Song Jin Ho merapikan dasi kupu-kupunya. Ia merapikan kerah kemeja putihnya dan mengaitkan kancing di pergelangan tangannya. Lalu mengenakan tuxedo hitamnya. Song Jin Ho mengamati dirinya di cermin. Ia tampak sangat percaya diri malam ini. Pasalnya, malam ini ia akan meluncurkan sekaligus kelima produk terbaru yang ia kelola ini. Ia berhak membanggakan diri atas kerja kerasnya yang dapat menyelesaikan proyek dalam 2 tahun belakangan. Ia masih teringat atas pujian presiden yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
"Kerja bagus, Jin Ho-ah!" kata Song Jin Ahn, tersenyum puas saat Jin Ho menyerahkan kelima laporan proyek yang telah ia kelola. Jin Ho hanya tersenyum menanggapi pujian ayahnya.
"Bila cara kerjamu seperti ini, aku tak perlu merasa cemas melepaskan Oniel Group padamu" kata Song Jin Ahn lagi, mengangguk-anggukan kepalanya. Pandangannya masih terpaku pada laporan-laporan itu.
"Ania, aku masih belum siap menanggung beban sebesar itu sekarang, presiden" jawab Song Jin Ho.
Song Jin Ahn melirik ke arah Jin Ho. Ia memahami benar, bahwa ini adalah tanggung jawab yang sangat besar. Song Jin Ho anaknya itu harus bertanggung jawab pada seratus lebih karyawannya. Mendengar jawaban putranya yang menyadari tanggung jawab itu, malah membuatnya semakin yakin. Anaknya telah dewasa dan pasti akan sanggup menjadi presiden di Oniel Group. Ia bahkan tak pernah menyangka, Song Jin Ho yang tabiatnya anak manja dan hanya berleha-leha kini telah menyelesaikan proyek yang ia janjikan akan selesai dalam 2 tahun.
Song Jin Ahn ingat betul saat Song Jin Ho menunggunya pulang kantor malam itu. Song Jin Ho bahkan masih mengenakan seragam SMAnya. Dengan tatapannya yang sungguh-sungguh, ia berkata bahwa ia akan meneruskan perusahaan. Saat itu Song Jin Ahn hanya menganggap hal itu hanya bualan putranya. Walapun sesungguhnya ia sangat ingin putranya dapat menggantikan posisinya di Oniel Group.
"Baiklah, minggu depan kita akan melaunchingkan ke lima produk itu. Aku baru akan mengakuinya bila produk ini laku di pasaran" kata Song Jin Ahn, lalu meletakan laporan yang telah ia tanda tangani di mejanya. Jin Ho hanya tersenyum dan membungkuk pada presiden Jin Ahn, ayahnya.
TRIING TRIIING
Suara dering ponsel membuyarkan lamunannya. Ia tersenyum mendapati nama Kang Jun Ha di layar ponselnya.
"Yeobboseo, hyung?" sapanya pada suara pria di seberang line.
"Song Jin Ho-ssi, para tamu telah memenuhi aula. Acara launching akan segera dimulai"
"Baiklah, aku akan segera turun"
Ia memutuskan sambungan, lalu memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia mengambil arlojinya di meja lamp standnya. Dengan segera meninggalkan kamar hotel menuju ke aula hotel tersebut.
~ ~ ~
Seorang pria berusia 40 tahunan menatap para tamu undangan dari lantai dua aula. Ia bisa melihat saudara laki-lakinya sibuk menyalami para tamu. Ia tersenyum sinis. Tangan kanannya dimasukkannya ke saku celana dan tangan satunya memegang gelas wine yang hanya bersisa untuk satu tegukkan. Tiba-tiba suara wanita muda mengalihkan pandangannya. Wanita lainnya mulai ikut merapat pada seseorang. Song Jin Ho.
Bagaimana mungkin kau memberikan Oniel Group pada bocah itu, Hyung?! Desisnya, lalu meneguk wine terakhirnya.
~ ~ ~
"Jin Ho Oppa, annyeong?" pekik seorang wanita setibanya Jin Ho di aula. Wanita lain yang mendengar panggilan itu segera menoleh dan mendekat ke arahnya. Ia hanya tersenyum kecil. Sejujurnya ia menikmati adegan ini. Digemari banyak wanita. Ia lebih suka begini. Ia tak suka terikat dengan seorang wanita. Menjaga jarak namun memberi mereka harapan. Ini terasa kejam. Tapi tak ada yang komplain selama ini atas tindakannya.
"Congratulation Oppa!" kata seorang wanita, yang ia tahu merupakan anak seorang pengusaha minuman soju. Wanita itu tampak memandang flirting kepadanya.
"Gomawo, yeppeo agasi" balasnya sambil tersenyum simpul ke arah gadis itu.
Wanita itu menyerahkan ponselnya, berniat meminta nomor ponselnya. Wanita lain tampak melirik sinis pada wanita itu. Merasa termusuhi oleh wanita lain, ia menarik kembali ponselnya.
"Woah, selamat ya, cakkan namja!" sapa seorang gadis sambil menyerahkan segelas wine kepadanya.
"Thank you, hyorin-ah!" katanya tersenyum kecil, menerima gelas itu, lalu menyesapnya seteguk. Wanita lain tampak melihatnya sinis, namun hyorin, teman kecilnya itu tak terusik sama sekali.
"Aku ingin traktiran dari mu setelah ini" ancam Hyorin, sambil menyenggol pelan pundak Jin Ho. Jin Ho hanya terkekeh mengiyakan.
"Katakan saja apa maumu, aku pasti akan memberinya" kata Jin Ho, tersenyum simpul.
"Haha, tentu saja kau harus memberinya" Hyorin tersenyum puas.
Jin Ho menatap Hyorin. Gadis itu mengenakan gaun malam bernuansa sanghai dengan warna emas. Gaun tanpa lengan yang panjangnya hingga di atas lututnya. Gaun itu membentuk ramping tubuh Hyorin. Membuat gadis itu tampak sexy.
"Mwo?" tanya Hyorin, risih ditatap tajam oleh Jin Ho.
"Yeppeo da" komentar Jin Ho tersenyum ke arah Hyorin. Hyorin salah tingkah. Ingatan gadis itu pada Jin Ho terhenti saat usia mereka 14 tahun. Sejak saat itu bayangan Jin Ho di matanya hanya Jin Ho kecil.
Lee Hyorin selalu mengingat Jin Ho meskipun ia dan Jin Ho terpisah selama 10 tahun, karena kepindahan ayahnya ke Thailand. Ia begitu terobsesi pada Jin Ho. Hingga setiap laki-laki yang dekat dengannya, ia bandingkan dengan Jin Ho. Iya, gadis itu, menyukai Jin Ho. Sangat menyukainya. Namun gengsinya yang tinggi membuatnya menyimpan perasaan itu dan membiarkannya tertahan di lidahnya.
Ini lebih baik. Aku tidak ingin berakhir seperti para fansmu itu. Berada di sekitarmu dan berharap kau akan menyadari perasaanku ini, Jin Ho-ah.
~ ~ ~
"Annyeonghaseo, direktur" sapa seorang pria di belakangnya. Ia berbalik mendapati seorang manager yang dikenalnya beberapa hari lalu, dengan seorang gadis digandengnya. Kau sudah tiba, Park Seo Yoon, bisiknya dalam hati.
"Annyeonghaseo, manager kim" sapanya, sambil melirik ke arah Seo Yoon. Wajahnya tampak kaku, melihat Song Jin Ho.
"Ah, kenalkan . . ."
"Aku tahu dia. Tentu saja, Park Seo Yoon, artis terkenal itu" kata laki-laki itu, menyeringai ke arah Seo Yoon yang tampak pucat.
"Ah, tentu saja" kata pria paruh baya itu tertawa. Jin Ho mengalihkan gelas wine dari tangan kanannya ke tangan kirinya.
"Song Jin Ho imnida" sapanya membiarkan tangannya menggantung ke arah Seo Yoon.
Seo Yoon tampak terkejut. Ia meraih tangan Jin Ho kaku.
"Park Seo Yoon imnida" katanya cepat, lalu menarik tangannya.
Jin Ho menatap tangannya yang dijabat sekilas oleh Seo Yoon.
"Mungkinkah kita bekerja sama, manager kim?" tanya akhirnya setelah beberapa menit terdiam. Ia menoleh ke arah manager kim.
"Oh, benarkah? Woah, ini suatu penghargaan bagi kami" manager kim tampak takjub mendengar ajakan direktur muda Oniel Group tersebut.
"Tentu saja, ku rasa ini akan menjadi lebih bagus, bila Park Seo Yoon-ssi menjadi bintang CF di kosmetik kami" Ia melirik sekilas ke arah Seo Yoon.
Mata Seo Yoon membulat. Ia seperti akan mengatakan sesuatu, sebelum akhirnya ia terpana pada apa yang dikatakan managernya.
"Ini akan menjadi kerjasama yang menguntungkan"
Untuk kali ini, aku benar-benar akan mencekikmu, oppa! Pekik Seo Yoon dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Woman
FanficKetika cinta menghancurkan benci, dendam, amarah, dan ego. . . "Aku tidak mungkin jatuh cinta pada gadis sombong itu! Aku hanya memberinya pelajaran bagaimana bertata krama yang benar" ~Song Jin Ho "Kau pikir aku akantertarik padamu?! Jangan bermim...