Park Seo Yoon adalah gadis egois, kasar, dan percaya diri. Setidaknya itu yang teman-teman sekelasnya ketahui tentang Seo Yoon. Mereka berusaha menjaga jarak dan tidak berhubungan dengan gadis itu. Meskipun sekedar berkata “Hi” atau “selamat pagi”. Mereka bahkan akan lebih memilih tidak memiliki teman kelompok dibandingkan berkelompok dengan gadis itu. Menghindar adalah pilihan terbaik. Gadis itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Dengan hidupnya yang terlalu monoton. Sehingga terlihat terlalu membosankan untuk menyapanya. Tidak! Bahkan menyapanya pun bukan pilihan. Sifatnya itu akan merusak suasana hati yang awalnya cerah. Jangan mengganggunya. Karena dengan kata-kata pedasnya, ia akan melukai hati dan pada akhirnya menyesal telah berbicara dengan gadis itu.
Jang Yu Ri akan mematuhi hukum alam tentang Seo Yoon andai saja ia tak ditolong oleh gadis itu. Atau mungkin saja tak sengaja tertolong. Itu memang permasalahan kecil bagi Yu Ri. Namun masalah itu menjadi semakin rumit. Sikap Yu Ri yang memilih diam membuat para senior itu terus menerornya. Hingga suatu siang, ia ditarik paksa oleh tiga orang senior ke ujung ruang perpustakaan. Entahlah, secara kebetulan atau tidak, petugas perpustakaan sedang keluar. Dan dengan kasar mereka menghentaknya ke pojokan perpustakaan.
“Aigo, bahkan kau masih bersama Yoo Junsu-ssi?!” bentak gadis berrambut merah.
“Sudah ku peringatkan kau untuk menjauh, ara?!! Dasar wanita jalang!” bentak gadis dengan rok seragam super mini sambil menampar Yu Ri.
“Sudahlah! Habisi saja dia! Aku tidak ingin melihat wajahnya!!” desis gadis berrambut panjang bergelombang yang melipat tangan dan menatap sinis pada Yu Ri.
Gadis berrambut merah itu menarik kerah Yu Ri dan membanting gadis itu. Yu Ri masih diam tak melawan. Ia memilih untuk diam. Meskipun ia tahu benar bahwa laki-laki yang dimaksud memang mengejarnya dan ia dengan pasti menolak laki-laki itu. Sebagai ketua kelas, terlalu gegabah bila ia terlibat dalam perkelahian. Dan diam adalah pilihannya. Tapi kini ia ragu, ia terlalu menganggap sepele setiap teror yang muncul di loker dan pesan-pesan diponselnya. Sudah terlambat untuk bernegosiasi. Gadis-gadis senior ini sudah kalap. Dan saat itulah. Ketika Yu Ri terjebak. Ketika pukulan itu telah bertubi-tubi menghantam tubuhnya. Ketika ia tidak punya pilihan lain selain menerima pukulan itu bahkan umpatan-umpatan dan prasangka itu. Gadis yang mereka katakan egois itu datang.
“Unnie, kemane! Itu mengganggu waktu membacaku!” kata Seo Yoon datar.
“Mworagu?! Beraninya kau menghentikanku! Brengsek!” bentak gadis berrambut merah.
“Ye, unnie! Kau menggangguku! Aku tidak peduli dengan urusanmu dan gadis itu! Tapi sikapmu yang berisik itu mengganggu” sahut Seo Yoon, “seperti barbar” tambah Seo Yoon sambil tersenyum merendahkan.
“MWO!?! Beraninya!!!” bentak gadis yang berrok mini lalu menarik rambut Seo Yoon, hingga ikatan ekor kudanya terlepas.
Seo Yoon tak membalas. Ia hanya menatap tajam pada gadis itu.
“Singkirkan tanganmu, unnie!” desis Seo Yoon.
“Haha, sakitkah?! Gadis sialan, rasakan itu!” cemooh gadis berrok mini itu. Diikuti tawa kedua temannya yang lain. Namun ketika mereka lengah, Seo Yoon menampar gadis yang menjambaknya itu.
Tamparan itu memulai perkelahian mereka. Seo Yoon dikeroyok oleh ketiga senior ganas itu. Seo Yoon tetap membalas meskipun gadis itu tahu ia akan kalah. Tak berapa lama petugas perpustakaan datang. Masalah itu ditutup dengan kabar bahwa Park Seo Yoon membuat masalah dengan senior. Walaupun Yu Ri tahu benar itu salah. Tapi masing-masing mereka tak ada yang mengaku tentang penggencetannya. Yu Ri si korban dan Seo Yoon si pelaku. Bukan Yu Ri si pelaku dan Seo Yoon si korban. Begitulah yang mereka tahu. Sejak itu, pandangan Yu Ri berubah tentang Seo Yoon. Sejak itu, Yu Ri ingin menjadi teman seorang Park Seo Yoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Woman
FanfictionKetika cinta menghancurkan benci, dendam, amarah, dan ego. . . "Aku tidak mungkin jatuh cinta pada gadis sombong itu! Aku hanya memberinya pelajaran bagaimana bertata krama yang benar" ~Song Jin Ho "Kau pikir aku akantertarik padamu?! Jangan bermim...