16.16 P.M
Jake menggigil, freezing. Bibirnya pucat dan isakan nya sudah berhenti, bukan dalam segi yang positif; Ia berhenti menangis karena kelelahan, dan tubuhnya memerlukan banyak energi untuk tetap menjaga suhu agar tetap dingin, agar hipotermia itu tidak menyerangnya. Sunghoon tidak berbicara sepatah kata pun, Jake hanya memegang pergelangan tangan kekasihnya walaupun diabaikan, tetap memohon sedikit pertolongan dari sang Pelaku. Meskipun ia tau itu hanya akan menghasilkan sesuatu yang sia-sia.
Perjalanannya cukup panjang, meskipun tidak ada kemacetan, memang jarak Toko Buku dan Rumah mereka terbilang cukup tidak terjangkau untuk waktu yang sedikit. Jake hanya cukup bertahan hingga ia tiba di Rumah, berusaha tidak membayangkan apa yang akan Sunghoon lakukan berikutnya, ia hanya perlu tetap sadar. Kalaupun kesadarannya menghilang, Sunghoon bisa saja membiarkannya tanpa memberikan pertolongan apapun.
Sunghoon bisa saja membunuhnya kapan saja kalau dia mau.
Jake dapat meringankan sedikit beban di dada nya ketika mobil mereka memasuki pagar Rumah. Tenang sesaat mengetahui ia dapat bertahan untuk waktu yang cukup lama, Pria Australia itu masih terdiam, terkadang ia mengeluarkan isakan kecil yang terdengar memilukan, meskipun tidak seribut tadi.
Sunghoon mematikan mesin mobil nya, namun tidak segera membuka pintu. Ia terdiam, dan Jake benar-benar clueless. Harus apa sekarang? Apa lagi berikutnya? Apa ia benar-benar akan selamat? Apa ia akan terus menerima perlakuan ini?
Hanya karena sebuah basa-basi dari Orang Asing?
"Moan for me."
Jake membulatkan mata nya, dan kali itu ia menatap kedua netra gelap Sunghoon. Jake benar-benar tidak tau apa yang ada dipikiran lawan bicaranya, its not even make sense.
"Moan for me, and i'll give you a blanket"
Jake tidak berpikir dua kali, ia kedinginan. Meskipun hanya selimut tipis, itu akan sangat berarti, dan ia hanya perlu mendesah, kan? Toh, Sunghoon juga sudah pernah mendengarnya.
"A-ah, Hoon"
"Not quite enough, touch yourself"
Sunghoon merasa tidak cukup puas dengan desahan kekasihnya yang tadi, tidak cukup natural, pikirnya. Maksud Sunghoon, dia harus benar-benar mendesah. Yang diberi instruksi juga tidak memiliki pilihan lain, ia hanya akan menurut. Dengan telapak tangan dingin nya, Jake mengusap bagian atas tubuh kedinginan itu, memberikannya beberapa sentuhan dan menutup mata nya, berusaha fokus, konsentrasi untuk segera menerima beberapa stimulasi di titik sensitifnya.
Sentuhan yang dilakukannya itu tidak berarti banyak, tidak sebaik yang dapat Sunghoon lalukan, namun kembali lagi; Ia tidak punya pilihan selain melakukannya. Telapak tangan menyedihkan itu pindah ke pucuk dada nya, his redness nipples. Mengusapnya dengan ragu karena Sunghoon melihat lekat kearahnya, dan itu memalukan, tidak peduli sesering apa mereka melakukan itu. Jake sangat malu, hanya untuk sebuah selimut.
Tangan nya memberikan stimulasi disana, memilin nya, mencubit ringan sesekali, apapun, apapun yang dapat membuatnya mengeluarkan desahan. Di dalam pandangan gelap nya, Jake membayangkan tangan nya adalah milik Sunghoon. Usapan nya jelas akan terasa berbeda, membayangkan Sunghoon membuatnya hangat, hanya Sunghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slow DownㅡSungJake
FanfictionSunghoon is indeed toxic, and Jake; however never be able to go away.