04: Percakapan malam hari

157 17 7
                                    

Sore hari setelah kelas terakhir di hari selasa. Jennie dengan terburu berlari kearah lapangan quidditch yang terlihat sedang dipakai latihan oleh tim quidditch Slytherin, dan beberapa gerombolan gadis di tribun.

Jennie menghela napas lega saat tahu latihan itu belum berakhir, lantas mendumal dalam hati tentang profesor Vektor yang lambat membubarkan kelas.

Jennie duduk di tribun paling atas, melirik kearah segerombolan gadis Slytherin yang bersikap genit dan mengalihkan pandangannya ke udara, kearah beberapa orang berbaju hijau yang sedang terbang dengan sapu terbang sambil mengoper-oper bola.

Namjoon Kim ada disana, sang pujaannya sedang memukul bola quaffle guna mencetak gol.

Ya, Namjoon Kim adalah seorang Cheaser.

Para gadis bersorak-sorai kala Namjoon berhasil mencetak gol. Jennie menatap mereka dengan tatapan kesal, dan lebih memilih untuk membuka buku sejarah sihirnya hingga latihan quidditch berakhir.

Latihan berakhir. Namjoon Kim turun dari sapunya dan membantu yang lain untuk membereskan peralatan bekas latihan. Gadis-gadis turun dari tribun menghampiri Namjoon dan yang lainnya.

Jimin Park--Seeker Slytherin-- memutar bola matanya malas, lalu menyenggol lengan Namjoon. "Para selirmu menunggu, tuh, Kim." Katanya.

Namjoon terkekeh. "Bercerminlah, mereka juga menunggumu." Ucapnya.

Namjoon terlihat kesusahan lewat karena dihalangi oleh bergerombol gadis dari empat asrama. Jennie yang melihat itu, menutup buku sejarah sihirnya lantas turun dari tribun. Menghampiri lapangan, dan membelah gerombolan para gadis itu.

"Permisi gadis-gadis, maaf aku harus mengambil pujaan kalian karena aku ada detensi bersamanya petang ini." Ucapnya lantang.

Salah seorang gadis Gryffindor, Im Nayeon berseru. "Tidak mungkin Namjoon terkena detensi, dia seorang Head Boy!"

Jennie memutar bola matanya. "Aduh kebodohanmu. Aku yang didetensi olehnya. Jadi, dari waktu ini hingga malam nanti tolong jangan membuntuti Namjoon. Tenang saja, aku akan mengembalikannya kepada kalian besok." Kata Jennie, lalu dengan cepat menarik lengan Namjoon keluar dari lapangan.

Sepertinya Mood Jennie turun sebab kelas Aritmancy tadi, hingga membuatnya menjadi galak dan agak pendiam dari biasanya. Ia menarik Namjoon--yang masih menenteng sapunya--masuk ke lorong kastil yang kini terlihat sepi karena sudah petang.

"Aku tidak ingat kita punya jadwal detensi lagi. Jika iya, itu mesti bersama guru atau Mr. Filch, bukan?" Ucap Namjoon.

Jennie berhenti berjalan, ia membalikkan tubuhnya menghadap Namjoon. "Aku menyelamatkanmu, bodoh." Makinya.

Namjoon menaikkan sebelah alisnya. Jennie melepas genggaman tangannya dari lengan Namjoon, lantas menghela napas. "Sudahlah, kau takkan mengerti." Katanya.

"Kau terlihat sensitif. Ada apa?" Tanya Namjoon.

Jika Namjoon menanyakan itu saat Jennie sedang baik-baik saja, mungkin ia akan memekik senang dan menggoda si Kim. Namun sekarang ia hanya diam dan menghela napas.

"Tidak ada, hanya pelajaran Aritmancy-ku agak kacau." Kata Jennie.

"Aku kira karena kejadian detensi jumat lalu." Ujar Namjoon.

Slytherin Head BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang