Hera selalu beranggapan kalau hidupnya akan mendekam dalam kegelapan untuk selamanya. Dia berpikir tidak akan ada harapan untuk hidup sesuai keinginannya.
Hingga hari itu tiba, di mana putri baik hati yang dikenal semua orang sebagai malaikat. Tiba-tiba memberontak, mengambil alih takhta, membunuh siapa saja penghalang.
"Aku ingin kamu jadi pelayan setiaku. Apa kamu sanggup?"
Ingatan itu kembali terlintas. Di mana gadis dengan piyama penuh darah tersenyum manis padanya mengulurkan tangan untuk menariknya dari kegelapan.
Menghabisi orang-orang yang membuat dia sengsara. Membayar jasa yang dilakukan dengan harga yang setimpal. Membuatnya bisa hidup tenang tanpa memikirkan orang-orang yang selalu memanfaatkannya.
Baginya, wanita itu seperti iblis yang Tuhan turunkan untuk membantunya menemukan cahaya yang dia anggap sebagai utopia belaka.
"Yang Mulia."
Hera tersenyum tipis, walau di luar dia begitu dingin dan berlaku sinis pada iblis penolongnya itu. Itu hanya sikap normal ketika kita menemukan orang yang membuat kita nyaman menjadi diri sendiri.
"Anda harus bangun. Ini adalah hari penting."
Hera tidak bisa menahan senyuman ketika iblis yang menjelma gadis rupawan di hadapannya berdecak kesal, melemparkan bantal untuk membuatnya diam tida menggangu tidurnya.
"Oh, lihatlah. Ratu tiran pemalas ini sudah susah payah mengumpulkan para pria tampan, tapi malah malas mendatangi peresmian haremnya sendiri."
Hera sudah tidak lagi memasang ekspresi jenaka. Dengan gayanya dia menunjukkan ekspresi sinis yang menjadi makanan sehari-hari nonanya yang gila darah.
"Shut up! Hera!" Alleia berteriak, menodongkan belatinya pada Hera.
Hera tidak takut, dia malah tertawa kecil melihat ekspresi kesal yang dibuat oleh, Nonanya. Terlebih visual berantakan yang gadis itu miliki saat ini. Rambut acak-acakan, mengembang seperti singa. Mata yang masih setengah menutup hingga piyama kusut yang dipakainya.
Menggemaskan.
"Bangunlah. Hari ini peresmian para selir. Harem yang anda inginkan akan terwujud beberapa jam lagi."
Alleia yang mendengarnya menghela napas, segera turun dari kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Benar, bahkan Alleia tidak pernah dilayani selayaknya Ratu karena risih dikerumuni banyak orang. Selain Hera, tidak pernah ada yang berani melayani Alleia sedekat ini. Karena jika salah sedikit saja orang itu bisa mati.
"Anda terlihat tidak senang."
Hera mengeringkan rambut Alleia yang basah. Gadis itu hanya terdiam menatap kaca dengan wajah datar. "Entahlah, aku pun tidak tahu."
"Apakah ada yang salah, Yang Mulia?"
Alleia melirik pelayan setianya yang fokus melayaninya. Entahlah, gadis itu pun tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Dia tidak merasakan perasaan apapun selain kekosongan aneh yang menjalar di seluruh dadanya.
"Apa manusia memang tidak pernah puas?" tanya Alleia pada dirinya sendiri dengan miris.
Hera tidak menanggapi, dia hanya fokus menghias tubuh gadis di depannya dengan sempurna. Walau begitu dalam hati, dia prihatin dengan keadaan majikannya yang tidak pernah menemukan kebahagiaannya sendiri.
"Setidaknya, Anda punya harem untuk hiburan."
Sedikit hiburan gadis bersurai hijau itu lontarkan. Membuat Alleia tersenyum untuk sebentar. "Benar, setidaknya aku punya harem."
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Queen
FantasyReverse Harem Series #1 Reverse Harem - Fantasy Seorang pembunuh berantai memasuki tubuh putri cantik baik hati. Bukannya berusaha hidup damai, harmonis dan memperbaiki diri. Sang putri malah mengincar posisi Ratu dan menghabisi semua penghalang den...