six

123 12 5
                                    

Setelah semua mata kuliahku selesai, aku pergi keluar dari ruangan bersama Kiba dan Gaara menuju parkiran. Kuputuskan untuk menumpang pada Gaara, dia mengendarai mobil ke kampus.

Setelah sampai di parkiran, aku melihat Sasuke bersama dengan temannya. Tak lupa, disana ada Sakura. Duduk di dekat motor Sasuke. Kebetulan terdapat kursi di dekat motor itu.

Entah mereka sedang membahas apa. Aku, dan temanku pergi ke arah mobil Gaara yang kebetulan parkir tidak jauh dari motor Sasuke. Otomatis kita melewati mereka yang sedang mengobrol. Ketika aku ingin melewati, Sasuke sudah berhenti dihadapanku. Mencegatku yang ingin lewat.

"Hei" ucapnya.

Aku menatapnya "Kenapa?".

"Aku antar kamu pulang" bicara tanpa ingin dibantah. Ingin menolak, namun dia terlanjur menarik tanganku pelan untuk mengikutinya. Ke arah motornya parkir.

"Tapi, aku pu--" dia berbalik menatapku. Kemudian memberikan helm yang pagi tadi sempat ku gunakan. Sebelum aku menerima helm itu, dia menarik kembali helmnya.

"Biar ku pasangkan" ucapnya.

"Aku bisa sendiri" aku ingin mencegahnya, namun dia malah menatapku horror. Ah tidak jadi kalau begitu.

Aku diam saja, Kemudian dia tersenyum. Setelah terpasang, aku sadar ada tatapan dingin mengarah padaku. Kulihat pelakunya, dan ternyata itu Sakura. Dia menatapku dingin. Hiraukan.

"Neji-san" ucap gadis berlari menghampiri pria yang bernama Neji.

Neji menepuk pelan kepala gadis itu "Ada apa Hinata?".

Gadis itu menggeleng, kemudian dia beralih menatapku. Akupun menatapnya balik. Terkejut. Entah kenapa aku merasa pernah mengenalnya, tidak tau dimana.

"Naruto-kun?" gadis itu perlahan mendekat ke arahku.

Dia sudah berada dihadapan ku, tersenyum sangat manis. Aku lebih menyukai senyumannya daripada senyuman si gulali itu. Jujur.

Aku menatapnya "Ya? Bagaimana kamu tau namaku?".

"Kamu lupa denganku? Aku Hinata. Teman sebelah rumahmu dulu waktu kecil. Dulu kita sering bertemu di taman dekat rumah, bermain bersama" dia menggenggam tanganku, kemudian menatapku kembali. Aku bingung.

Tidak taukah mereka, bahwa si rambut ayam itu sedang menahan kesal melihat si pirangnya akrab dengan gadis hingga bersentuhan seperti itu?

Menampakkan wajah dan telinganya yang merah saja dilarang. Kau melihat Naruto, dan memperhatikannya saja kuyakin kau akan mimpi buruk malamnya, apalagi ini berpegangan tangan?

Aku diam, berfikir. Cukup lama. Tidak lama aku teringat gadis kecil yang dahulu sering kuajak main di taman. Sering menangis karena tidak memiliki teman. Gadis yang memiliki wajah manis berambut pendek. Aku menatapnya, kemudian tersenyum hangat. Sangat lebar.

"Hinata? Si gadis cengeng itu?" ucapku tertawa, dia cemberut.

Hinata menatapku "Naruto-kun, itu sudah lama. Sekarang aku menjadi gadis yang pemberani" dia tersenyum.

"Benarkah?"

"Aku berusaha, karena kau menjanjikan suatu hal yang menjadi motivasiku"

"Suatu hal?" aku bingung, aku benar-benar lupa apa itu. Apa aku benar menjanjikan suatu hal? "Hal apa itu?".

Dia menatapku terkejut, sedih terlihat dari matanya "Kau tidak ingat?" kemudian menunduk "Kau sudah berjanji dulu, jika aku menjadi gadis pemberani. Kamu akan menikahiku".

Tunggu. Apa?
Aku berjanji seperti itu?
Lagipula, itu kan aku yang kecil. Dulu, aku mana tau arti menikah.

Aku gelisah. Merasakan tatapan yang dingin tajam menusukku. Aku melirik ke arah Sasuke, masih menggunakan helmnya. Tatapannya dingin, menusuk.

Its not about the game || SASUNARU ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang