"Chapt 5"

3.8K 507 20
                                    

"Chapt 5"














Brak!

"Eejaranjaran" latah adik Jeno yang terkejut saat Jeno membuka pintu apartemen dengan tidak santainya.

Dan Jeno tak perduli itu dengan tetap berjalan menuju lantai atas di mana kamarnya berada mengabaikan sang adik yang menatapnya bingung dengan cemilan satu baskom di pelukannya.

"Napa dah tu orang tiap pulang mukanya kusud miris keset toilet" ucapnya kembali berjalan menuju ruang tv dan mengabaikan kakaknya yang selalu seperti itu setiap pulang selama sebulan ini.

Ya, Jeno selalu menunjukan wajah kusud dan sebal setiap pulang dari rumasakit atau lebih tepatnya bertemu dengan Haechan. Bukan tanpa alasan Jeno seperti itu, dia kesal dan sedih setiap kali Haechan menolaknya padahal apapun yang ia bisa sudah ia lakukan untuk Haechan tapi tetap saja di tolak oleh lelaki buta yang sayangnya imut gak ketulungan.

Jeno, sempat berpikir ingin menyerah untuk mengejar Haechan yang memang sepertinya tak bisa ia gapai, tapi bayang-bayang Haechan terus menghantuinya membuat Jeno kembali bersemangat di pagi harinya dan kembali lemah saat malam.

Brugh!

Jeno, menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjangnya dan menatap langit-langit kamarnya.

"Chan~aaa... Harus dengan cara apa agar kau bisa menerimaku?" gumam Jeno sebelum perlahan menutup matanya.

- - -ooOoo- - -

Dan di sisi lain Haechan terbaring tengkurap di atas ranjangnya dengan bahu bergetar yang menandakan dia sedang menangis.

Cklek!

Pintu kamar terbuka dan Haechan tak perduli itu karena dia tau pasti eomma tau Hyungnya lah yang masuk kedalam kamar.

"Chan~aaa"

Haechan, tak merespon dan tetap dengan posisi sebelumnya mengabaikan panggilan Renjun.

Dan karena tak ada respon dari sang adik, Renjun berjalan masuk mendekati ranjang dan duduk di tepi ranjang Haechan.

Renjun, mengusap lembut surai sang adik "Chan~aaa... Hyung tau kau masih trauma dengan masalalu, tapi apa kau akan seperti ini selamanya? Cobalah menerima orang lain menjadi keluargamu juga" ucap Renjun dan Haechan paham apa maksud dari ucapan sang kakak, namun dia tak tau harus merespon seperti apa hingga di hanya bisa terdiam.

"Hufff" Renjun menghela nafasnya dalam "aku dan eomma hanya ingin yang terbaik untukmu, dan Hyung yakin Jeno orang yang tepat untukmu, dia selalu berusaha untukmu meski kau selalu menolaknya" ucap Renjun sebelum melenggang pergi meninggalkan Haechan di balik selimut yang lagi-lagi airmatanya menetes keluar.

- - -ooOoo- - -

3 hari berlalu dan selama 3 hari pula Jeno taksa yang menemui Haechan membuat Haechan merasa sedih dan berpikir kalau Jeno narah padanya karena kejadian sore itu.

"Sedang apa?" tanya Renjun yang melihat Haechan duduk sendirian di teras rumah.

"Hyung"

"Uumm?"

"Apa Jeno tak kesini?"

Entah apa yang ada di pikiran Renjun sehingga di tersenyum saat mendengar pertanyaan sang adik.

"Kau merindukannya?"

Dengan wajah memerah Haechan mengangguk membenarkan pertanyaan sang kakak yang menang dia sedang merindukan Jeno yang biasanya banyak tingkah dan membuatnya tertawa tapi tiga hari ini Jeno tak menampakkan batang hidungnya.

"Nanti juga datang, tunggu aja" ucap Renjun membuat Haechan mengerutkan dahinya bingung.

"Maksud Hyung?"

"Udah tunggu aj-"

"Channie..!!!!"

"Kan dateng" ucap Renjun saat Jeno sampai dan berteriak memanggil Haechan.

Entah harus senang atau marah saat mendengar suara Jeno yang berteriak memanggilnya, Haechan secara reflek beranjak dari duduknya seolah menyambut kedatangan Jeno yang sudah ia nanti.

Plak!

Jeno, membolakan matanya saat tiba-tiba Haechan memukul lengannya padahal dia baru juga sampai.

"Kenapa aku di pukul?" tanya Jeno.

Dan bukannya menjawab Haechan malah menangis membuat Jeno semakin bingung dan menatap ke arah Renjun yang masih berdiri di ambang pintu. Dan Renjun hanya mengangkat bahunya saat Jeno menatapnya.

"Uttu...uttu... tayang~" ucap Jeno langsung meraih Haechan untuk di peluknya.

Renjun, tersenyu dan memberi kode pada Jeno untuk dia pergi yang langsung di angguki oleh Jeno.

Selang berapa menit Jeno melepas pelukannya saat di rasa Haechan sudah lebih tenang.

"Kenapa menangis hhmmm?"

Haechan, menggeleng lucu sebagai respon pertanyaan Jeno dan itu berhasil membuat Jeno semakin gemas dan ingin cepat-cepat menikahi Haechan.

"Kalau gak mau jawab aku pergi lagi nih" ancam Jeno mulai beranjak namun langkahnya terhenti saat Haechan menahan pergelangan tangannya.

"Jangan pergi, aku minta maaf aras ke jadian sore itu, dan aku menangis karena aku takut kau marah padaku dan tak mau menemuiku lagi" ucap Haechan.

Tak tau harus merespon bagaimana saat mendengar ucapan Haechan, yang pasti Jeno sangat bahagia sekarang, akhirnya cintanya terbalaskan dan akhirnya Haechan mempercayainya meski restu nikah belum ia dapat yang penting dia bisa dapetin hati Haechan terlebih dulu.

Jeno, kembali mendekati Haechan dan memeluk erat Haechan "aku tak akan pergi, tak akan pernah" ucap Jeno membuat Haechan membalas pelukan itu.

Haechan, sekarang sadar bahwa dirinya membutuhkan Jeno setemah memikirkan ucapan sang kakak Tempo hari yang benar adanya kalau dia tak busa terus terjerat trauma masa lalu dan mulai menerima Jeno untuk melanjutkan hidup.

"Apa kau merindukanku selama tiga hari ini?" tanya Jeno dan Haechan mengangguk.

"Maaf, aku harus ke luar kota dan tak sempat berpamitan padamu" ucap Jeno.

"Itu jahat" ucap Haechan sambil memcubit pelan perut Jeno.

"Iya... iya... tidak lagi"

"Jeno"

Jeno, yang di panggil langsung menatap ke arah Haechan "ada apa?"

"Kapan kita nikah?"

Terasa ke jatuhan duren ke truk Jeno hanya bisa diam saat Haechan bertanya kapan merena akan nikah dan tanpa Jeno tau Renjun sedari tadi menguping di balik pintu rumahnya dan sekarang Renjun menahan tawa melihat ekspresi Jeno yang mungkin kalau Haechan melihatnya juga akan tertawa.

- - -ooOoo- - -

Maaf ya ini Book dan pernah Up...

"God Gave Me You" {NOMINHYUCK} || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang