closed

1.1K 85 34
                                    

Summary : Jika ditanya bagaimana hubungannya dengan sang kapten, Fang hanya akan terpikirkan satu kata, 'rumit'. /bro!KaiFang. for #KaizoDay2021

Disclaimer : BoBoiBoy © Monsta. Tidak ada keuntungan material apapun yang diambil dari fanfiksi ini.

Warning : canon-based, hurt without comfort, bro!KaiFang.

.

Didedikasikan untuk #KaizoDay2021

Selamat ulang tahun, Kapten Kaizo!

.

.

.

Fang pernah begitu mengagumi Kaizo.

Umurnya belum genap 4 tahun saat Fang memberitahu ibunya bahwa orang nomor satu di hatinya adalah Kaizo. Fang tidak begitu mengerti, tapi ia tahu nomor satu sangat berarti untuk Kaizo. Karena kakaknya itu selalu mengejar menjadi yang nomor satu di akademinya. Fang kecil berbisik pada ibunya,

"Jangan kasih tau abang, ya."

Ibunya justru terlihat sedih, karena Fang ternyata lebih mengedepankan Kaizo. Lalu Fang buru-buru meralat ucapannya.

"Ibu nomor satu, Abang nomor dua. Tapi jangan bilang-bilang, ya."

Ibu Fang tertawa dan mengusap rambutnya gemas. Wanita dengan rambut sewarna lembayung itu kemudian menanyakan posisi sang ayah.

Fang menjawab tiga. Karena ayah galak dan sering mengomeli Kaizo. Lagi-lagi, Fang berbisik pada ibunya,

"Jangan kasih tau ayah. Nanti ayah marah, Pang takut."

Ibu Fang hanya tersenyum seraya menautkan jari kelingkingnya dengan jari Fang yang mungil. Itu akan selalu menjadi rahasia mereka berdua.

.

.

.

Fang pernah melihat Kaizo yang begitu terpuruk.

Ulang tahunnya yang keempat belum lama dijalani. Hanya dirayakan oleh keluarga kecilnya, ibu dan Kaizo. Ayah sedang sibuk, tidak tahu melakukan apa. Belakangan selalu begitu. Ekspresinya selalu tampak serius, sampai Fang bahkan takut melihatnya.

Lalu hari itu tiba. Saat Fang untuk pertama kalinya melakukan perjalanan dengan kapal angkasa. Hanya berdua dengan sang kakak.

Kaizo begitu gugup dan cemas. Ia merapal angka-angka yang tidak dipahami Fang, dan menekan tombol acak di panel pesawat. Kelihatannya menyenangkan, Fang ingin melakukannya juga. Namun Kaizo membentaknya, menyuruhnya untuk duduk diam di kursi dan tidak bertingkah.

Fang bahkan terlalu takut untuk menangis, jadi ia hanya membisu.

Ayah dan ibu tidak ikut, tapi Fang dan Kaizo tiba dengan selamat di tempat yang disebut Kaizo 'rumah teman ayah'.

"Rumahnya besar sekali."

Hanya itu komentar Fang begitu Kaizo menggandengnya masuk, bersama seorang pria bertopeng yang entah sejak kapan sudah ada di pesawat mereka.

Lebih banyak orang-orang aneh dengan topeng di sana. Fang menempel erat-erat di sisi Kaizo, takut salah satu dari mereka akan coba menyakitinya. Atau lebih buruk, mengambil Kaizo darinya.

Malam itu tidur Fang tidak nyenyak. Tidak ada ibu yang membacakan buku cerita, atau menyanyikan lulabi kesukaannya. Kaizo sudah tidur lebih dulu, jadi Fang ikut memejamkan mata dan berharap bisa bertemu ibu besok.

Fang memimpikan tangan-tangan besar yang menariknya ke pusaran hitam. Ia melihat ayah dan ibunya di dalam sana, memanggilnya. Namun Fang tidak mau ke sana. Fang ingin tetap bersama Kaizo. Di mana Abang?

from sprinkler splashes, to fireplace ashesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang