four

149 15 2
                                    

Aku sedang berjalan di koridor bersama Neji dan Shikamaru setelah mata kuliah terakhir kami selesai. Sore hari ini, aku berencana akan langsung pulang dan login game lebih cepat. Pergi ke parkiran untuk mengendarai si jagoan, hitam merah ku. Yang sudah menunggu dengan gagah disana.

Langkahku dan kedua temanku terhenti karena aku mendengar suara penyihir datang. Menghela nafas lelah, ingin rasanya pura-pura tidak mendengar dan langsung pulang.

"Sukeeeeee" teriak Sakura berlari ke arah kami, lebih tepatnya ke arahku.

Aku berbalik untuk melihatnya datang ke parkiran, menaikkan salah satu alisku "Ada apa Sakura? Aku ingin segera pulang" aku berkata sambil menunjukkan wajah malas padanya.

"Tidak. Suke mau pulang? Aku juga sudah selesai kuliahnya" tersenyum ke arahku, aku tidak terpesona. Ntahlah, menurutku tidak begitu menarik.

'Lalu, kau ingin aku apa? Aku tidak bertanya padamu kan' berucap dalam hati. Aku masih memiliki hati, tidak mungkin bicara seperti itu pada orang yang memang tidak bersalah.

"Oh, kau sudah selesai? Kalau begitu aku pulang duluan, hati-hati di jalan" aku berbalik berhadapan dengan motorku, memasang headset dan ingin menggunakan helm.

"Suke tidak ma--" ucapan Sakura terpotong karena Shikamaru berteriak memanggil Kiba yang berdiri tidak jauh dari kami. Aku menoleh, untuk melihat apakah dia disana. Dan ya, dia disana terkejut melihatku.

Mata kami bertemu beberapa saat, sailing pandang. Kemudian wajahnya memerah. Telinga dia menjadi merah kembali seperti saat di toilet. Sial, aku mengingat kejadian tadi. Senang sekali.

Namun pandangan kami tidak lama bertahan, dia yang pertama melepaskan tatapan yang kami hubung. Akan tetapi, masih dapat kulihat dengan jelas warna kemerahan di wajahnya itu belum hilang.

"Kau pulang sekarang Kiba?" tanya Shikamaru berjalan perlahan mendekat ke arah Kiba. Berani juga kau.

"Jika aku tidak ingin pulang, aku tidak akan berada di parkiran" jawabnya sinis "Minggir Shika, aku mau pulang".

"Bagaimana bila pulang bersamaku?" sukses membuat Kiba menoleh kaget ke arah Shikamaru, kuyakin dia akan ditolak.

Dan aku akan dengan senang hati membully.

"Oke, sekalian ajari aku membuat pedang yang kau gunakan semalam di dungeon. Kau berjanji di telfon kemarin akan membantuku"

Tunggu, diterima? di telfon? Apakah yang Shikamaru maksud kemarin malam ingin menelfon seseorang adalah Kiba? Sejak kapan mereka dekat seperti itu. Aku penasaran, tapi tidak terlalu perduli juga.

Shikamaru mengganggukan kepalanya "Tentu. Neji, Suke aku pulang duluan" dia pun pergi dengan Kiba menaiki mobil yang digunakan Shika.

Karena memang seringkali Kiba kuliah tidak mengendarai kendaraan. Setauku Shikamaru pernah mengatakan, menurut Kiba mengendarai kendaraan itu merepotkan. Jadi, dia ingin menggunakan kendaraan umum saja. Bus misalkan.

Setelah mereka pergi, kepalaku menoleh kembali ke arah pirangku. Dia tertangkap basah sedang menatapku. Damn it. Dia langsung menunduk malu, aku tersenyum kecil beberapa detik, sangat cepat. Mungkin tidak akan ada yang sadar aku tersenyum tadi.

Ketika aku ingin pergi ke arahnya, tanganku ditahan oleh Sakura. Aku lupa, dia masih disini.

"Suke, kau mau kemana?" tanyanya tanpa melepaskan genggamannya pada tanganku. Dia memperhatikanku yang terus menatap 2 orang disebrang, tepatnya pada Naruto.

"Aku mau ke Naruto, bisa kau lepaskan?" mataku tetap menatap Naruto, fokus pada dirinya tanpa perduli genggaman Sakura padaku semakin erat.

Ku perhatikan Naruto yang terus menatap ku. Ah bukan, dia menatap Sakura yang sedang menahan ku dengan menggenggam tanganku secara erat seakan aku tidak diperbolehkan untuk pergi ke sana, ke arah dirinya.

Its not about the game || SASUNARU ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang