"Putaran takdir menyebabkan runtuhnya papan catur."
Minta Voment & Follow!
Happy Reading!
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:Kabar aneh terdengar, Emillio meminta untuk dikirim ke Jerman dan melanjutkan studi disana. Entah apa yang terjadi hingga keputusan seperti itu keluar dari otaknya.
"Kamu tidak penasaran dengan berita itu?" Tanya Alvino.
Kayla menghembuskan nafasnya. Mereka sedang di perpustakaan dan membaca buku. Sebenarnya akhir-akhir ini gosipnya dengan Alvino sedang melambung tinggi. Bukan itu yang Kayla pikirkan tapi, dengan Leo yang mengatakan Lio akan studi diluar negeri membuatnya aneh.
"Itu keputusannya." Singkatnya. Alvino mengangkat sebelah alisnya dan wajahnya bertumpu pada tangan.
"Harusnya dia meminta maaf padamu. Setidaknya untuk mengatakan menyesal." Seru Alvino.
Telinga Kayla memerah saat ditatap intens oleh Alvino. Hatinya berdegup kencang tapi dia pintar menyembunyikannya.
"Tidak ada kata maaf yang ingin kuberikan. Biarkan saja."
Hingga Smartphone nya berdering. Itu sebuah pesan dari nomor yang dikenalnya.
"Ada apa?" Tanya Alvino penasaran.
"Dia menungguku di gerbang sekolah sekarang." Kayla menatap Alvino.
"Kau akan menemuinya?"
"Kupikir ini harus diselesaikan." Final Kayla yang kemudian dia beranjak dari bangku nya.
"Kau tunggu disini saja." Alvino tak membantah hanya raut wajahnya menunjukkan kesal.
Di luar gerbang itu, memang terlihat laki-laki dengan jaket hitam sepanjang lutut dan celana jeans hitam. Dia juga memakai topi hitam yang membuatnya terlihat aneh dimata Kayla.
"Ngapain lo kemari?" Tak ada basa-basi karena Kayla ingin mempercepat waktunya dengan orang ini.
Emillio membuka kacamata hitam yang bertengger dihidungnya. Dia menatap datar Kayla walau ada kilatan aneh dimatanya.
"Gue udah lihat dan dengar semuanya." Lio menghela nafas putus asa. Kemudian dia tertawa menyedihkan.
"Harusnya gue gak punya muka untuk ketemu lo tapi, gue harus nyelesain ini semua." Lanjutnya.
Kayla tak berbicara lagi sedikitpun. Dia memutuskan lebih baik mendengar apa yang akan dikatakan orang didepannya ini.
"Maaf." Berapa kali dia harus mendengar?
"Gue tahu lo gak akan menerima perminta maaf gue. Maaf dari Papa aja gak lo jawab apalagi dari gue. Tapi Tha, gue bener-bener minta maaf dan menyesali semuanya. Mungkin jika bunda disini, dia gak akan mau ngakuin gue sebagai anaknya." Matanya memperlihatkan kesedihan yang cukup dalam. Bibirnya tersenyum tapi menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHKOTA DARAH
FantasyKetika pengorbanan mengubah nasib dari 2 jiwa yang berbeda, lalu bagaimana jika salah satu harus bertahan dengan menjadi Mahkota yg berlumuran darah? Akankah takdir mempermainkan kembali kehidupan dari salah seorang gadis yang memang geram...