguk. "Ya, kau sendiri? Ini sudah hampir malam, mengapa ingin turun kebawah?" Tanyanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/235512528-288-k447320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Slytherin Head Boy
FanfictionHei, siapa bilang murid Ravenclaw tidak bisa melanggar peraturan? [HogwartsAU!] [SlowUpdate!]