WOOHOOO EXO COMEBACK!!!!!!!!
anyways here i am coming back as well, no one cares tho.
.
.
Danbi berjalan gontai menuju rumah. Satu tangannya menjinjing kantong plastik gembung berisi kimbab dan paket nasi sisa tidak terjual yang diberikan gratis padanya oleh manajer supermarket, sementara satu tangannya yang lain sedang memijat-mijat bahunya. Setelah tiga hari bekerja paruh waktu di sana, Danbi mulai merasakan pegalnya tersenyum, berteriak, dan membersihkan lantai.
Seolah belum cukup hari itu menyiksanya, Danbi mendengar dering ponsel dari dalam tasnya. Sambil menghela napas berlebihan, ia merogoh-rogoh mencari benda itu. Tangannya berhasil meraih ponsel tepat ketika panggilan masuk terputus, dan Danbi baru akan menghela napas lega karena tidak perlu berurusan dengan itu, saat ponselnya malah berdering lagi.
Danbi menggeser ikon jawab dan menempelkan benda itu ke telinganya dengan tidak sabar. "Kenapa kau posesif sekali?" gerutunya.
"Kenapa kau tidak menjawab telepon?" Baekhyun balas menggerutu. "Memangnya kau punya kegiatan apalagi? Jangan sok sibuk."
"Aku memang sibuk," balas Danbi. "Aku punya pekerjaan sekarang. Yah, paruh waktu."
"Oh, ya?" Baekhyun terkejut. "Kenapa?"
"Apanya kenapa? Tentu saja aku harus bekerja."
"Aku jadi tidak punya teman bermain." Nada bicara Baekhyun yang dibuat-buat membuat Danbi membayangkan laki-laki itu sedang mencebik sok imut. "Lalu siapa yang akan menemaniku pemotretan besok?"
"Sejak kapan kau perlu ditemani?" Danbi mengangkat kepala. Rumah tinggal beberapa meter lagi di depannya. Ia ingin segera berbaring. "Maaf, aku capek sekali. Aku akan meneleponmu lagi nanti atau besok."
"Kau tidak bekerja besok?"
"Tidak. Jadwalku lusa."
"Bagus. Jangan ke mana-mana besok. Aku akan datang."
Danbi mendengus. "Kau bilang kau ada pemotretan besok."
"Tidak jadi. Jadwalnya berubah."
"Sejak kapan?"
"Baru saja." Terdengar suara bip-bip dari ujung sambungan Baekhyun. "Nah, itu dia teleponnya. Sampai besok."
Danbi sudah sampai di depan pagar. Ia berhenti sejenak. Rumah itu gelap—Danbi lupa menyalakan lampu sebelum pergi tadi. "Baekhyun-ssi," panggilnya.
Danbi mengira teleponya sudah terputus, tapi Baekhyun masih menyahut, "Apa?"
"Apa kau mungkin tahu, kalau Chanyeol-ssi punya pekerjaan di luar kota?"
"Chanyeol tidak pulang?" Baekhyun menebak dengan tepat. Dan, ia tidak terdengar heran.
Danbi menggumam mengiyakan. "Sejak ulangtahunnya. Sudah hampir dua minggu."
"Kalau begitu dia pasti pergi ke Ulsan."
"Ulsan?"
"Mereka sering liburan ke sana waktu Jinhye masih hidup. Itu juga tempat kelahiran Jinhye."
"Oh." Danbi tidak perlu bertanya siapa 'mereka'. "Baiklah. Terima kasih."
Suara pip-pip terdengar lagi, tapi Baekhyun mengabaikannya dan kembali bicara, "Yah... aku tidak bermaksud menjelekkan, tapi seandainya kau bersamaku, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian tanpa memberitahu apa-apa. Bukan. Aku tidak akan meninggalkanmu karena alasan apapun. Aku bisa memperlakukanmu dengan lebih baik. Jadi, kapan kau siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Ghostwriter
Hayran KurguRyu Danbi sudah mengagumi Park Chanyeol, yang dikenal dengan alias LOEY, hampir sepanjang karir laki-laki itu; mulai dari penyiar radio sampai menjadi penulis seri fiksi kriminal populer, dan sekarang menjelang debutnya sebagai aktor suara. Bagi Dan...