Ep. 3 - Kecut

2.5K 265 10
                                    

Hari sudah hampir magrib saat Neifa sampai di rumahnya. Dia memang seberuntung itu. Jarak dari kantor ke rumahnya bisa dibilang tidak terlalu jauh. Plus, rumahnya tidak jauh dari ruas jalan utama bypass Soekarno Hatta. Jadi, tidak perlu lama-lama terjebak di kemacetan, paling harus sabar saja kalau lampu merah kelamaan ngetem, seperti Neifa yang lagi menunggu datangnya hilal jodoh. Eh, malah mantan yang muncul lagi.

Tiba-tiba Neifa menjatuhkan badannya di atas sofa. Sampai adik satu-satunya yang lagi minum jus mix buah itu lompat dari sofa, saking kagetnya. Untung saja cuma menciprat sedikit ke atas meja. Kalau sampai terkena baju, Arancia tidak bakal segan-segan menyuruh kakaknya untuk mencuci baju piyama motif bebek kesukaannya itu.

"Lo dateng-dateng udah bikin kaget aja macam durian runtuh dari pohon," protes Aran melihat Neifa sedang memejamkan matanya sambil rebahan di sofa. Tidak peduli kalau kakinya yang masih terbungkus kaos kaki bercorak daun pudar itu selonjoran di samping Aran.

"Kaki lo bau, Ceu!" Lagi, Aran protes. Nafsunya buat minum jus yang baru dia bikin jadi hilang begitu saja.

"Ah, masa?" Neifa bangun, langsung duduk, dan mencoba cium aroma dari kakinya. Sesuatu yang sia-sia, tapi dia tetap lakukan itu. Dia mengendus-ngendus jempolnya yang hampir saja menempell sama hidungnya yang kecil. Tidak ada bau apek semriwing yang sekalinya buka sepatu bakal tercium seantero ruangan, kayak zaman dulu dia sekolah. Cuma ada bau debu campur pewangi yang biasa dia pakai.

"Ah, bohong kamu, Ran! Baru ganti tadi pagi juga!"

"Makanya pulang ke rumah tuh lepas, cuci kaki, baru rebahan! Lagian kenapa tuh muka kecut banget, sih, Ceu?" tanya Aran.

Neifa dan Aran cuma beda satu tahun saja. Ini bikin Aran yang super berisik dan rempong itu paling nyaman dengan sebutan lo-gue sejak dia jadi murid SMP swasta elit. Berbeda dengan Neifa yang masuk SMP dan SMA Negeri meski masuk ke dalam kategori sekolah unggulan dan favorit. Walaupun begitu, Aran yang sekarang jadi mahasiswi favorit, plus akhwat idaman sekampus, belum pernah sama sekali coba-coba pacaran. Pacaran kok coba-coba? Abis nikah aja kali! Itu slogan yang sering dia bilang.

Neifa sering sekali tersindir sama ucapan Aran yang ceplas-ceplos itu meski semuanya betul. Bikin kupingnya panas dan merah kalau lagi tidak tertutup sama kerudungnya waktu itu. Tapi anehnya, Neifa malah bisa bertahan pacaran sama Frizzy selama tiga tahun meski harus benar-benar jaga rahasia. Itulah hebatnya Neifa yang berbeda sekali dengan adiknya. Selama sepuluh tahun, dia pandai sembunyikan semua rahasia terbesarnya dari orang terdekat.

"Minta!" Neifa merengek, melihat betapa segarnya jus milik Aran.

Kali ini, Neifa merebut gelas jus punya Aran tanpa persetujuan. Bunyi gluk-gluk terdengar kencang saat minuman dingin itu meluncur di sana.

"Itu mah lo nyolong, Ceu!"

"Haus!"

Bibir mungil Aran semakin kecil saat dia cemberut. Mata kecilnya tidak seberapa besar kalau dia melotot marah, makanya sama sekali tidak menyeramkan. Neifa mengembalikan gelas yang isinya tinggal setengahnya itu.

"Nih, masih ada! Gak usah marah."

"Huh!"

Aran buru-buru menghabiskan jus tersisanya, daripada Neifa rebut balik. Neifa menyandar lagi di sofa. Bahunya turun. Kelihatan sekali tidak semangat seperti biasa. Aran curiga sama kakaknya itu. Selama beberapa hari belakangan, mood Neifa tidak bagus.

"Kok, loyo gitu sih, Ceu?" tanya Aran yang taruh gelas miliknya.

Neifa menoleh ke arah adiknya dengan ekspresi lemas. Bibirnya juga melengkung ke bawah. Dia seperti akan menangis, tapi ditahan. Cuma kelopak matanya saja yang bergerak dengan bulu mata yang melambai-lambai.

[END] Dikejar Mantan [Episode lengkap ada di FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang