Stupid Couple

2.9K 92 10
                                    

Suara nada dering panggilan pada ponsel Seo Yoon menggema di kamarnya. Park Seo Yoon menggeliat pelan. Matanya masih enggan untuk terbuka. Namun nada dering itu semakin keras seakan berteriak memaksanya terjaga. Seo Yoon meraba tempat tidurnya. Mencari benda yang dengan tega mengganggu tidurnya. Setelah sesaat tangannya bergulat dengan selimut dan bantal, ia menemukan ponselnya. Tanpa melihat nama pemanggilnya, ia menerima sambungannya.
“Yeobboseo?” sapa Seo Yoon dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.
“Seo Yoon-ah, kau sudah bangun?” tanya suara di seberang line.
“Ya!!! Kau pikir ini jam berapa huh?!” bentak Seo Yoon. Suara di seberang hanya tertawa mendengar gerutuan gadis itu.
“Bangunlah! Aku akan ke tempatmu satu jam lagi” katanya setelah tawanya mereda.
“Sejak kapan kau lapor padaku untuk datang ke tempatku” sungut Seo Yoon, sambil menguap.
“Aku hanya ingin mengganggumu” kata di seberang line, lalu terkekeh pelan.
“Ya, Jang Yu Ri-ssi!!! Ahhh, benar-benar! Aku akan mencekikmu!” pekik Seo Yoon sebal. Menyadari bahwa ia sudah tak bisa lagi tertidur.
“Haha~ Sampai jumpa, Park Seo Yoon-ssi!” jawab Yu Ri memutuskan sambungannya.
Seo Yoon membangunkan tubuhnya. Ia melirik jam di atas nakasnya. Pukul 7 AM. Ia menyeret langkahnya menuju wastafel. Dengan asal, ia mengikat rambutnya dan menyisakan beberapa helai di tengkuknya. Sekali lagi ia menguap, sambil merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Kegiatannya kembali terganggu oleh dering ponsel. Sebuah pesan masuk dari Song Jin Ho.
[From : Song Jin Ho
Good Morning, nona tukang tidur! Jangan lupa sarapanmu]
Tanpa ia sadari, senyumnya tercetak jelas di wajahnya. Melupakan rasa kesalnya beberapa menit yang lalu. Dengan segera ia membalas pesan Jin Ho.
[To : Song Jin Ho
Ne, Jin Ho ahjusshi! kau juga...]
Seo Yoon meletakan ponselnya di sisi wastafel. Ia melanjutkan kegiatan paginya, membasuh wajahnya. Dingin air semakin menyadarkannya dari rasa kantuk. Ia menatap wajahnya yang masih menyisakan titik air.  Ia pun menyadari bibirnya yang membentuk senyuman. Dengan perlahan ia menyentuh bibirnya sendiri. Bayangan seminggu lalu kembali merasuki pikirannya. Bayangan pria itu mencium bibirnya lembut. Kupu-kupu dalam perutnya kembali berterbangan. Memacu kerja jantungnya. Membuatnya tegang sekaligus memberi rasa bahagia yang dulu pernah ia alami. Bayangan yang selalu menemani harinya selama seminggu ini. Dan selalu berhasil memompa kerja jantungnya lebih cepat. Ia menarik napasnya, lalu menghembuskannya perlahan.
Jin Ho selalu berhasil membuat moodnya membaik. Tanpa ia sadari, pria itu hampir memenuhi hati dan pikirannya. Perhatian pria itu telah menjebol tembok hatinya yang selama ini selalu sanggup membentenginya dari pria manapun. Meskipun hanya sebuah pesan dari Jin Ho, hal itu mampu mencerahkan hatinya yang awalnya keruh. Begitu pengaruh Jin Ho padanya.
~  ~  ~
Song Jin Ho tersenyum tipis menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan Seo Yoon. Ia segera mengetikkan pesan balasannya.
[To : PSY
Apa jadwalmu hari ini?]
Jin Ho kembali merapikan tampilannya. Rambutnya ia tata dengan bagian depan ia berdirikan. Memberinya kesan keren. Kharisma kepemimpinan muncul dalam dirinya ketika ia memakai jasnya. Sedikit parfum musk. Maka penampilannya kini sempurna. Ia tersenyum simpul pada bayangannya di cermin. Puas dengan tampilannya, Jin Ho lalu bergegas menuju ruang makan. Di sana, tuan Song sedang menikmati kopi hitamnya.
“Good morning, sir” sapa Jin Ho, lalu duduk di samping kiri tuan Song, membentuk 90 derajat dari tempat duduknya.
Menyadari kedatangan putranya, Song Jin Ahn menghentikan sarapannya sebentar, memperhatikan Jin Ho yang tampak cerah pagi ini.
“Kau baru mendapatkan jackpot huh?” goda Jin Ahn pada putranya. Jin Ho hanya terkekeh menanggapinya.
“Bagaimana proyekmu? Ku dengar ada sedikit masalah pada pemasaran?” tanya Jin Ahn.
“Sedikit, tapi semua sudah diatasi. Sekarang produk itu telah beredar di pasaran. Dari data statistik, keuntungan mulai menanjak, dan kemarin mencapai 68,8%” jawab Jin Ho puas.
“Syukurlah. Kau harus siap menjawab pertanyaan para dewan direksi nanti. Ku rasa, mereka akan menanyakannya di rapat umum nanti”
“Tentu” jawab Jin Ho mantap.
“Aku pergi dulu” kata Jin Ahn akhirnya, setelah menghabiskan kopi hitamnya.
“Abouji, besok adalah peringatan hari kematian eomma” ucap Jin Ho saat Jin Ahn hendak berdiri. Jin Ahn hanya tersenyum.
“Araseo” katanya, lalu berlalu dari hadapan Jin Ho.
Bersamaan dengan berlalunya ayahnya, nada pesan ponsel Jin Ho berbunyi.
[From : PSY
Freetime...]
    Song Jin Ho tersenyum tipis, lalu mengetik balasannya.
[To : PSY
Ayo kita makan malam!]
~  ~  ~
“Kita akan kemana?” tanya Yu Ri sambil merobek kecil roti bakarnya dan memakannya perlahan.
“Emm, shopping?” jawab Seo Yoon setengah bertanya. Yu Ri melirik Seo Yoon.
“Shopping? Bookstore?” Yu Ri mencoba meyakinkan bahwa yang dimaksud Seo Yoon adalah membeli buku.
“A, ania! Maksudku, ku, kurasa pakaianku sudah lama. Jadi aku ingin membeli beberapa” terang Seo Yoon, berusaha bersikap normal. Menghindari mata tajam Yu Ri yang menatapnya curiga.
“Aku akan mentraktirmu satu gaun desainer manapun yang kau mau” tambah Seo Yoon. Tatapan curiganya berubah menjadi binar senang.
“Jinjja?” tanya Yu Ri bersemangat. 
“Hanya satu gaun!” kata Seo Yoon mengingatkan. Berusaha menghilangkan semangat Yu Ri yang berlebihan.
“Tidak masalah! Hanya satu gaun yang ku inginkan sekarang!” jawab Yu Ri sambil membayangkan gaun yang akan dipilihnya.
Tanpa disadari Yu Ri, Seo Yoon menghembuskan napas lega. Belum saatnya Yu Ri mengetahui hubungannya dengan Jin Ho. Lagi pula, saat ini ia dan Jin Ho hanya sebatas teman. Tak ada apapun yang perlu ia beri tahu.
~  ~  ~
Song Jin Ho membereskan dokumennya. Rapat umum baru saja usai. Ia menghembuskan napas lega setelah beberapa kritikan mampu ditepisnya saat rapat berlangsung. Bagaimanapun perasaan terintimidasi itu tetap ada. Sekalipun rasa percaya dirinya begitu tinggi. Ia berjalan menuju lift, bermaksud kembali ke ruangannya di lantai 24. Ia melirik arlojinya. Pukul 1 PM. Sudah saatnya makan siang.
“Song Jin Ho-ssi” panggil seseorang di baliknya. Jin Ho berbalik dan menemukan Ken, sekertaris ayahnya. Ken membungkuk, lalu memberikan beberapa dokumen pada Jin Ho.
“Ini apa?” tanya Jin Ho bingung.
“Hanya invetigasi kecil di masa lalu oleh ayahku. Ku pikir, aku perlu menyerahkannya padamu Song Jin Ho-ssi. Kau bisa mengabaikannya. Itu hanya masa lalu” terang Ken, lalu pamit kembali.
Jin Ho hanya melirik dokumen itu sebentar, sedikit penasaran dengan dokumen yang kertasnya sedikit menguning menandakan usia dokumen itu. Dan itu menyatakan dokumen itu benar-benar dari masa lalu tanpa pembaruan. Lalu, apa hubungannya ia dan dokumen itu? Masa lalu perusahaan adalah urusan ayahnya. Lalu kenapa Ken memberinya dokumen itu? Pertanyaan-pertanyaan itu belum terjawab ketika ia menemukan seorang gadis duduk santai di sofa tamunya, di ruangannya. Lee Hyorin.
“Annyeong haseo, direktur” sapa Hyorin dengan senyum senang.
“Lunch time” tambah Hyorin sambil menggerakkan tangan kirinya yang bertengger arloji.
Jin Ho tersenyum. Ia meletakkan dokumen-dokumennya di atas meja. Dengan isyarat, ia mengajak Hyorin mengikutinya. Saat ini, ia tak ingin dipusingkan oleh pekerjaan. Energinya telah terkuras habis di rapat tadi. Dan ia perlu energi tambahan. Seperti makan siangnya.
~  ~  ~
[To : Song Jin Ho
Jangan lupa makan siangmu!]
[To : Song Jin Ho
Kau sibuk?]
[To : Song Jin Ho
Kau baik-baik saja? Jawablah! ]
Seo Yoon menatap layar ponselnya dengan perasaan khawatir. Sesibuk apapun Jin Ho, pria itu selalu cepat membalas pesannya. Dengan ragu ia mendial nomor ponsel Jin Ho. Tiga kali bunyi sambungan dan pria itu belum mengangkat teleponnya. Seo Yoon semakin gelisah. Sekali lagi ia mendial kontak pria itu. Dan akhirnya telepon itu tersambung.
“Yeobboseo?” sapa suara wanita diseberang line.
Seo Yoon tercenung. Ia melirik kembali layar ponselnya memastikan ia tak salah mendial kontak. Dilayar ia masih tersambung di kontak Jin Ho.
“Benarkah ini ponsel Song Jin Ho-ssi?” tanya Seo Yoon.
“Ah, ye... Jin Ho masih di toilet. Kau mau menunggu?”
“Tidak. Nanti aku akan menghubunginya lagi”
Seo Yoon langsung memutuskan sambungannya. Seperti diguyur air es, ia sepenuhnya sadar. Tentu saja pria itu pasti telah memiliki pacar. Dengan tampangnya itu, ia bisa mendapatkan lebih dari satu wanita. Dan ia seperti dibodohi. Seminggu ini ia seakan lupa bagaimana Song Jin Ho sebenarnya. Pria itu masih si tukang tebar pesona. Dan ia si bodoh yang terpesona untuk kedua kalinya? Astaga!
“Waeyo?” tanya Yu Ri yang baru tiba dari toilet.
“Ayo kita pulang” jawab Seo Yoon sambil mengangkat malas belanjaannya.
“Kau dipanggil managermu?” tanya Yu Ri bingung. Namun terus mengikut di belakang Seo Yoon. Seo Yoon tak menjawab. Ia hanya terus jalan dan menuju parkiran caffe.
~  ~  ~
“Jin Ho-ah, seseorang menelponmu” kata Hyorin melirik ponsel Jin Ho.
“Siapa?” tanyanya lalu duduk di soffa hadapan Hyorin.
“Yeoja” jawab Hyorin sambil melahap potongan steaknya, “Your fans” tambahnya ketika kunyahannya selesai.
Alis Jin Ho terangkat. Fans?
“Aku tak pernah menyebarkan nomorku ke sembarang orang”
“Mungkin saja fans yang ini terlalu dekat, kau sampai memberikan nomormu”
Jin Ho tampak mengingat-ingat wanita yang dekat dengannya. Dan satu nama melintas dibenaknya.
“Waah, sepertinya kau tidak bisa mendekati musuh bebuyutanmu lagi” komentar Hyorin yang memperhatikan sesuatu di layar ponselnya.
“Musuh?” tanya Jin Ho heran.
“Ne, Park Seo Yoon-ssi. Dia sedang dekat dengan aktor muda lawan mainnya Kim Joo Jin” terang Hyorin, lalu menyerahkan ponselnya ke arah Jin Ho.
Tampak wajah Seo Yoon ditangkup oleh sebelah tangan Kim Joo Jin. Di sana Seo Yoon tersenyum tersipu. Selanjutnya mereka makan bersama. Kim Joo Jin menyuapinya makanan. Sebaliknya, Seo Yoon juga menyuapinya makanan. Video singkat ini diambil secara candid. Beberapa komentar fans Seo Yoon dan Joo Jin tampak mensupport hubungan mereka. Bahkan ada yang menyatukan nama mereka menjadi SeoJoo Couple.
Jin Ho mendengus keras. Ia menghempaskan punggungnya di punggung soffa. Dengan emosi ia mengambil ponselnya dan mengetik pesannya.
[To : PSY
Siapa Kim Joo Jin?!]
    Semenit, dua menit, tiga menit, 15 menit. Tak ada balasan dari pesannya.
[To : PSY
Dia pacarmu?]
Semenit, dua menit, tiga menit, 15 menit. Sekali lagi tak ada balasan. Dan 30 menit makan siang, fokusnya hanya menunggu balasan pesan dari gadis itu.
“Wae?” tanya Hyorin yang telah didiamkan selama setengah jam.
“Aku akan kembali. Tapi sepertinya aku tak bisa mengantarmu kembali ke kantor. Aku ada keperluan lain”
Hyorin belum sempat menjawab ketika Jin Ho telah pergi dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
~  ~  ~
Seo Yoon mengeraskan volume TVnya hingga ke tingkat volume paling tinggi. Sementara bel dipintu apartemennya semakin lama, semakin sering terdengar. Gedoran dipintu apartemennya pun semakin keras. Seo Yoon masih berkeras duduk tenang di depan TVnya mencoba menikmati drama romantis di hadapannya. Teleponnya pun berbunyi setiap menitnya. Dan hal ini telah berlangsung selama setengah jam. Akhirnya Seo Yoon menyerah. Ia mematikan TV, lalu melirik seseorang yang menekan bel apartemennya berkali-kali melalui intercom. Ia membuka pintu apartemennya dengan wajah datar.
“Siapa Kim Joo Jin?” tanya Jin Ho langsung.
“Bukan urusanmu” jawab Seo Yoon dingin.
“Kekasihmu?” cecar Jin Ho lagi. Seo Yoon hanya menatapnya datar.
“Dia siapa?” tanya Seo Yoon.
“Dia?”
“Wanita yang mengangkat ponselmu” jawab Seo Yoon mulai jengah.
“Apa maksudmu?” tanya Jin Ho tak mengerti.
“Song Jin Ho-ssi, berhenti mempermainkanku! Jika kau ingin bermain, jangan denganku! Aku tidak punya waktu bermain-main denganmu!” bentak Seo Yoon, lalu menutup pintu apartemennya.
Namun Seo Yoon kalah tenaga. Jin Ho telah lebih dulu menahan pintunya dan menerobos masuk ke apartemen Seo Yoon.
“Apa yang kau lakukan? Keluar dari apartemenku!” bentak Seo Yoon.
“Tidak! Jelaskan dulu siapa pria itu!” bentak Jin Ho tak kalah sengit.
“Ya!!! Keluar kataku!” pinta Seo Yoon sambil menarik lengan Jin Ho.
Jin Ho terdiam, dan menyadari sesuatu.
“Apa maksudmu Hyorin?” tanya Jin Ho.
Seo Yoon semakin emosi dan mendengus keras.
“Aku tak peduli-“
“Kau cemburu!” potong Jin Ho dengan seringaian khasnya.
“Tidak! Aku tidak cemburu!” sangkal Seo Yoon cepat. Terlalu cepat. Dan itu semakin melebarkan senyum Jin Ho. Seo Yoon yang melihatnya, balik mencecar Jin Ho.
“Kau yang cemburu!” kata Seo Yoon.
“Mwo?”
“Ya, kau cemburu pada Joo Jin-ssi” Seo Yoon tersenyum penuh kemenangan. Jin Ho mendengus kesal.
“Benar! Aku memang cemburu!” aku Jin Ho. Seo Yoon hanya menatap Jin Ho tak percaya. Jin Ho mengakuinya.
“Jadi katakan dengan jelas, siapa Kim Joo Jin?” tanya Jin Ho putus asa.
“Dia hanya teman”
“Lalu video candid itu?”
“Itu hanya karangan sutradara. Agar drama yang kubintangi mendapat rating tinggi”
“Oh, begitu”
Jin Ho merasa begitu malu. Ia marah-marah seperti orang gila hanya karena video candid. Padahal ia tahu betul, aktris adalah profesi Seo Yoon. Kemungkinan bahwa itu hanyalah akting adalah sangat besar. Dan dengan bodohnya, ia merasa cemburu. Ia menjadi begitu bodoh dihadapan gadis ini.
“Lalu siapa gadis itu?” tanya Seo Yoon akhirnya.
“Hyorin adalah sahabatku. Tadi kami hanya makan siang”
“Sahabatmu? Benarkah?” tuntut Seo Yoon.
“Iya, dia benar-benar sahabatku. Hanya itu” terang Jin Ho.
Seo Yoon hanya menggumam tak jelas. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Dan menyadari betapa memalukan sikapnya saat ini. Cemburu pada gadis yang bahkan tak ia tahu namanya. Ia cemburu hanya karena gadis lain mengangkat ponsel Jin Ho. Terlebih lagi, ia bukanlah siapa-siapa Jin Ho dan bertingkah seolah Jin Ho telah selingkuh dan ia butuh penjelasan tentang hal itu. Apalagi ini semua hanyalah salah paham. Ia benar-benar butuh tempat untuk menyembunyikan wajahnya saat ini.
“Jadi, bisakah kau makan malam denganku malam ini?” tanya Jin Ho akhirnya, sambil memegang kedua lengan Seo Yoon dan menatap dalam ke mata gadis itu.
“Tentu saja” jawab Seo Yoon. Selanjutnya Seo Yoon merasakan keningnya dikecup lembut. Perasaannya menghangat. Secara refleks ia mendekatkan tubuhnya ke arah Jin Ho dan memeluk pria itu. Dan ia merasa bahagia dalam pelukan seorang pria selain ayahnya untuk pertama kalinya.
~  ~  ~
“Mianhae! Aku hanya ingin istirahat malam ini” kata Seo Yoon, lalu menggigit lidah.
“Araseo! Istirahatlah. Malam ini aku akan hanya membawakan satu lagu. Setelahnya aku akan menjengukmu” kata Yu Ri di seberang line.
“Ah, ania! Kkuencana! Jangan khawatir. Hanya butuh tidur dan besok aku akan baik-baik saja. Kau tidak perlu menjengukku” jawab Seo Yoon.
“Emm, baiklah! Ku harap vampire tidak mendatangimu malam ini” dan Yu Ri memutuskan sambungannya dengan tawa jahatnya. Seo Yoon bahkan lebih takut pada tawa Yu Ri dibandingkan vampire yang kata Yu Ri akan mendatanginya.
“Mianhae Yu Ri-ah! Vampire yang mendatangiku adalah vampire tampan yang kau kenal” kata Seo Yoon kecil. Miku hanya terkekeh.
“Yu Ri unnie akan mencekikmu setelah malam ini” kata Miku, sambil menata rambut Seo Yoon.
“Tidak, ia akan memaafkanku” jawab Seo Yoon tersenyum tipis mengingat sahabatnya itu.
“Baiklah! Kau sudah siap!” kata Miku menatap Seo Yoon melalui cermin.
Park Seo Yoon tersenyum. Ia tak pernah merasa begitu cantik seperti malam ini. Dress abu-abu dengan tali pita melingkari tengkuknya dan panjang hingga mencapai mata kakinya. Rambutnya diikat dengan penataan sederhana. Pundak dan punggung atas terbuka memperlihatkan leher jenjang dan postur tubuhnya yang proporsional. Dengan anting swarkovski putih di telinganya. Serta sepatu silver berhak 10 cm. Ia sangat anggun malam ini. Dan senyumnya yang tak pernah hilang dari wajahnya menambah kecantikkannya.
“Kau benar-benar cantik unnie...” puji Miku, menatap Seo Yoon takjub.
“Benarkah?” tanya Seo Yoon tersipu.
“Ku rasa Jin Ho terlalu lama menunggu” katanya berbisik pada Miku. Miku mengangguk bersemangat, lalu menuntun Seo Yoon menuju ruang tengah, tempat Jin Ho menunggunya.
“Song Jin Ho-ssi, hati-hati membawa aktris kami. Dia benar-benar terkenal!” kata Miku, menggoda Jin Ho.
Jin Ho tak menggubris Miku. Matanya terkunci pada penampilan Seo Yoon. Beberapa kali ia menelan ludah, membasahi kerongkongan yang tiba-tiba terasa kering. Jin Ho menghembuskan napasnya yang tanpa ia sadari, telah ia tahan sebelumnya. Ia berdehem pelan.
“Kajja, Park Seo Yoon-ssi!” katanya, lalu menyodorkan telapak tangannya ke arah Seo Yoon. Dengan malu-malu Seo Yoon  mengangguk dan meraih tangan Jin Ho.
~  ~  ~
Song Jin Ho makan dalam diam. Ia bingung untuk memulai ucapakannya. Dan ia benci merasa gugup dihadapan seorang wanita. Padahal ia sudah bukan remaja canggung lagi. Ia pria 25 tahun. Namun ia masih terjebak dalam dilema batinnya sendiri bagaikan remaja yang baru mengenal cinta. Bersama wanita lain, ia tak pernah sebegitu gugupnya hingga tak satupun kata keluar seperti saat ini. Apa mungkin rasa gugup dan grogi ini karena wanita cantik yang duduk di hadapannya? Wanita cantik bagaikan dewi. Wanita bernama Park Seo Yoon.
“Jin Ho-ssi, apa kau yakin disini aman dari paparazi?” tanya Seo Yoon, sambil melirik pelan kiri kanannya.
“Tentu saja! Restaurant ini aman! Penjagaan terhadap paparazi sangat ketat. Di sini cukup private” kata Jin Ho. Seo Yoon menyesap pelan winenya.
“Aku sangat lemah pada alkhohol. Tapi aku suka wine. Sekalipun alkohol, manisnya tidak begitu memabukkan” terang Jin Ho.
“Syukurlah aku tak memesan vodka” kata Jin Ho. Seo Yoon melotot.
“Kau kira kita di bar dan akan berakhir mabuk!” sengit Seo Yoon. Jin Ho terkekeh. Dewinya menjadi mengamuk. Dan ia begitu senang melihat wajah cantik itu merengut.
“Kalau mabuk, aku akan langsung memesan kamar di hotel ini” jawab Jin Ho, dan tanpa diduga, wajah putih Seo Yoon merona.
Astaga! Ia benar-benar ingin menyimpan gadis itu untuk dirinya saja!
“Jin Ho-ah! Kau disini?” sapa seseorang di belakang Seo Yoon. Seo Yoon terkejut melihat seseorang bersama dengan wanita yang menyapa Jin Ho.
“Hyorin?” bisik Jin Ho.
“Joo Jin-ssi?” bisik Seo Yoon.
~  ~  ~

     

My WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang