[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
"Semua berawal dari luka; mencoba ikhlas tapi sakitnya akan terus membekas."
🦋🦋🦋
"Jangan harap Ayah mau memaafkan kamu!" pekik seorang paruh baya pada anak laki-laki yang tengah bersimpuh di lantai. "Ayah orang terpandang di kampung ini, dan kamu berani-beraninya menodai nama Ayah dengan kelakuan kamu yang bejat itu?!"
"A-Ayah maafin Tama, Yah. Dengarkan penjelasan Tama duluuu, Ayah salah paham." Laki-laki itu terbata-bata dengan suara parau karena sesenggukan.
Wajah sang Ayah sangat memerah, ia seakan tak tahan lagi melihat tampang anaknya itu berada di hadapannya. "Dasar anak tidak tahu diri, pergi kamu sekarang juga!" Ia sontak berdiri tegak dengan mata melotot. "Tidak ada tempat lagi untukmu di rumah ini!"
Tangis Tama semakin pecah, ia langsung meraih tangan abahnya dan meletakkan di wajahnya. "Ayah Ayah, tolong maafin Tama. Ayah boleh memukuli Tama, Ayah boleh menyiksa Tama, bahkan mengurung Tama sekalipun. Tapi tolong jangan usir Tama dari rumah ini Ayahhh." Ia terus meringis.
Raut wajah Ayah semakin terlihat bergejolak, ia tidak bisa lagi menahan amarahnya. Kepalan tangannya pun kemudian menghantam punggung Tama dengan sekejap mata, lalu membabi buta. Tama terus meringis kesakitan, air matanya kian tumpah ruah.
Di ruangan itu mereka tidak hanya berdua, tetapi juga ada adik dan juga ibu tirinya yang hanya bisa tertunduk diam melihat perlakuan suaminya menyiksa anak sambungnya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Malam kian mencekam, wajah Tama sudah babak belur dan percikan darah tengah mengotori kemeja yang ia kenakan. Ia sedang terbaring lemas di atas lantai, dan masih belum berhenti sesenggukan.
Tak satu pun orang rumah yang mampu menolongnya. Setelah dibiarkan begitu saja terkapar oleh ayahnya, rasa sakit di dadanya lebih sesak daripada sakit akibat dipukuli. Mata Tama yang terpejam, berusaha ia buka. Luka lebam oleh karena pukulan kerasa pada kelopak mata sebelah kanan membuat Tama kesulitan melihat dengan jelas, matanya hanya bisa menyipit.
Seraya membuka mata, di balik pintu ruang tengah Tama melihat adik tirinya sedang berdiri menatap ke arahnya. Dari perawakannya umurnya masih kisaran delapan tahun, dan ia sedang memegang sebuah kain bersih.
Perlahan ia berjalan mendekati Tama yang terbaring di atas lantai, ia seperti ada keraguan tetapi anak kecil itu tetap saja memberanikan diri. Sedangkan kondisi Tama saat ini tidak sedang baik, perasaannya penuh dengan emosi.
Beberapa saat kemudian saat anak kecil itu sudah berada begitu dekat dengan Tama, dengan sigap Tama langsung menari lengan adik tirinya. Ia mengunci tangannya ke leher anak itu sembari berucap lirih. "Jangan sesekali berteriak atau kupatahkan lehermu sekarang juga!"
Anak itu menurut, ia sama sekali tidak berbicara tetapi perasaannya sedang tertekan. "Ini semua tidak akan terjadi kalau kamu tidak berulah! Ingat, ini baik-baik, Yusuf. Kau dan juga Ratu adikmu tidak akan pernah lupa dengan apa yang terjadi hari ini. Kelak kalian dewasa, luka yang aku rasa sekarang, harus kalian bayar dengan rasa sakit yang lebih parah dari ini!" ancam Tama pada adik tirinya.
Kepalan tangan anak kecil itu menarik-narik lengan Tama yang melilit pada lehernya, napasnya mulai sesak. Dengan wajah yang geram, Tama langsung melepasnya dan mendorong adik tirinya itu sampai terpental cukup jauh.
Anak kecil itu langsung berdiri dan berlari meninggalkan Tama dan juga kain bersih yang ingin ia berikan langsung pada kakak tirinya. Tama yang tadinya geram, kembali mendengkus kesakitan. Lukanya tidak hanya karena pukulan semata, tapi juga luka di hati, yang sepertinya akan sulit terobati.
🦋🦋🦋
To be continuedIni akan menjadi awal konflik pertemuan kedua Tama & Azmi, seperti yang kalian akan tahu nantinya Tekadreaders setelah membaca buku Tekad, di dalamnya akan ada satu karakter yang menjadi sorotan di awal dan di akhir cerita. Nah ini bersinggungan juga dengan cerita "7 Detik Sebelum Biru". Sosok Azmi di sini bisa diibaratkan sebagai hero, cerita akan berpusat ke Tama dan Azmi sebagai penyelesai konflik. Seperti di drama korea ada karakter Cameo, nah Azmi akan menjadi bagiaj terpenting dalam konflik hidup Tama sampai ending.
Anyway, gimana nih prolognya? Sakit nggak bacanya?:") Sakhit dong! Harus sakhittt yaa guys!😌🥲
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Detik Sebelum Biru
SpiritualDi sebuah persinggahan batas kota tepi jalan, raut wajah Tama lagi-lagi terlihat berbeda dari sebelumnya. Gerimis terus saja mengetuk kaca mobil, setiap suara ketukannya mengiring rasa tak menentu yang sebentar lagi akan membuncah bak hati yang tak...