Itu adalah hari di mana Fenly sedang sibuk menghitung para penggemar yang hadir ke salah satu acara TV yang dibintangi oleh Un1TY. Mungkin terdengar mustahil, tapi dia benar-benar menghitungnya dari barat, timur, selatan, utara, hingga yang termasuk bagian dari kru. Dia cukup tahu bahwa tidak semua penggemar datang, tapi dia cukup bangga dengan itu.
Sementara Fiki di kursi depan sibuk menjelaskan konsep lagu baru mereka, Fenly dan Shandy di belakang yang saling berdampingan pun saling bergosip. Bukan gosip mengenai artis papan atas, melainkan mengenai cerita ringan hari-hari sebelumnya. Sedangkan teman-teman mereka yang lain lah yang terpaksa menjawab semua pertanyaan.
"Fen, lu tadi ngitung apaan?" Akhirnya Shandy bertanya. Awalnya, ia mengira Fenly tengah menghitung jadwal hari ini atau semacamnya, tapi kenyataannya laki-laki kecil itu menghitung sampai lebih dari lima belas.
Sebelum menjawab, Fenly terkekeh--mengingat yang ia lakukan sebenarnya cukup lucu. "Itu... Gue ngitung fans, Kak."
"Oh?" Shandy terdengar tertarik, lantas ia sedikit berbalik ke arahnya.
Fenly pun menjelaskan, "Iseng aja, Kak. Gue bosen dari tadi, apalagi gak sarapan tadi..."
Itu membuat Shandy mengangguk, tanpa sadar otaknya berputar dengan pemikiran menarik.
Saat ini, Un1TY tengah beristirahat di bagian belakang studio--alias, ruang make up. Mereka menggelar beberapa lembar koran di lantai, kemudian duduk dan menyantap kotak nasi masing-masing. Shandy yang sudah menyingkirkan buah-buah yang tersaji ke kotak Fenly pun teringat mengenai percakapan tadi.
Begitu mereka sampai di mobil, Shandy cepat saja mengambil tempat di sisi Fenly dan di paling ujung ada Fajri yang tertidur. Yang lain pun ikut tertidur, dan jelas sekali tersisa mereka saja yang masih terbangun. Lantas, Shandy melanjutkan rencananya.
"Fen, lu kepikiran, gak kalau misalnya lagu kita nanti tentang hantu gitu?"
Ia yang paling sensitif pada hal sakral, pun merinding seketika. "Kak, apaan, sih? Lu ada dendam apa sama gue sampai ngajakkin ngomong yang beginian?"
"Hehe," cengiran khasnya pun dimulai. "Kita nanti syuting bareng kunti."
"Kak!" Fenly yang mencoba mengalihkan perhatian dengan ponsel pun tertawa dengan terpaksa. "Jangan gitu, ah!"
"Atau...kalau mau, kita punya fandom khusus setan aja gimana? Keren, kan pasti?"
Semakin melunjak, Fenly memukul bahunya dan menyuruh untuk diam. Fenly menggeleng kuat, rasanya kakaknya yang satu ini terlalu menyebalkan. Sayang beribu sayang ia terlalu peduli dan menyayangi si kakak, lantas ia tak mampu melakukan apapun.
Hingga waktu berlalu, keduanya dalam diam dan sesekali hendak tertidur. Tapi, nyatanya mereka justru menghabiskan waktu dengan ponsel atau bersenda gurau mengenai banyak hal.
Sampai pada akhirnya Shandy kembali memulai aksinya.
"Gak sabar banget..." katanya tanpa ekspresi jelas.
Fenly, yang mengira ini sudah mengenai topik lain, pun menyahut, "Sama, Kak. Gue juga gak sabar buat ketemu YouN1T semua. Rasanya pengen ngeliat senyum mereka secara langsung gitu..."
"Dan kunti tentunya."
"KAK SHANDY.....!!!"
Fenly, yang setidaknya cukup peduli dengan yang lain, sudah melupakan itu dan membuat yang lain terbangun. Namun, sadar bahwa itu adalah Shandy serta Fenly yang tengah bercanda, mereka kembali terlelap setelahnya. Sementara keduanya sibuk bergelut kecil dan tawaan Shandy yang tidak juga berhenti.
Keadaan berjalan normal dengan keduanya tertidur setelahnya. Jua tanpa ada yang menyadari ada sosok hitam yang sedari tadi berada di atas Shandy.
Ia yang hanya berpura-pura tertidur dan sadar akan keberadaannya pun berbisik. "Gue cuman mau bercanda sama dia, kok..."
"Shandy Maulana...waktumu sisa sedikit..."
"Yang gue lakukan bukan membuang-buang waktu, kok..."
YOU ARE READING
Kumpulan One-Shot Shanly
Hayran KurguBerisi kumpulan one-shot Shanly yang aku tulis. Bisa yang sudah aku publish di sini, atau yang aku tulis di Twitter dan aku upload ulang. Isi cerita di sini kemungkinan lebih besar mengarah ke depression dan suicide hingga major character death. Jad...