22. Berhenti Untuk Pergi

139 16 2
                                    

Sambil denger mulmed di atas yuk 🤭
...
Selamat menikmati
Sebelum kisah ini berakhir, ada yang mau titip pesan? Seret dikomentar ya 😊
. . .

Faye tahu apa yang dilakukannya salah, tapi bukan berarti Faye tidak boleh mengetahui apa yang sedang terjadi selama ia berada di rumah sakit, kan?

Ada banyak pertanyaan yang coba Faye renungkan selama dalam perjalanan pulang. Bahkan saat ia baru saja sampai di rumah. Faye benar-benar dibuat bingung dengan keadaan yang mendadak seperti gurun pasir. Semuanya terasa panas dan menegangkan.

Sebelum ia benar-benar keluar dari rumah sakit, Panji sempat mengatakan kalau dirinya akan menyusul pulang setelah urusannya selesai. Ia tidak menolak apalagi membantah. Namun, untuk pertama kalinya Faye merasakan sebuah kebohongan yang coba Panji sembunyikan darinya.

"Bang Panji nggak pernah bohong walau masalahnya kecil dan nggak penting. Dia juga bakal cerita apapun, tapi sekarang, jamgan kan cerita, gue tanya pun dia ngelak. Sebenernya ada apa? Gue udah bolos sekolah hampir sepekan kayaknya, gue lupa. Bukan berarti, Abang marah sama gue gara-gara hal itu, kan?"

"Ri, denger, Abang Lo pasti punya alasan lain. Jangan negatif dulu. Gini, kita balik kasusnya. Kalau semisal Lo dapat hasil ulangan kecil, terus Lo takut sama Abang Lo, pasti Lo sembunyiin nilai itu sampai nemu moment yang tepat buat ngasih tahu itu, kan?" Faye tidak membela diri, tentu ia langsung membenarkan ucapan Nakula. Anak itu terdiam sejenak sebelum kembali bersuara dan mulai bertanya banyak hal yang sebenarnya Nakula sendiri kurang tahu apa yang sedang terjadi beberapa waktu belakangan.

"Ok, kalau Abang gue maklum deh kalau gitu. Terus, Kak Ardan? Kakak tahu ke mana Kak Ardan, kan? Jangan bohongin gue, gue nggak suka dibohongin."

Nakula mengangguk, ia juga tidak akan tega bila melihat Faye sedih terus-menerus. Nakula memang bukan siapa-siapa. Namun, sosok Ardan telah banyak mengajarkannya akan sebuah hubungan meski tidak sedarah. Sejak kecil, Nakula belum pernah dipeluk atau ajari oleh kedua orang tua.

Yang Nakula tahu, kedua orang tuanya tewas karena kecelakaan pesawat dari Medan ke Jakarta. Nakula pikir, urusan bisnis akan selalu membawa bahagia, tapi Nakula salah. Ia justru berduka karena saat itu Nakula belum memahami apa yang disebut kehilangan.

Saat itu, usia Nakula masih begitu muda untuk diberitahu tentang musibah yang dialami oleh kedua orang tuanya. Nakula hanya tahu kalau dirinya akan tinggal bersama dengan Nenek dan juga Sabit. Hanya sebatas menurut tanpa tahu apapun.

Seiring berjalannya waktu, Nakula telah tumbuh menjadi sosok remaja yang kuat dan mulai bisa menerima meski awalnya begitu sakit bila mengingat kebenaran yang hampir setiap kali mengingatnya hanya akan membuka luka yang susah payah diperbaikinya.

Kali ini, ia melihat hal yang dulu pernah dirasakannya melalui Faye. Sosok yang tampak kuat dari luar, namun begitu rapuh, sama seperti Ardan. Ada jarak yang cukup jauh yang Aries bentangkan untuk Ardan sejak dulu hingga kini.

"Kak! Kenapa orang-orang jadi kayak patung sih? Gue bingung, kenapa semua orang seolah menghindar dari pertanyaan gue. Apa sesusah itu buat dijawab? Atau pertanyaan gue yang salah? Kenapa?" Pekik Faye berhasil mengembalikan kesadaran Nakula yang sempat melamun beberapa saat.

"Ri, tenang. Ardan baik-baik aja. Lo juga baru keluar dari rumah sakit. Mending istirahat dulu," ucap Nakula. Tangan yang semula menyentuh bahunya pun ditepis begitu saja.

ANCHOR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang