5

7.8K 103 8
                                    

Ketika pembawa acara meminta pihak keluarga menyanyi, baik dari pihak Omku dan Tanteku menyuruh aku untuk menyanyi, dengan sedikit ragu aku melangkah ke arah pemusik.

Sebelum aku menyanyikannya, terlebih dulu aku berikan sinopsis tentang lagunya dalam bahasa Indonesia.

        "DEKKE SI MUDUR UDUR"

judul lagu yang aku bawakan walau ada kata kata yang aku pelesetkan. Karena lagu itu cocoknya buat adat Batak.

Sedih memang. Aku sendiri yang membawakan hampir menangis karena kubayangkan Mertuaku dulu menyayikannya untuk anak perempuannya yang aku nikahi.

Banyak yang memberi saweran, dan hasilnya kuberikan kepada adekku Rosa dan suaminya.

Aku membayangkan betapa agungnya kasih orang tua sama anaknya walau itu lagu untuk anak perempuan yang menikah.

Seandainya Papa ku yang menyanyikannya untuk aku, betapa bahagianya hatiku.
Tapi, tidak mungkin terjadi karena pernikahanku ditentangnya.

"Thoro ..kenapa menangis" Om Goofy mendekatiku di bangkuku.

"Enggak Om. Bahagia aja bisa memberikan nya untuk Rosa." Kataku.

Papa dan Mamaku hanya melihat ke aku. Tak ada sedikit hatinya untuk mendekatiku hanya sekedar menyapa. Benar benar keras kepala dia.

"Sayang....bagus kau membawakan lagu tadi" Mamaku yang mencium kepalaku. "Mama tau sayang, kau ingin diperlakukan Papamu seperti layaknya seperti anak yang lain. Kau harus sabar. Papamu akan menerimamu kembali. Yakin itu" kata kata Mamaku.

"Maaaaa......" Panggil Papaku ke Mama.
Mamaku langsung meninggalkanku, karena Mamaku juga takut sama Papaku.

Untungnya waktu yang disediakan pihak Gereja sudah habis. Dengan pengumuman oleh MC acara akan segera selesai.

Kami pun siap siap untuk mengantar pengantin ke mobilnya.

Peluk cium dan tangis dari pihak Om dan Tanteku mewarnai perpisahan sementara, sewaktu Rosa dan suaminya hendak memasuki mobil penganten yang akan membawa mereka.

Ketika giliranku tiba, aku menyematkan jam tangan untuk Melkhi. Karena aku merasa tidak perlu orang banyak tau.

"Maaf yang Melkhi, aku gak bisa kasih apa apa" kataku.

"Bang, dengan sumbangan suara Abang aja aku sudah bersyukur bang. Apalagi ini...jam tangan....akan kupakai sepanjang masih bisa kupakai bang. Terimakasih untuk semuanya" Melkhi bahagia.

"Sudah banyak uang kau rupanya"sindir Papaku setelah mobil pengantin berlalu.

"Lae....kenapa sih menyindir Thoro terus. Dibeli juga buat dikasih sama suami Rosa" Om ku sudah terpancing rupanya.

"Maaf Lae...bukan maksud saya melarang Thoro"Papaku merendah.

"Om kami duluan ya...males berhadapan sama orang kaya yang pelit, jutek, emosian" kataku menyindir Papaku.

"Apa kau bilang Thoro ..."

"Emang Papa pelit. Darah tinggi melulu bawaannya. Marah...marahh....emosiiiiiii aja terus. Asal tau ya Pa, Walau Papa tidak dak menerima kami, tapi Thoro mencintaimu Pa, sayang sama Papa. Tak akan ada yang menghalangi itu. Thoro terima semua perlakuan Papa ke aku, tapai Papa perlu tau, Cinta dengan hati Thoro tidak luntur karena emosi dan darah tinggi Papa" kataku dan pergi.

"Ini anak makin kurang ajar ya bilang...." katanya tapi gak aku dengar lagi selanjutnya

Aku menggendong anakku, istriku disampingku, kami menyusuri jalan menuju rumah Om Goofy.

Tiba dirumah, aku langsung ganti pakaian. Untuk menghindari perdebatan dengan Papaku, aku permisi ke istriku untuk ke sungai.  Bagusan menikmati aliran sungai jernih dari pada dengerin kata kata yang keruh....

Dengan jalan kaki aku pergi ke sungai
Pas ditengah jalan, ada yang mau ke sungai naik motor.
Kucegat dia biar aku ingin membonceng.

Untuk menikmati aliran sungai, kubuka semua pakaianku dan aku masuk kedalam sungai. Kurendam diriku, hanya berendam karena aku tidak bawa sabun.

"Bang Thoroooo....baaang..." Panggilan si Bridge membuatku berdiri

"Kamu disuruh menyusulku, Bridge .."

"Iya, Om sama Tante mau langsung pulang. Bang Thoro disuruh pulang sama Papi"

"Bilang aja aku masih disini
Kalau mau pulang pulang aja
Gak guna hidup aku sama Papa"

"Baaaangg...please. Nanti aku dimarahi Papi"

"Itu bagaimana argumen kamu aja Bridge. Pulang aja sana"

"Abang bikin susah...."gerutu Bridge.

Sepeninggal Bridge, aku langsung keluar dari sungai. Kupakai kaos dan celana pendekku walapun tubuhku masih basah.

Aku pergi ke ladang orang yang ada pondokannya ditepi sungai.
Kunikmati rokokku disana. Karena aku takut akan disusul lagi.

Setelah hampir dua jam-an lebih dalam kesendirianku, aku memutuskan untuk pulang.

Dijalan yang sepi itu, aku berjalan sendiri. Aku mendengar suara motor masih di kejauhan menuju ke arah sungai. Sambil jalan rokokku tidak lepas dari selipan jariku.

Aku memandang ke arah motor yang semakin mendekat.

"Ahhh Om Goofy...." Kataku sendiri. Aku berhenti.

"Om mau kemana? Mau mandi?"

"Mau kemana...mau mandi...jemput kamu Thoroooo"

"Untuk apa, Om. Sudah gede ini, sudah punya anak malah, ngapain jemput"

"Om khawatir sama kamu Thoro.."

"Khawatir gimana...kan tadi si Bridge sudah datang. Pasti dikasih tau dong aku disungai"

"Kamu keras kepala persis kaya Papamu"

"Justru karena Thoro mau menghindari Papa, makanya Thoro kemari, Om"

"Mereka suda berangkat. Sekarang kita pulang"

"Ini juga tadi sudah mau pulang"
Kunaiki motornya dan kulingkarkan tanganku di pinggangnya. Kusenderkan kepalaku di punggungnya.

"Harus bersenderkah dan tangan harus melilit di panggang Om"

"Om, Thoro itu suka sama Om, anggap aja sebagai pengganti Papa....dah lama Thoro tidak mendapatkan itu, Om."
Om Goofy tertunduk.

"Ok Om, Thoro tidak melakukannya lagi. Om bisa pulang duluan. Biar Thoro jalan sambil menikmati indahnya ladang dan tumbuhan di tepi jalan"

"Thoro....naik."

"Enggak....kalian semua sama."

Bersambung=====>

CINTA TERPENDAM KU SAMA OM KU ( BISEXUAL')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang