Cold

3.4K 461 57
                                    


15.50 P.M

"Hoon- hiks, lepas"

Sunghoon mencengkram lengan Jake hingga itu berwarna pucat, cengkramannya menghambat darah Jake untuk mengalir sehingga itu terasa mati rasa, namun tetap menyakitkan. Sunghoon tidak lagi menggandeng nya dengan hati-hati dan penuh perhitungan; Sekarang, ia lebih cocok disebut menyeret daripada menggenggam, apalagi menggandeng. Tidak mempedulikan beberapa orang yang terlihat curiga oleh gerak-gerik mereka sepanjang perjalanan ke mobil.

Sayangnya, tidak ada yang cukup peduli untuk menghentikan mereka.

Sunghoon membanting pintu mobil sekencang yang ia bisa tepat sesaat Jake telah masuk kedalamnya, menimbulkan bunyi nyaring untuk ukuran pintu mobil. Jake bergetar seperti daun yang hendak gugur, lengan nya mengusap lengan yang satunya untuk menetralisir rasa sakit; meskipun tidak berarti. Pergelangan tangan yang semula berwarna pucat itu, sekarang kembali memerah karena bekas cengkraman Sunghoon. Tangan besar itu bisa menjadi sangat halus, namun juga sangat kasar, di saat yang bersamaan.

Sunghoon masuk ke mobil dengan emosi, Jake dapat merasakannya, dan ia sangat takut.

"10 menit, cuma 10 menit and you couldn't stay still?"

"I- did nothing, Hoon"

"Well he does something"

Jake kembali disalahkan, meskipun Sunghoon tau betul kalau kekasihnya tidak bersalah. Pria tinggi itu tidak peduli.

"Gue cuma ambil mobil, to protect you from the cold, and i really think that wasn't a proper way to say thank you"

Jake masih memegangi tangan nya dengan mata yang penuh dengan air, menahan diri nya sendiri agar tidak berkedip yang mana akan membuat air mata nya tumpah membasahi pipi. Sunghoon tidak menarik rambutnya, tidak mencengkram tangan nya lagi, apalagi menamparnya. Namun, Jake tetap waspada akan hal-hal buruk itu.

"Your top clothes, take it off now."

Jake terdiam untuk mempertimbangkannya di otak. Jangankan membantah, ia bahkan tidak cukup berani untuk sekadar menatap Sunghoon. Sebelum kalimatnya diulang, Jake dengan ragu melepas satu persatu pakaian yang dibanggakannya itu. Jaket denim nya yang cukup hangat, dan baju putih yang tampak cocok untuknya itu.

Kulit Jake bersih seperti kanvas, seperti yang sudah dijelaskan; Jake sangat mudah kedinginan. Kulitnya agak tan di suhu normal, namun saat ini, bahkan itu tampak sangat pucat seperti Sunghoon. Satu sentuhan bisa membuatnya memerah. Sejujurnya, Jake cantik sekali, tanpa pakaian atas, pipi yang memerah karena malu, mata yang berair. Cantik.

Sunghoon mendekatkan wajahnya ke hadapan Jake, memberikannya ciuman yang tampak terburu-buru; Berbeda dari apa yang diberikannya saat sedang dalam keadaan senang. Jake membenci ini. Jake tidak dapat membalasnya, pasif. Sunghoon juga tidak mengharapkan balasan, ciuman ini hanya sepihak.

Tautan terlepas, tangan Sunghoon menyentuh AC dihadapan Jake, mengaturnya ke suhu paling tinggi dan mengarahkan udara itu tepat ke tubuh atas kekasihnya yang polos. Suhu diluar sore itu mencapai 5 derajat celcius untuk bulan November, dan pendingin mobil hanya membuatnya lebih buruk. Jake memegang pergelangan tangan Sunghoon untuk tanda meminta pertolongan, ia bergetar takut dan kedinginan, tangisannya pecah kembali.

"Hoon, dingin- kumohon, please, im sorry, im sorry!"

"You're lucky enough to still have those jeans on you."

Jake menggeleng ribut, ia tidak beruntung meskipun Sunghoon hanya menyuruhnya melepaskan atasan saja. Kedinginan, dia bisa hipotermia kapan saja, badan nya seperti mati rasa dari dalam dan itu terasa seperti membunuhnya perlahan.

"Im trying to protect you from cold, tapi lo gatau malu nya masih having fun with that cashier boy? Otak lo dipake buat apa sih, Jake?"

"My fault, Hoon, my fault. Aku- aku dingin, please"

"Whose fault?"

"My fault, im so sorry, Sunghoon, please forgive me"


Jake tidak lagi peduli siapa yang benar-benar salah disini. Yang jelas, memohon ampun kepada Sunghoon adalah satu-satunya pilihan yang ia miliki sekarang.

Slow DownㅡSungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang