16. Be Mine

375 56 64
                                    

Semua permasalahan soal Ayyorlik telah berakhir. Ini melegakan, kini mereka semua sudah pulang, kembali berada di depan Istana Citrus. Orang-orang berseru khawatir, mendapati Ratu yang kini digendong Marquiss Govert. Dengan tenang Javan menjelaskan apa yang terjadi, hingga mereka semua dengan geram mengutuk, Negeri Ayyorlik.

"Yang Mulia, Anda benar-benar tidak apa-apa?" Arcelio menemani gadis itu di kamarnya dengan ekspresi terluka. 

"Aku yang sakit, tapi kenapa malah kamu yang menangis?" Alleia tertawa mengusap air mata Arcelio yang bisa dikatakan sangat manis.

Harusnya para calon selir menyambutnya di depan istana saat dia kembali. Tapi, dikarenakan dia yang pulang terlalu cepat karena insiden di perjamuan Kekaisaran. Hanya Arcelio yang dapat menyambutnya, karena pria itu ketika dia pergi tidak beralih dari tempat berpisah dan setia menunggu di tempat itu. Entah karena cinta itu membuat orang bodoh. Tapi jika benar, Arcelio adalah definisi sebenarnya dari budak cinta. 

Alleia meraba pahanya yang terluka. Itu tidak terlalu dalam, tapi masih teras perih jika digerakkan. Lagi pula penyihir kerajaan saat ini segera dipanggil ke istana untuk menyembuhkan luka Ratu.

"Hey, berhentilah menangis. Aku tidak sesakit itu sampai harus kamu tangisi." Entah siapa yang terluka, tapi malah dia yang memberikan hiburan.

"Yang Mulia, selalu bersikap semua baik-baik saja. Yang Mulia orang yang sangat kuat. Saya tidak percaya sampai sekarang masih bisa berada di sisi orang sehebat dan sekuat baginda," puji Arcelio di tengah tangannya yang berusaha menghentikan air matanya yang mengalir. 

Tidak, mereka salah. Alleia tidak sekuat itu, dia hanyalah gadis yang ingin bertahan hidup di dunia yang kejam. Dan dengan ketakutannya pada dunia dia sekarang bisa berdiri di atas kekuasaan untuk meredakan rasa takutnya yang tidak pernah bisa menghilang. 

"Begitukah?" Alleia mengangkat dagu Arcelio dan mengecup air mata yang membasahi pipi pemuda tersebut. Apakah dia memang beruntung? Di kehidupan kali ini ada yang bisa mencintainya setulus ini. Padahal sudah jelas jika dia adalah penjahat yang memanfaat semua orang di sisinya dengan baik. Tapi mengapa pria ini masih mencintainya walau mengetahui dirinya dimanfaatkan dengan sempurna? 

"Tentu saja, saya berharap selalu bisa berada di sisi, Baginda." Tangan Arcelio terangkat, menggenggam jari jemari dingin milik kekasih hati. Kedua sudut bibirnya terangkat, menampilkan senyuman hangat yang hanya bisa dilihat oleh orang yang dia cintai.

Alleia ikut tersenyum tulus. Untuk pertama kalinya ada orang yang menangisi kesakitannya karena khawatir, bangga pada dirinya yang jelas bukan orang baik, bahkan menyanjungnya setinggi ini. Perasaan hangat menyelimuti hatinya yang sudah lama membeku. Wajah gadis itu mendekat, menempelkan bibirnya dengan milik penggemar tulusnya yang kini merona sembari memperdalam ciuman manis mereka.

Alleia lagi-lagi tersenyum, membawa Arcelio duduk di sampingnya. "Aku sakit, jadi bisakah kamu merawatku, Tuan." Kepala Alleia bersandar pada bahu pemuda di sampingnya yang mengangguk manis. 

"Di mana, Anda merasakan sakit?" 

Alleia terkekeh kecil. "Di sini," tangannya menunjuk dahi. "Di sini," tangannya menunjuk dua pipi. "Di sini," tangannya kini menunjuk hidung. "Dan di sini," yang terakhir, dia menunjuk bibirnya yang mungil.

Setelah mengatakan hal itu, tangannya terjulur merangkul pinggang pemuda di sampingnya. "Tapi, harus diobati dengan ciuman, Tuan Arcelio," ujarnya dengan nada imut yang membuat Arcelio bisa mimisan saking tidak kuatnya melihat keindahan langka di hadapannya. Ratunya yang kejam ternyata bisa bersikap semanis ini. Jika ada sesuatu yang bisa merekam atau memotret wajah Ratu saat ini. Dia akan melakukannya dan akan memajang gambar-gambar itu memenuhi kamarnya.

Psychopath QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang