31. Malu-Malu tapi Mau

27 4 0
                                    

"Mas Azzam kenal Bu Aqila nggak?"

Pertanyaan Adiva membuat kedua alis Azzam saling bertaut. Azzam menatap Adiva yang saat ini duduk di hadapannya sembari menatapnya dengan ekspresi serius. Tapi itu tak berlangsung lama karena Azzam tiba-tiba saja tergelak. Membuyarkan suasana hening yang baru saja tercipta. Dengan ekspresi cemburu seperti itu Adiva terlihat begitu polos dan menggemaskan. Azzam tentu saja memaklumi jika Adiva dibuat cemburu dengan kedatangan Aqila yang secara tiba-tiba. Sekarang, perempuan mana yang tidak akan cemburu jika bertemu dengan mantan kekasih dari suaminya.

"Ya kenal dong. Emang kenapa? Kamu cemburu sama dia?" Goda Azzam sambil mencubit hidung Adiva karena gemas.

"Ditanya kok balas nanya. Mas Azzam jawab dulu pertanyaanku," kesal Adiva saat menyadari jika suaminya yang tengah amnesia itu sengaja menggodanya.

"Emang sebelumnya saya nggak pernah cerita ke kamu siapa dia?" kembali Azzam melontarkan pertanyaan yang membuat Adiva semakin kesal.

"Udah deh. Aku mau tidur aja. Males ngomong sama orang amnesia. Yang ada aku ikutan amnesia nanti," jawab Adiva asal yang justru kembali menghadirkan derai tawa Azzam. Lantas Adiva merebahkan tubuhnya di sisi Azzam dengan posisi memunggungi suaminya.

Azzam mereda sisa tawanya dengan paksa. Masih dengan tersenyum Azzam mengingat bagaimana dulu menjengkelkannya Adiva. Murid yang paling sering gagal hapalannya itu kini telah menjadi istri dan calon ibu dari buah hatinya. Rasanya Azzam masih belum mempercayai semua kenyataan itu. Bisa-bisanya dirinya menikahi gadis belia yang usianya jauh di bawahnya. Tapi kini Azzam justru merasa lucu sendiri. Merasa seperti ABG yang sedang pdkt pada gadis incarannya.

"Saya juga mengantuk," bisik Azzam sembari memeluk erat tubuh Adiva.

*****

Esoknya Hisyam datang untuk mengantarkan Azzam check up ke rumah sakit sesuai surat rujukan yang telah diberikan oleh rumah sakit tempat Azzam dirawat pasca kecelakaan beberapa hari lalu. Karena Azzam merasa baik-baik saja maka Azzam menyuruh Adiva untuk berangkat kuliah tapi Adiva menolak. Mana mungkin dirinya bisa fokus kuliah sebelum mengetahui kesehatan Azzam benar-benar pulih. Selain itu, kedatangan Fitri dan Mansur membuat Adiva memiliki alasan kuat untuk menolak perintah suaminya tersebut.

Selama perjalanan ke rumah sakit Hisyam mencoba menanyakan tentang Aqila. Azzam memang mengenali Aqila dengan cukup sebagai cinta masa lalunya. Tapi Azzam juga menjelaskan dirinya tidak tahu sejak kapan Aqila menjadi dosen di fakultasnya. Hisyam pun memberikan informasi yang didapatkannya jika Aqila saat ini adalah perempuan berstatus janda bercerai dengan satu putri berusia 6 tahun. Mendengar penjelasan dari Hisyam membuat Azzam menatap laki-laki berseragam batik yang saat ini tengah mengemudikan mobilnya itu penuh makna.

Hisyam juga mencoba memancing Azzam dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih sensitif mengenai Aqila. Tapi Azzam dengan santai menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Hisyam. Akhirnya Hisyam mengambil kesimpulan jika Azzam dan Aqila benar-benar sudah tidak ada lagi hubungan spesial. Dari ekspresi dan cara bicara Azzam sudah membuktikan jika Azzam hanya menganggap Aqila sebagian dari masa lalunya saja.

Obrolan itu harus berakhir saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di area parkiran rumah sakit. Gegas mereka turun dari mobil dan memasuki lobi untuk menyerahkan surat rujukan dari rumah sakit sebelumnya. Mereka menunggu sebentar saat seorang suster yang bertugas sebagai resepsionis menelepon seseorang. Lalu tak lama mereka menerima kembali surat rujukan tadi untuk ditunjukkan kepada dokter yang akan menangani Azzam. Setelah mendapatkan petunjuk di mana tempat praktik dokter spesialis saraf berada mereka bergegas pergi.

Azzam menjawab dengan lancar semua pertanyaan dari dokter di hadapannya yang saat ini membaca hasil pemeriksaan dari RSUD Nganjuk.

"Tolong Bapak jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingat semuanya secara sekaligus. Rasa pusing yang sering menyerang Bapak itu pertanda jika otak Bapak tengah bekerja ekstra. Pelan-pelan saja. Insyallah ingatan Bapak agar segera kembali," terang dokter tersebut lalu memerintahkan Azzam untuk naik ke atas ranjang.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang