Chapter 4

76 24 1
                                        

Chanyeol mengernyit ketika menemukan pintu gerbangnya sedikit terbuka. Ia yakin ia sudah menutup pintu sebelum pergi lari pagi tadi. Begitu ia berjalan masuk ke ruang tengah, Danbi ternyata sudah duduk di ruang tengah. Gadis itu sontak berdiri dari sofa dengan ekspresi lega setengah mati ketika melihatnya. "Chanyeol-ssi! Anu, ada tamu."

Chanyeol mengalihkan perhatian pada belakang kepala yang familiar dan langsung tahu apa sebabnya. "Ya, Byun Baekhyun, kenapa kau ke sini?" tanyanya.

Belakang kepala itu menoleh dan memamerkan senyum putih iklan pasta gigi. "Aku baru tahu kalau aku perlu alasan hanya untuk menemui teman," balasnya. "Apa ketenaran membuatmu jadi sombong sekarang?"

"Terserah apa katamu." Chanyeol melirik Danbi, yang menatapnya lekat-lekat sementara kedua tangannya saling mengepal gelisah. Sudah berapa lama Baekhyun ada di rumahnya? Apa saja yang Baekhyun katakan pada Danbi?

"Jadi?" Baekhyun menudingkan dagu ke arah Danbi. "Apa kau tidak akan memperkenalkan kami?"

Chanyeol menghela napas. "Danbi-ssi, ini Byun Baekhyun, temanku," ia menunjuk Baekhyun, lalu beralih pada Danbi, "Dan ini Ryu Danbi-ssi. Dia penulis dan sedang bekerja denganku."

Seolah merasa itu aba-abanya, Danbi membungkuk resmi ke arah Baekhyun. "Senang bertemu dengan Anda."

Baekhyun membuat suara puh menahan tawa. "Jangan kaku begitu. Teman Chanyeol adalah temanku juga."

"Ayo, kita bicara di atas saja." Chanyeol berjalan ke tangga. Ia mendengar suara langkah Baekhyun mengikuti di belakangnya. Mereka masuk ke ruang studio di lantai dua. Walaupun ruangan itu lebih luas daripada ruang baca, di dalam terasa lebih sempit dengan berbagai alat musik, speaker, perangkat rekaman, komputer, kursi, dan kabel-kabel di lantai yang bertebaran.

"Aku masih benci ruangan ini," Baekhyun menggerutu ketika kakinya tersangkut kabel mikrofon dan membuatnya jatuh ke lantai. "Baunya seperti kaos kaki basah yang ditinggalkan sebulan."

"Sembarangan saja bicara," dumal Chanyeol. Studionya tidak bau dan ia membersihkannya setiap hari. Baekhyun hanya suka mengeluh dan bersikap menyebalkan. "Lain kali bilang dulu kalau mau datang."

"Buat apa? Aku bisa masuk sendiri." Baekhyun menarik kursi bulat dari belakang set drum. "Dan kalau kau tidak ada di rumah, aku bisa tidur sampai kau kembali. Rumah kalian adalah rumahku juga."

Chanyeol mengambil kursi dari depan komputer. "Apa Danbi-ssi sudah memberitahumu?"

Baekhyun mengangkat bahu. "Dia memberitahuku versinya. Katanya naskah yang dikirimkannya entah bagaimana tertukar dengan naskahmu saat penerbitan, jadi kau membuat kesepakatan untuk membeli naskah itu darinya?"

Nadanya bertanya. Chanyeol mengangguk untuk membenarkan. "Lebih-kurang seperti itu kejadiannya."

"Menurutmu itu hanya kebetulan?" lanjut Baekhyun. "Aku tidak tahu persis bagaimana proses penerbitan, tapi rasanya tidak mungkin naskah yang sudah siap tahu-tahu salah naik cetak dan tertukar dengan naskah yang baru masuk. Kecuali ada yang sengaja. Apalagi novel itu tidak berantakan. Tata letaknya sesuai. Kau paham maksudku?"

Chanyeol bukannya tidak pernah mempertimbangkan hal itu. Tentu saja, seluruh kejadian ini aneh. Tapi, ia tidak bisa memikirkan siapapun di Penerbit River yang bisa melakukan ini. Ia sudah bekerja bersama Kyungsoo sejak penerbitan novel pertama. Kyungsoo sangat teliti, tidak mungkin ada kesalahan seperti ini terlewat di depan matanya.

"Akan kau apakan naskah yang asli?" tanya Baekhyun.

"Tidak tahu," jawab Chanyeol datar. "Mungkin aku tidak bisa menerbitkannya sekarang."

Pretty GhostwriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang