Chapter 1

325 38 9
                                    

cute handrawn cover by @littlemeidraw on Instagram / amichevy here


Ryu Danbi sudah bisa merasakan badai yang akan menghantamnya. Begitu ia membaca pesan singkat dari manajernya yang hanya berisi perintah; Ryu Danbi, ke ruangan saya sekarang, Danbi sebenarnya sudah tahu apa yang akan menghantamnya.

Tapi, ia berusaha mengabaikan firasat buruk itu. Danbi berusaha percaya bahwa manajernya, orang yang kepada siapa Danbi sudah menempatkan prioritas, tenaga, dan waktu selama bertahun-tahun demi kepentingannya, pasti tidak akan melakukan ini padanya. Manajernya mengenal Danbi dengan baik. Manajernya pasti tahu orang seperti apa dirinya; yaitu karyawan yang kompeten, cekatan, dan baik hati. Manajernya akan membelanya.

Sayangnya, itu hanya pikiran Danbi. Kenyataannya sama sekali tidak seperti itu.

Danbi tidak mendengar seluruh kata-kata manajernya. Telinganya hanya menangkap beberapa bagian, tapi itu saja cukup untuk membuat kepalanya berdentum-dentum.

"Masalah ini sudah terlalu lama dibiarkan berlarut-larut."

Masalah apanya? Danbi bahkan tidak pernah melakukan apa-apa sampai minggu lalu. Selama ini ia diam saja walaupun mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak pernah terlibat drama kantor yang tidak penting sebelumnya.

"Sebagai karyawan yang lebih senior dari teman-temanmu, aku tadinya berharap kau bisa bersikap lebih dewasa."

Lebih dewasa? Satu-satunya yang Danbi lakukan hanya berpihak pada rekan kerja mereka yang ditindas. Itu sesuatu yang benar. Ia bahkan tidak seorang diri. Beberapa rekan lain juga sudah membuka suara untuk membela korban. Kenapa hanya Danbi yang dipanggil?

"Ryu Danbi." Manajernya menghela napas lelah. Ekspresi wajahnya muak, seolah bicara dengan Danbi saat ini hanya menghabiskan waktunya yang berharga. "Kau sudah tahu kalau akhirnya akan jadi seperti ini untukmu."

"Apakah saya dipecat?" Itu kata-kata pertama yang meluncur dari mulut Danbi setelah ia berhasil memaksa dirinya bersuara. "Apa saya dipecat karena menyinggung perasaan seseorang yang telah menindas orang lain?"

Manajer hanya menatapnya datar, berbanding terbalik dengan jantung Danbi yang bertalu-talu. Danbi tidak bisa percaya ini. Ia menolak percaya. Karena telah menegur penindas di kantor mereka, Danbi tidak hanya sekadar ditegur atau diskors. Ia dipecat. Ini adalah hari terakhirnya bekerja. Gaji terakhirnya akan dikirimkan akhir bulan nanti.

Ini sangat tidak adil. Danbi tidak melakukan kekerasan fisik maupun penindasan verbal secara langsung. Ia hanya menegur si Ratu Cantik Tukang Tindas. Lalu, rekan-rekan kerja yang lainnya ikut-ikutan. Alhasil si Tukang Tindas tidak senang dan mengadu pada manajer seolah-olah ia adalah korban.

Tapi, Danbi tidak bisa membantah keputusan yang disampaikan manajernya. Ia tidak punya keberanian, dan terutama kepercayaan diri, untuk itu. Ia hanya tahu bahwa ia baru saja disingkirkan. Danbi sudah bekerja di tempat ini selama lebih dari tujuh tahun. Ini adalah perusahaan pertama yang menerimanya setelah lulus dari universitas. Ia tidak punya tempat tujuan lain.

Rekan-rekan kerjanya hanya menonton dalam diam selagi Danbi membereskan meja kerjanya. Tidak ada yang menghampirinya walaupun sekadar untuk bersimpati, padahal sebelumnya mereka mengikuti teladan Danbi untuk membalas perbuatan si Tukang Tindas. Tentu saja mereka kehilangan nyali setelah melihat Danbi dipecat begitu saja. Mereka takut akan menjadi yang berikutnya.

Danbi bahkan tidak bisa menangis, tidak bisa marah, tidak bisa mengucapkan selamat tinggal sebelum membawa tas dan kardus berisi barang-barangnya meninggalkan kantor itu. Danbi melangkah dengan kedua kaki gemetar, tahu bahwa ia tidak diharapkan untuk kembali ke sana besok. Semua terjadi begitu tiba-tiba. Begitu saja, pekerjaan yang sudah dipertahankannya susah payah dengan rasa jengkel, bosan, tapi juga sayang, direbut begitu saja dari tangannya.

Pretty GhostwriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang