Lelah wajahnya menipu dunia.
Puan masih sering menangis.
Dia bersedih di balik pintu, berbaring dan meratap.
Berusaha diam dalam ruangan.Puan riang saat di luar pintu itu.
Dia sering tertawa bersama, menikmati dunia seperti manusia lainnya.
Tapi Puan seringkali berbohong.
Omong kosongnya begitu menyenangkan.Senyuman Puan yang dipalsukan.
Kata-kata riang yang menjijikkan.
Obrolan itu semakin sunyi, minim arti.
Lalu Puan hendak pergi, topeng miliknya hampir terbuka.Sang Lembut menatap Puan, kali ini Puan gagal bersembunyi.
Lekas ia kembali bermain peran.
Mencoba mengenakan topeng lainnya.
Sedikit bersandiwara, Puan enggan tertawa.Sang Lembut merasa khawatir, hatinya berat melihat ekspresi mati.
Lari menuju pulang, Puan masih menahan wajahnya.
Dikejarlah Puan ke dalam pintu itu.Puan berhenti di dalam ruangan gelap.
Topengnya jatuh, di belakangnya Sang Lembut menahan napas.
Ini semakin berat, Puan terjebak.
Hilanglah sudah topeng-topengnya.Lenyap, yang tersisa hanya wajah asli Puan.
Hujan pun tumpah.
Badainya mengamuk dalam ruangan.
Sang Lembut berusaha meredakannya.
Ia prihatin dan Puan begitu sedih.Lambat laun semua pecah, perasaannya masih rusak.
Puan bertarung dengan air mata.
Sesekali Sang Lembut menenangkan.
Kata yang terucap masih sama manisnya.Rumit sekali suasana hati Puan, ia sedih namun juga marah, lalu menahan malu dan lelah, ditambah sedikit riang.
Badai perasaan itu merusak topeng-topeng Puan.
Yang selama ini ia kenakan.
Hanya di balik pintu ini Puan menjadi dirinya sendiri.
Tekanan menghilang, ia tak lagi memikirkan ekspetasi orang.Walau Puan terkadang masih menanam tangis dan memanen duka.
Setidaknya wajahnya lebih ringan sekarang.---0--
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Lalu.🌪️[LENGKAP]
Non-ficțiuneDan Lalu, merupakan tulisan saya yang berisi berbagai lembaran kisah, keluh kesah, kata-kata dan banyak lainnya. Bisa dibaca secara berurutan maupun tidak berurutan. Setiap tulisan yang ada disini semua murni berasal dari pikiran dan perasaan saya...