Danbi mengendus-endus udara. Aroma lezat khas sup rumput laut melintasi hidungnya begitu ia melangkah keluar dari kamar. Secara naluriah ia melangkah ke arah dapur, di mana Chanyeol kelihatan sibuk. Peralatan masak dan kotak-kotak bekal memenuhi meja konter dapur.
"Apa kau sedang bersiap-siap untuk pergi?" tanya Danbi.
Chanyeol menoleh sekilas padanya dan melemparkan senyum singkat. "Iya."
Tidak ada penjelasan tambahan. Baiklah, Danbi juga tidak akan bertanya...
Chanyeol berbalik dan menyusun telur gulung di dalam kotak bekal. Sejujurnya Danbi masih belum terbiasa dengan penampilannya dengan celemek. Agak lucu. "Apa rencanamu hari ini?" Chanyeol balas bertanya.
"Uh, aku..." Danbi menggaruk leher dengan salah tingkah. "Aku sepertinya akan mulai menulis, lalu mungkin, hmm... sambil mencari-cari pekerjaan...."
"Baiklah." Chanyeol mengangguk. Danbi tidak yakin laki-laki itu mendengarkan jawabannya. Mungkin pertanyaannya hanya basa-basi. Sekadar sopan santun. "Oh, iya. Aku membuat terlalu banyak sup rumput laut, kau mau membantuku menghabiskannya?"
Danbi menyengir. "Itu tugas mudah."
"Bagus." Chanyeol ikut tersenyum.
Danbi hanya menonton selagi Chanyeol bergerak dengan gesit—membereskan kotak-kotak bekal yang sudah disusunnya rapi, meletakkan peralatan masak kotor ke mesin pencuci piring, mengelap meja, menggantung celemek. Jelas Chanyeol sudah terbiasa hidup mandiri. Bahkan Danbi tidak seandal itu mengurus diri sendiri.
"Aku berangkat dulu," kata Chanyeol sebelum meninggalkan rumah. "Setelahnya aku akan langsung ke stasiun radio, jadi mungkin pulangnya agak malam. Tidak perlu menungguku."
Danbi mengangguk. "Hati-hati di jalan."
Pintu depan tertutup selagi Danbi melambai-lambaikan tangan. "Apa seperti ini rasanya istri yang mengantar suaminya pergi kerja?" gumam Danbi, lalu tertawa-tawa sendiri. Mungkin ia akan bahagia sekali kalau segalanya tetap seperti ini selamanya.
***
"Seperti biasa, pada hari Senin yang dingin ini penyiar kalian Loey akan hadir hingga pukul satu dini hari nanti kita akan mendengarkan lagu-lagu pilihan dan bercerita bersama. Saluran telepon sudah dibuka. Kepada pendengar yang sudah bergabung, kuucapkan selamat malam dan selamat datang."
Siaran Loey's Lullaby malam ini sudah dimulai. Danbi memutar radio lewat ponsel dengan pengeras suara dan meletakkan ponselnya di atas meja. Ia sendiri duduk bersila di sofa, bagian bawah laptop masih terasa panas di pangkuannya walaupun Danbi sudah mengalasinya dengan bantal.
Danbi sudah memikirkan beberapa rencana plot untuk novelnya. Ia mulai dengan mencatat masing-masing gambaran kasar setiap plot tersebut, kemudian ia akan membawanya pada Chanyeol nanti untuk mendengar pendapat laki-laki itu. Setelahnya, Danbi akan mempertimbangkan ide mana yang akan dikerjakannya.
"Sudah masuk panggilan telepon pertama malam ini. Halo."
Terdengar suara nyaring perempuan dari penelepon pertama di radio. "Ya, halo."
"Dengan siapa ini?"
"Namaku, hmm... Oktober Yang Kesepian."
"Anak malang," Danbi bergumam sendiri. Suara itu terdengar seperti suara milik perempuan yang masih muda. Danbi menbayangkan gadis remaja, sekitar anak SMA.
"Kenapa kesepian? Apa kau mau menceritakannya padaku?" tanya Chanyeol.
"Sebenarnya ini hari ulangtahunku, tapi tidak ada teman-temanku yang mengingatnya. Orangtuaku ada di luar kota. Aku melewati hari ini seorang diri. Aku senang setidaknya teleponku ini tersambung. Aku sudah mencoba hampir setiap kali siaran, tapi tidak pernah berhasil."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Ghostwriter
FanfictionRyu Danbi sudah mengagumi Park Chanyeol, yang dikenal dengan alias LOEY, hampir sepanjang karir laki-laki itu; mulai dari penyiar radio sampai menjadi penulis seri fiksi kriminal populer, dan sekarang menjelang debutnya sebagai aktor suara. Bagi Dan...