Jennie memperhatikan sekitarnya, berjaga-jaga kalau-kalau Mr. Filch bersama kucing peliharaannya--Mrs. Norris--melewati lorong lantai dua tempatnya berada sekarang.
Di lantai tiga sana, terlihat Sir Nicholas--hantu Gryffindor yang memiliki kepala hampir putus--melambai-lambaikan tangannya, mengisyaratkan kepada Jennie bahwa Mr. Filch juga sedang tidak berada di lantai tiga. Ia segera naik keatas tangga.
"Terima kasih telah membantuku, Sir Nicholas." Ucap Jennie lantas terburu pergi.
Langkahnya mengarah ke tangga pintu masuk aula dekat menara Gryffindor, tepatnya ke sebuah patung penyihir bungkuk bermata satu. Jennie berhenti, mengatur napasnya sebentar lantaran lelah sehabis berlari-lari sambil mengendap-endap untuk menghindar dari si penjaga sekolah.
Lantas Jennie mengeluarkan tongkat sihirnya, dan teringat bahwa ia juga ternyata sedang membawa jubah gaib--yang ia pinjam dari Jimin Park--yang tersampir di lengan kirinya. Ia menepuk kepalanya, bergumam pelan tentang kebodohannya yang tidak memakai jubah tersebut sedari tadi.
Jennie mengetuk-ketukkan tongkat sihirnya ke patung beberapa kali, nyaris saja merapal mantera guna membuka jalan rahasia menuju Hogsmeade kalau saja sebuah suara tidak menginterupsinya.
"Melanggar aturan lagi, huh?"
Jennie terkejut, ia sontak membalikkan tubuhnya, dan menemukan presensi seorang pemuda yang berdiri dengan kedua tangan yang penuh buku dan perkamen-perkamen, kelihatannya ia baru saja pulang dari perpustakaan. Jennie berdecak, "Kau menggangguku, Kim!"
Pemuda tersebut--Namjoon Kim--menggeleng. "Bukankah seharusnya kau sedang detensi bersama Mr. Filch?" Tanyanya. Wajah Jennie seketika mengeruh.
Ya, benar. Seharusnya Jennie sedang di detensi oleh Mr. Filch, lantaran dua hari yang lalu ia membantu Peeves berbuat keonaran.
Jennie membuat sebuah patung kepala naga yang menyeramkan menggunakan baju-baju zirah yang dirusak oleh Peeves, lantas menyuruh Peeves untuk memakainya dan menakut-nakuti para siswi Ravenclaw yang mengejeknya dahulu hingga para siswi tersebut terjatuh dari tangga--beberapa dari mereka bahkan sampai cedera ringan.
Jennie mendengus gusar. "Bukan urusanmu." Katanya sewot.
Namjoon menaikkan sebelah alisnya, "Kau ini kenapa, sih? Tidak biasanya seperti ini." Tanyanya.
Jennie mengerling. "Memang biasanya aku seperti apa? Lagipula, kau juga sama saja! Tidak biasanya kau menyapaku seperti ini, biasanya kau hanya memarahiku, mengusirku, dan mengabaikanku." Ujarnya kesal.
Namjoon tak mengacuhkan Jennie, ia malah terlihat bergumam sendiri. "Apa jangan-jangan kau masih mengira aku dan Jisoo--
"Ssshhhh! Kau terlalu berisik, Kim. Bilang saja kalau kau mau ikut ke Hogsmeade bersamaku!" Jennie menyekap mulut Namjoon dengan telapak tangannya, wajahnya merah menahan malu. 'bagaimana bisa si Kim ini mengetahuinya?' begitulah batinnya berkata.
Namjoon menepis lengan Jennie. "Kalau aku mau ke Hogsmeade, ya tinggal pergi saja. Tidak perlu mengendap-endap melewati jalan rahasia sepertimu." Katanya meledek.
Jennie yang merasa tersinggung dengan perkataan Namjoon merebut seluruh buku dan perkamen yang dibawa oleh si Pemuda, dan menaruhnya di bawah patung si penyihir bungkuk bermata satu, tak lupa menutupinya dengan jubah Ravenclaw yang dipakainya agar tak diambil orang.
Lalu Jennie mengetuk-ketuk patung dengan cepat seraya merapal "Dissendium*." dan menarik lengan Namjoon keras-keras, memaksanya untuk masuk kedalam lorong rahasia. Tak dihiraukannya sang pemuda yang memberontak serta merutuk-rutuk kesal akibat ulahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Slytherin Head Boy
Fiksi PenggemarHei, siapa bilang murid Ravenclaw tidak bisa melanggar peraturan? [HogwartsAU!] [SlowUpdate!]